Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo

Jumlah Anak Autis Meningkat, Diduga Salah Satu Penyebab karena BPA

Anak-anak yang dilahirkan dari wanita dengan kadar BPA lebih tinggi cenderung memiliki risiko autisme lebih tinggi.

14 April 2023 | 16.00 WIB

Travel For Change mengajak anak-anak autis berkreasi di museum MACAN.
Perbesar
Travel For Change mengajak anak-anak autis berkreasi di museum MACAN.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

INFO NASIONAL – Jumlah penyandang autisme disinyalir meningkat terus di Indonesia, dengan tambahan 500 anak pengidap autis tiap tahun. Menurut data terakhir pada 2021, jumlah penderita anak Autisme di Indonesia naik drastis hingga mencapai sekitar 2,4 juta.

Dr Imaculata, pakar pendidikan anak autis dan pendiri sekolah berasrama Imaculata Autism Boarding School di Bekasi, Jawa Barat, mengamati kenaikan jumlah siswa yang mengidap autis ini di sekolahnya. Awalnya, pada saat baru didirikan pada 2000, siswanya hanya 5 orang. Tapi kemudian jumlah siswanya terus meningkat, hingga pada 2021, sedikitnya ada 600 anak autis masuk daftar waiting list untuk bisa masuk sekolah tersebut.

“Kenapa anak-anak bisa kena autisme? Lihat saja perilaku kita sehari-hari, hampir tak pernah lepas dari plastik yang mengandung bisphenol A (BPA). Makan, minum, mainan semua menggunakan plastik yang mengandung BPA,” kata dia pada 2021 silam, dikutip dari Tribunnews.

Pada 2000, tercatat perbandingan anak autis di Indonesia adalah 1:500. Artinya, setiap 500 anak terdapat satu anak penyandang autisme. Empat tahun kemudian, Siti Fadhilah Supari yang saat itu menjabat sebagai Menteri Kesehatan menyatakan jumlah anak penyandang autis naik jadi 475 ribu.

Pada 2006, jumlah anak penyandang autis di Indonesia adalah 1:150, artinya setiap 150 anak terdapat satu anak autis. Ini berarti naik 300 persen hanya dalam tempo 6 tahun. Jika mengacu pada jumlah anak Indonesia pada 2012 adalah 52 juta, maka jumlah anak autis pada 2012 sebanyak 532.200 anak.

Jika pertambahan anak autis tiap tahun sebesar 53.220 anak, dan tiap hari ada penyandang autis sebanyak 147 anak, maka dalam 10 tahun sedikitnya sudah mencapai angka 529.200. Wajar jika pada 2021 saja diperkirakan jumlahnya sudah sebanyak 2,4 juta.

Pada awal Maret 2022, studi yang ditulis Jinan Zeidan dari McGill University Montreal dan tim di jurnal Autism Research menemukan bahwa prevalensi global autisme telah meningkat menjadi 1 dari 100 anak. Hal itu seperti dilansir Kompas, 5 April 2023.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dalam publikasinya pada akhir Maret 2023 menggunakan kajian Zeidan ini sebagai rujukan prevalensi autisme 1:100 anak rata-rata secara global.

Di Indonesia, riset yang fokus mengaitkan antara senyawa BPA dan penyakit autisme pada anak masih minim, tapi riset sejenis di dunia internasional bukanlah hal baru.

Pada 2021, terdapat 5 riset tentang pengaruh BPA dan gangguan autisme pada anak. Salah satunya adalah studi dari Universitas Chulalongkorn, Universitas Tohoku, dan Universitas George Washington dan dipublikasikan pada 2021 di jurnal Scientific Reports dengan judul “Identification of sex-specific autism candidate genes responsible for the effects of Bisphenol A exposure in the brain”.

“Banyak penelitian menunjukkan bahwa BPA dapat merusak fungsi otak, dan hal ini terkait dengan terganggunya fungsi otak pada gangguan spektrum autisme (ASD),” kata Asisten Profesor Dr. Tewarit Sarachana, kepala unit penelitian System Neuroscience of Autism and Psychiatric Disorder (SYNAPS) di Universitas Chulalongkorn, Thailand.

Para ilmuwan, kata dia, percaya bahwa BPA mungkin menjadi salah satu faktor risiko lingkungan utama untuk ASD.

Satu dekade sebelumnya, tepatnya pada 2009, ternyata sudah terdapat studi yang dipublikasikan di Journal of Autism and Developmental Disorders yang menemukan adanya hubungan antara konsumsi air dari kemasan polikarbonat yang mengandung BPA dan peningkatan risiko autisme pada anak. Studi yang dipublikasikan dengan tema "Prenatal Bisphenol A Exposure and Neurobehavioral Development of Male and Female Children at 36 Months" ini dilakukan oleh para peneliti yang dipimpin Dr. Bruce Lanphear dari Simon Fraser University, Vancouver, British Columbia.

Hasil studi menunjukkan bahwa anak-anak yang dilahirkan dari wanita dengan kadar BPA lebih tinggi cenderung memiliki risiko autisme lebih tinggi. "Kami menemukan bahwa konsumsi air kemasan botol oleh ibu hamil, yang merupakan salah satu sumber potensial paparan BPA, terkait dengan peningkatan risiko autisme pada keturunan," demikian salah satu paparan riset tersebut. (*)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Prodik Digital

Prodik Digital

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus