Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pertempuran Laut Aru di Maluku pada 15 Januari 1962 menorehkan kisah heroik seorang pelaut, Laksamana Josaphat Soedarso yang dikenal dengan sapaan Yos Soedarso. Di atas KRI Macan Tutul, Yos Soedarsono memimpin perang melawan kapal-kapal perang Belanda yang didukung pesawat tempur.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Meski dibombardir kapal-kapal perang Belanda, Yos Soedarso bersama 28 anak buahnya mengobarkan pertempuran tanpa mengenal menyerah. Sebelum tenggelam bersama KRI Macan Tutul, Yos Soedarso mengirimkan pesan kepada seluruh prajurit TNI Angkatan Laut, “Kobarkan Semangat Pertempuran”.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pesan yang dikirimkan Yos Soedarso sebelum gugur kini tercatat dalam benak seluruh anggota TNI Angkatan Laut. Semangat tak kenal menyerah dalam pertempuran menjadi pegangan seluruh prajurit sampai saat ini.
Tim Ekspedisi Maritim “Jelajah Kejayaan Maritim Nusantara” TNI Al bersama Tempo Media Group menyambangi ke kota kelahiran Yos Soedarso di Salatiga, Jawa Tengah, Rabu, 28 September 2022. Kunjungi untuk menggali kembali nilai-nilai kepahlawanan pahlawan nasional yang gugur di Laut Aru ini.
Tim Ekspedisi Maritim didampingi Komandan Pangkalan TNI Angkatan Laut (Lanal) Semarang, Kolonel Marinir Hariyono Masturi dan Kolonel Laut (KH) Paseh Mawardi dari Dinas Penerangan TNI AL.
Selama di Salatiga, Tim Ekspedisi Maritim mengunjungi tempat kediaman masa kecil Komodor Yos Soedarso, monumen patung Yos Soedarso di Lapangan Pancasila Salatiga dan kemudian melanjutkan perjalanan ke monumen Taman Wisata Sejarah Salatiga (TWSS).
Laksamana Yos Soedarso lahir di Salatiga, 24 November 1925. Yos mengikuti pendidikan formalnya di Hollandsch Inlansche School (HIS) Salatiga hingga lulus pada 1938 dan melanjutkan ke Hollandsch Inlandsche Kweekschool (HIK) Muntilan.
Namun sekolahnya terhenti karena Jepang berhasil menguasai Hindia Belanda pada 1942. Setelah Jepang berkuasa, sekolah-sekolah kembali dibuka dan Yos melanjutkan pendidikan di SMP Negeri Salatiga hingga lulus pada 1943.
Saat masih duduk di bangku SMP, Yos sering melihat pelaut-pelaut Jepang di pelabuhan Semarang. Dari sini tumbuh semangat jiwa baharinya yang mendorong melanjutkan pendidikan ke Sekolah Pelayaran Tinggi (SPT) Semarang.
SPT atau Kooto Zeh Inyu Yoseiso merupakan sekolah pelayaran bentukan Jepang yang bertujuan untuk merekrut pemuda-pemuda Indonesia sebagai tenaga pelaut. Pada 1944 Jepang menderita kekalahan perang dan banyak kehilangan pelautnya dalam pertempuran.
Saat itu Angkatan Laut Jepang membutuhkan tenaga-tenaga pelaut dari masyarakat di wilayah pendudukan. Yos berhasil menamatkan pendidikan pelaut pada 1944 dan bertugas sebagai mualim II di kapal Goo Osamu Butai. Kapal tersebut melayani rute pelayaran antara Semarang ke beberapa pelabuhan, terutama di kawasan timur Indonesia.
Ketika Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 menggaung, Yos bergabung dengan Badan Keamanan Rakyat (BKR) Laut Semarang yang terbentuk pada 23 September 1945 yang dipimpin Soemarno. Markas BKR Laut Semarang menggunakan gedung bekas asrama perwira Jawa Unko Kaisya (jawatan pelayaran di Jawa) di Jalan Purwodinatan, belakang Gereja Blenduk sekarang.
Saat itu, Yos ditunjuk sebagai salah satu koordinator pengambilalihan kapal-kapal bekas Jepang di Pelabuhan Semarang. Meskipun awalnya proses pengambilalihan kapal dan senjata dari Jepang berjalan lancar. Namun, sekelompok tentara Jepang mengambil sikap memusuhi yang berujung meletus Pertempuran Lima Hari di Semarang pada 15-19 Oktober 1945.
Peristiwa Pertempuran Lima Hari di Semarang kemudian dikenang dengan dibangun monumen Tugu Muda di Simpang Lima di Kota Semarang.
Atas jasa-jasanya, Yos Soedarso dianugerahi Bintang Sakti berdasarkan Keppres RI Nomor 466/M-AL/Tahun 1962 tanggal 31 Oktober 1962 dan gelar Pahlawan Nasional RI berdasarkan SK Presiden RI Nomor 088/TK/1973.
Komandan Lanal Semarang Kolonel Hariyono, menyatakan bangga dan senang, karena wilayah kerja Lanal Semarang bagian dari tempat yang menjadi tujuan Tim Ekspedisi Maritim. Selain tempat kelahiran Yos Soedarso, di Semarang terdapat makan Kepala Staf TNI AL pertama, Laksamana Mas Pardi. “Jangankan masyarakat sipil, tentara AL saja tidak tahu kalau Yos Soedarso itu aslinya Salatiga,” ujarnya.
Hariyono berpesan kepada generasi muda agar tidak melupakan sejarah. "Jadi jangan lupakan sejarah. Di sana ada banyak cerita dan kejayaan di masa lalu dan masa yang akan datang," ucapnya.
Selama di Kota Semarang, Tim Ekspedisi Maritim disambut Komandan Lanal Semarang beserta jajaran dan Wakil Wali Kota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu bersama Forkopimda.
Menurut Hevearita, Kota Semarang adalah kota yang luar biasa karena merupakan jalur sutra dengan Sam Poo Kong dan termasuk jalur rempah dan jalur gula.
Adapun, Kolonel Paseh Mawardi, mengatakan tujuan ekspedisi maritim untuk menggugah kembali kesadaran masyarakat sebagai bangsa maritim. Menurut dia, sejak lama Indonesia dikenal sebagai bangsa maritim melalui armada laut Majapahit, Sriwijaya, Kutai dan lainnya. “Ekspedisi maritime yang dilakukan kerajaan-kerajaan di nusantara sampai ke Madagaskar dan Afrika Selatan hanya dengan kapal layar,” ujarnya.
#ekspedisimaritim #jelajakejayaanmaritimnusantara #tnial #tempo #lanalsemarang #yossudarso