Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
INFO BISNIS – Bisnis batik masih menjadi peluang usaha yang potensial dengan nilai tambah tersendiri, termasuk bagi UMKM yang masih tergolong muda. Hal inilah yang dimanfaatkan oleh warga asal Gondokusuman, D.I. Yogyakarta, Dian Nutri Justisia Shirokadt, yang memulai perjalanan bisnis batiknya sejak tahun 2019 melalui brand Shiroshima.
Siapa sangka, brand batik yang masih tergolong baru ini berhasil menjadi satu dari puluhan brand UMKM lokal Indonesia yang terpilih dari proses kurasi ketat untuk ‘melantai’ di Le BHV Marais,department store Jaringan Gallery Lafayette di Paris, Prancis, melalui program ‘Java in Paris’.
Program ‘Java in Paris’ ini adalah pameran internasional dan bergengsi hasil kolaborasi antara Pemerintah Kota Solo, Shopee, KBRI Paris Prancis dan BHV Marais. Program ini membawa misi utama memperkenalkan hasil karya terbaik UMKM lokal ke panggung dunia, sekaligus menjembatani hubungan diplomatik antara Indonesia dan Prancis yang selama ini telah terjalin dengan baik.
Dian menuturkan bahwa dirinya sempat tidak yakin produknya mampu bersaing di kelas dunia. Namun,momen Java in Paris menjadi ajang bagi Shiroshima untuk menunjukkan produknya di kancah internasional. “Sebelumnya saya enggak percaya diri untuk ke Eropa karena takut produk saya tidak cocok. Tapi dengan masuknya ke Paris membuka mata saya jika produk UMKM Indonesia juga memiliki potensi besar di luar negeri,” katanya.
Berbagai karya produk Shiroshima disuguhkan di Le BHV Marais, mulai dari pakaian atasan dan bawahan untuk pria dan wanita, outer, hingga aksesori kain batik khas Shiroshima yang memiliki kekhasan pada motif yang minimalis dan desain yang masa kini.
Walaupun termasuk brand Batik yang cukup baru, Dian optimis bahwa mengembangkan usaha batik cap dan tulisnya dapat terus bertumbuh sesuai perkembangan zaman. Awalnya, Dian hanya mengajak 4 orang warga Lendah untuk membuat batik cap dalam memulai usahanya di tahun 2019.
Lalu untuk melebarkan bisnisnya, dia memberanikan diri untuk ikut pameran dan membuka gerai di salah satu pusat belanja di Yogyakarta. Namun, di tahun 2020 saat pandemi melanda, usahanya terdampak. Angka penjualan Shiroshima menurun drastis.
Dian pun memikirkan strategi lain untuk membangkitkan kembali usahanya dengan memutuskan untuk menutup toko dan beralih berjualan online di Shopee. Dian menjajal menambah kain batik tulis untuk pilihan produk toko online-nya. Dia mengajak sejumlah perempuan Lendah untuk membatik dengan canting. Saat ini, Dian memberdayakan 23 pembatik yang merupakan 10 pria pembatik cap dan 13 perempuan pembatik tulis. Mereka merupakan warga Lendah berusia 25 hingga 60 tahun.
Tak berhenti sampai pada ciri khas Shiroshima yang menjaga warisan namun tetap mengikuti tren, Shiroshima juga memerhatikan proses produksi batik yang lebih ramah lingkungan. Lilin malam yang dipakai menggunakan recycle lilin malam sisa produksi sebelumnya. “Jadi, lilin malam sisa produksi hari ini kita daur ulang supaya keesokan harinya dapat dipakai kembali. Kita juga menggunakan kayu bakar sisa limbah pabrik yang kita dapatkan di sekitar lokasi kami, dan air kita juga recycle biar tidak sekali pakai buang,” jelas Dian.
Dian berharap, masuknya batik Shiroshima ke pasar Eropa melalui pameran internasional ‘Java in Paris’ ini memberikan dampak positif bagi UMKM untuk berkarya dan berinovasi, sehingga warisan budaya melalui batik dapat semakin lestari serta UMKM Indonesia dapat semakin berdaya di kancah dunia.
Diresmikan sejak 8 Juni 2022, program ‘Java in Paris’ merupakan sebuah program pameran internasional karya anak negeri terbaik, hasil kolaborasi Pemerintah Kota Solo bersama Shopee #ShopeeAdaUntukUMKM. (*)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini