Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
INFO NASIONAL — Riset Central Connecticut State University, Amerika Serikat, pada 2016 menempatkan Indonesia di peringkat ke 61 dari 70 negara dalam hal minat baca. Hal ini menjadi peringatan penting bagi kita. Saat kompetisi global semakin ketat, pendidikan menjadi salah satu faktor penting yang menentukan kemajuan bangsa. Penelitian lain pun menunjukkan korelasi yang kuat antara minat baca dan kualitas pendidikan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Dengan penduduk lebih dari 263 juta orang, masih banyak pekerjaan yang mesti dilakukan Indonesia, yang berusia 74 tahun ini. Salah satunya dengan meningkatkan minat baca atau literasi. Ini bukan pekerjaan mudah, tetapi tidak ada yang mustahil bila diwujudkan melalui kerja keras dan kreativitas.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Choirur Rofiq, guru Bahasa Indonesia pada SMAN 3 Tuban, Jawa Timur, adalah salah satu pendidik yang menggerakkan budaya literasi di antara anak didiknya. Melalui gerakan “Haus Membaca, Berani Menulis” yang digagas pada 2017, Rofiq meminta anak didiknya untuk membaca buku setidaknya 15 menit setiap hari. Rofiq pun menularkannya kepada rekan gurunya di sekolah dan di Pusat Belajar Guru (PBG) Tuban, di mana ia menjadi salah seorang pengelolanya.
PBG memberi Rofiq banyak gagasan kreatif dalam meningkatkan budaya literasi. Tidak hanya di antara murid, tetapi juga rekan gurunya. PBG menjadi wadah bagi para guru untuk mengembangkan proses belajar-mengajar yang inovatif, kreatif, dan menyenangkan. Tentu hal ini akan memudahkan para siswa menyerap ilmu yang diajarkan di sekolah.
Didirikan pada 2014 oleh ExxonMobil Cepu Limited (EMCL) bersama Dinas Pendidikan Kabupaten Tuban dan Putera Sampoerna Foundation dengan dukungan Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), PBG merupakan wujud komitmen perusahaan dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia di sekitar daerah operasi, melalui pendidikan. Selain di Tuban, PBG terlebih dahulu hadir di Bojonegoro.
Dalam lima tahun perjalanannya, PBG di Bojonegoro dan Tuban terus berkembang. PBG Bojonegoro memulai kiprahnya dengan 229 orang guru anggota, kini telah mencapai 1.783 guru. Sedangkan, PBG Tuban meningkat dari 269 orang guru anggota hingga 3.154 guru. Nilai tambah menjadi anggota PBG merupakan daya tarik para guru untuk bergabung.
Berbagai topik pelatihan bagi para guru dari jenjang pendidikan usia dini, sekolah menengah atas dan kejuruan diadakan secara berkala. Berbekal beragam pelatihan ini, para guru kemudian diminta untuk mempraktikkan ilmu yang mereka peroleh. Guru pun menjadi murid.
Topik pelatihan yang banyak diminati adalah pengembangan media pembelajaran (alat ajar) untuk membantu guru menyampaikan materi pengajaran. Tak hanya mengembangkan dan mempraktikkan penggunaannya di kelas, para guru peserta pelatihan ini ditantang PBG untuk ikut serta dalam ajang kompetisi.
Rofiq juga terlibat aktif dalam pelatihan ini. Selepas pelatihan pada 2015, Rofiq langsung mengembangkan Payung Pintar, sebuah metode pembelajaran kelompok yang interaktif, bertujuan meningkatkan apresiasi para siswa di SMAN 3 Tuban terhadap pantun. Tak berhenti di situ, Rofiq pun cukup produktif melahirkan beberapa judul buku, antara lain Merenda Kasih di Pataka, sebuah kumpulan cerpen; Pendidikan Karakter Melalui Kegiatan Kesiswaan; dan sebuah antologi berjudul Berbagi Rasa dalam Gerakan Literasi Sekolah.
Sejak lama Rofiq berminat pada pendidikan bahasa. Keterlibatannya di PBG Tuban semakin memantapkan dirinya untuk menularkan minat membaca dan menulis. Rofiq menularkannya kepada para muridnya dan rekan sesama guru. “Saya melihat semangat belajar dan berkembang yang tinggi dari para guru di PBG. Melalui menulislah, kita dapat saling berbagi ilmu,” ujarnya.
Pemikiran yang sama pun Rofiq terapkan kepada para muridnya. Menurutnya, kegiatan membaca dan menulis bukan saja akan semakin menambah wawasan, tetapi mampu mewariskan gagasan yang kita miliki. “Kalau kita ingin dikenang semasa hidup, maka menulislah. Tulisan dalam bentuk buku itu dapat menjadi karya yang dikenang bahkan melebihi usia penulisnya,” kata Rofiq.
Untuk menggalakkan minat baca para siswa, Rofiq menggagas didirikannya “Sudut Baca” di beberapa titik di SMAN 3 Tuban. Para siswa didorong untuk membaca buku yang tersedia, lalu diminta secara spontan untuk menceritakan kembali atau menciptakan cerita baru. Dari sinilah kemampuan menulis para siswa terasah.
Kerja keras Rofiq menghasilkan delapan buah buku hasil karya para siswa, yang masing-masing telah mendapatkan international standard book number (ISBN). Sebagai pengurus PBG Tuban, Rofiq pun turut menularkan semangat literasi kepada para guru. Dua buku karya para guru pun lahir.
Rofiq adalah satu dari begitu banyak guru di Bojonegoro dan Tuban yang telah mendapatkan manfaat dari PBG. Karya mereka yang kreatif dan inovatif kini menyentuh begitu banyak siswa dan siswi di dua kabupaten tersebut. PBG sendiri secara berkesinambungan terus memperkaya diri dengan beragam pengetahuan baru dalam hal belajar mengajar dan menyelaraskan diri dengan dinamika dunia luar yang sarat dengan perubahan.
Melalui PBG, ExxonMobil selalu terus berupaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia di daerah operasinya. Inilah wujud sumbangsih ExxonMobil untuk melahirkan generasi muda, menjadi sumber daya manusia Indonesia yang unggul, melalui pembekalan para guru dengan pengetahuan yang mumpuni. (*)