Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
JAKARTA, 24 NOVEMBER 2021 – Menutup triwulan ketiga 2021, PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk mencatatkan pertumbuhan laba bersih dua digit. Hingga September lalu, laba bersih konsolidasian Telkom mencapai Rp 18,9 triliun atau tumbuh 13,1 persen dibanding periode yang sama tahun lalu. Telkom juga melaporkan pendapatan konsolidasian sebesar Rp 106 triliun atau tumbuh 6,1 persen.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Laba sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi (EBITDA) tumbuh 8,1 persen menjadi Rp 57,9 triliun. Margin EBITDA dan margin laba bersih juga meningkat 54,6 persen dan 17,8 persen. “Pencapaian ini merupakan hasil dari komitmen dan konsistensi langkah transformasi Telkom untuk menjadi perusahaan telekomunikasi digital,” kata Direktur Utama Telkom, Ririek Adriansyah.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ia menjelaskan, layanan Internet pita lebar berbasis kabel (fixed Internet broadband) IndiHome menjadi motor pertumbuhan Telkom, disusul bisnis digital Telkomsel. Pendapatan bisnis digital Telkomsel mencapai Rp 50,5 triliun atau tumbuh 6 persen dengan kontribusi terhadap total pendapatan meningkat dari 73,2 persen pada kuartal III 2020 menjadi 77,5 persen.
Selanjutnya, pada segmen layanan mobile, Telkomsel membukukan pendapatan sebesar Rp 65,12 triliun dengan pertumbuhan laba bersih 7,8 persen. Pencapaian tersebut didukung oleh basis pelanggan yang terus meningkat mencapai 173,5 juta pelanggan atau tumbuh 2 persen, dengan pengguna mobile data sebanyak 120,9 juta pelanggan.
Adapun lalu lintas data tumbuh 50,4 persen menjadi 9.812 petabita, dengan total konsumsi data sebesar 10.059 megabita per pelanggan data atau tumbuh 38,6 persen. “Pembangunan infrastruktur secara agresif terus dilakukan agar layanan digital Telkomsel berjalan optimal,” Ririek mengungkapkan.
Pada September 2021, kata dia, Telkomsel membangun 132.293 menara pemancar (base tranceiver station/BTS) 4G. Total BTS yang dimiliki hingga akhir kuartal III 2021 mencapai 245.710 unit atau tumbuh 7,6 persen. Sebanyak 79,5 persen di antaranya adalah BTS 3G/4G yang jumlahnya tumbuh 9,7 persen
Ririek berujar, pada segmen konsumer, pendapatan IndiHome tumbuh 21,9 persen menjadi Rp 19,6 triliun dengan EBITDA margin meningkat menjadi 50 persen. Pencapaian ini didorong oleh penambahan 450 ribu pelanggan baru, sehingga total pelanggan IndiHome pada akhir September 2021 mencapai 8,47 juta atau tumbuh 9,2 persen.
Sementara tingkat penggunaan per pelanggan alias ARPU (average revenue per user) IndiHome meningkat dari Rp 270 ribu pada kuartal II 2021 menjadi Rp 274 ribu pada kuartal III 2021. Peningkatan ARPU dipengaruhi oleh pendapatan layanan tambahan (add-ons) yang tumbuh cukup besar.
Menurut Ririek, untuk meningkatkan kualitas dan pengalaman digital, IndiHome secara terus-menerus melakukan pengayaan konten melalui kerja sama dengan penyedia konten global, seperti Viu. IndiHome juga menambahkan kanal Neptune TV, kanal dokumenter kehidupan laut yang bekerja sama dengan Kementerian Kelautan dan Perikanan.
Hingga September 2021, segmen enterprise mencatat kinerja yang kian baik dengan pendapatan Rp 13,8 triliun atau tumbuh 20,5 persen. Pada segmen ini, tutur Ririek, layanan teknologi informasi dan solusi konektivitas untuk korporasi masih menjadi kontributor terbesar. Sementara segmen wholesale dan internasional mencatat pendapatan Rp 10,5 triliun atau tumbuh 2,6 persen berkat pertumbuhan bisnis menara telekomunikasi, pusat data, dan layanan A2P (application to person).
Ririek mengatakan, pencapaian ini sangat dipengaruhi oleh transformasi yang dilakukan Telkom, termasuk dengan strategi penguatan kapabilitas, baik itu melalui pembangunan sendiri, menjalin kemitraan strategis, maupun strategi inorganik seperti akuisisi. “Telkom akan mempercepat transformasi dan penataan portofolio demi penciptaan nilai yang optimal bagi TelkomGroup, pemangku kepentingan, serta bangsa dan negara,” ucap dia.
IPO Mitratel
Ririek menambahkan, anak usaha Telkom di bisnis menara telekomunikasi, Mitratel, telah melakukan penawaran saham perdana (initial public offering/IPO) di Bursa Efek Indonesia pada 22 November lalu dengan kode MTEL. Mitratel, kata dia, berhasil meraup dana hingga Rp 18,8 triliun dari aksi korporasi ini.
“Sebanyak 90 persen di antaranya digunakan untuk belanja modal dan mengembangkan bisnis Mitratel secara organik maupun inorganik. Sementara 10 persen dipakai untuk modal kerja dan kebutuhan lain,” tutur Ririek.
Hingga kuartal III 2021, Mitratel juga meraih pendapatan, EBITDA, dan laba bersih dua digit dengan pertumbuhan positif. Saat ini Mitratel mengelola 28.079 menara telekomunikasi di seluruh Indonesia dengan rasio penyewaan (tenancy ratio) 1,5 kali. Sebanyak 57 persen menara Mitratel berada di luar Jawa.
Ia menyebutkan, potensi bisnis Mitratel akan semakin baik seiring dengan kehadiran 5G yang meningkatkan kebutuhan operator akan menara telekomunikasi. Selain bisnis utamanya di bidang menara, Mitratel juga melakukan ekspansi portofolio jasa turunan menara seperti project solutions, managed services, fiberisasi, dan layanan digital.
“IPO Mitratel menjadi satu tonggal penting bagi TelkomGroup dalam memantapkan langkah sebagai digital telco. Hal ini juga menjadi pemacu semangat kami untuk menyiapkan tonggak berikutnya, yaitu meningkatkan nilai bisnis pusat data,” Ririek mengungkapkan.
Ia menjelaskan, bisnis pusat data dan cloud Telkom terus berkembang bersamaan dengan meningkatnya aktivitas para pemain bisnis digital. Telkom melaporkan pendapatan bisnis pusat dan cloud per kuartal III 2021 sebesar Rp 1,1 triliun atau tumbuh 19,7 persen. Telkom memiliki 21 pusat data domestik dan 5 pusat data luar negeri, termasuk pusat data tier 3 dan 4 di Jurong, Singapura.
Menurut Ririek, Telkom telah menggunakan belanja modal sebesar Rp 18,6 triliun hingga kuartal III 2021 atau 17,5 persen dari total pendapatan. Belanja modal terutama digunakan untuk memperkuat infrastruktur jaringan dan pendukung untuk meningkatkan kapasitas, baik pada fixed line maupun mobile business.