Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
PLTA Batang Toru, Tapanuli Selatan, memantik kedatangan investor lain pada bidang energi baru terbarukan (EBT) untuk berinvestasi pada wilayah Sumatra Utara, ditengah upaya pemerataan konsumsi setrum pada wilayah tersebut.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Gubernur Sumatra Utara Edy Rahmayadi mengatakan, PLTA Batang Toru menjadi contoh keberpihakan Pemerintah Daerah (Pemda) pada investasi berbasis EBT dalam memenuhi kebutuhan energi Sumut. “PLTA Batang Toru ini kami harapkan dapat mendatangkan investor-investor lain masuk ke daerah Sumut,” ka dia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Di sisi lain, PLTA Batang Toru juga diharapkan menjadi sumber energi baru untuk memenuhi kebutuhan listrik warga Sumut, sehingga perlu adanya dukungan kuat secara bersama-sama dalam pengembangan proyek pembangkit ramah lingkungan itu. “Saya berharap proyek ini berjalan dengan baik. Potensi energi PLTA Batang Toru itu tinggi, jadi bersama-sama harus mendukung,” ujarnya.
Dengan adanya PLTA Batang Toru ini, Edy berharap kebutuhan listrik di wilayah Sumatra Utara dapat terpenuhi, terutama pada saat beban puncak listrik terjadi. Dengan begitu, aktivitas masyarakat dapat berjalan dengan normal selama 24 jam tanpa kendala suplai listrik.
“Kita masih kekurangan energi. Padahal listrik ini sangat dibutuhkan di daerah kita, kalau tidak (terpenuhi), baru sedikit-sedikit mati lampu dan kebutuhan-kebutuhan penerangan terganggu,” kata Edy.
Berdasarkan data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), bauran EBT di wilayah Sumut baru mencapai 43,47 persen. Sedangkan, kapasitas sumber energi listrik yang berasal dari PLTA baru menyumbangkan sekitar 10 MW.
PLTA Batang Toru merupakan salah satu program pemerintah untuk memenuhi kebutuhan listrik ramah lingkungan sekaligus mendorong pertumbuhan ekonomi dengan kapasitas mencapai 510 MW.
PLTA Batang Toru dikembangkan dan dikelola oleh PT North Sumatera Hydro Energy (NSHE) pada wilayah seluas 122 hektare di Tapanuli Selatan. Adapun nilai investasi pada proyek pembangkit ini diperkirakan sebesar Rp21 triliun.