Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kepala Desa Tebole, Kecamatan Rote Barat, Mesak J. Ndun, tertawa ketika ditanya bagaimana akses internet di kantornya. Dia menunjuk peralatan very small aperture terminal (VSAT) yang dibangun BAKTI Kominfo yang tertancam di depan kantor desa. VSAT adalah antena parabola kecil yang menggunakan satelit untuk jalur komunikasi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Dibangun April 2023, tapi seperti kata pepatah; ada dan tiada. Ada alatnya, tiada sinyalnya,” kata Mesak sembari tertawa di Kantor Desa Tebole kepada Tim Info Tempo, Rabu, 6 Desember 2023.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dia menuturkan sinyal internet di kantor desa baru timbul pada sore menjelang malam hari. Saat itu aktivitas kegiatan sudah tutup. “Itu juga lama sekali aksesnya,” ucapnya.
Kantor Desa Tebole berukuran sekitar 36 meter persegi. Tidak ada ruangan khusus untuk kepada desa atau sekretaris desa. Aparatur desa bekerja satu ruangan luas dengan empat meja dan kursi plastik. Di sudut ruangan puluhan kursi plastik ditumpuk ke atas.
Menurut Mesak, akses internet sudah menjadi kebutuhan dalam pelayanan kepada masyarakat. Apalagi hampir saban hari, dia harus mengirim laporan ke kantor kecamatan dan kantor dinas di kabupaten. Laporan yang dikirim beragam, mulai dari data masyarakat miskin, penanganan stunting, kesehatan, pendidikan dan lainnya.
Biasanya, Mesak dibantu Sekretaris Desa Tebole, Papi Dethan, menyusun laporan secara manual di komputer jinjing atau laptop. Setelah laporan disusun dan lengkap, Mesak memacu sepeda motornya ke ke Kantor Kecamatan Rote Barat di Daleholu yang berjarak sekitar 10 kilometer dari Tebole.
Akses jalan dari desa ke kecamatan melewati perbukitan dengan tanjakan dan turunan dengan tikungan tajam. Jalanannya sudah mulus dan rawan kecelakaan. “Kalau kirim laporan, mau pilih jalan mati atau jalan hidup. Jalan mati bisa ditempuh 30 menit dengan laju kencang, tapi bahaya mengancam. Jalan hidup, dengan kecepatan biasa tapi bisa tempuh sampai satu jam,” kata Mesak yang kembali tertawa.
Tiba di kantor kecamatan, Mesak membuka laptop dan mengisi laporan melalui aplikasi yang disediakan Pemerintah Kabupaten Rote Ndao. “Sinyal di kantor kecamatan lumayan,” ujarnya. Dalam seminggu, dia tiga sampai empat kali bolak-balik ke kantor kecamatan.
Namun, bila terjadi gangguan, seperti listrik padam atau hujan, akses internet di kantor kecamatan juga ikut padam. Mesak kembali memacu sepeda motor ke kantor dinas kabupaten di Ba’a, Ibu Kota Kabupaten Rote Ndao. Jarak Desa Tebole dengan Ba’a sekitar 37 kilometer. “Kami antar langsung laporan ke kantor dinas,” kata pria yang mengaku pernah tinggal di Jakarta belasan tahun.
Mesak mengatakan Desa Tebole merupakan wilayah paling selatan di Indonesia. Sekitar empat kilometer dari kantor desa terdapat patok Titik Nol Selatan Indonesia yang berhadapan dengan Samudera Indonesia.
Jumlah warga di desa ini sebanyak 295 kepala keluarga. Sebagian besar mata pencarian masyarakat, adalah pertanian, ladang dan beternak sapi, kambing dan babi.
Aliran listrik di Desa Tebole, kata Mesak, baru masuk pada 2020. Sedangkan akses internet tersambung pada 2023. “Titik akses internet di Tebole hanya di kantor desa,” ujarnya.
Meski akses internet lamban, Mesak menuturkan banyak pelajar sekolah yang memanfaatkannya pada malam hari. “Mereka ada yang membawa alas duduk untuk mengerjakan tugas sekolah, bahkan sampai tertidur di kantor desa,” kata dia.
Mesak berharap pemerintah segera memperbaiki akses internet di Desa Tebole. “Agar warga dan anak sekolah tidak tertinggal,” ucapnya.