BADAN Gizi Nasional akan melakukan uji coba serentak program makan siang gratis mulai Desember 2024. Presiden Prabowo Subianto menetapkan 2 Januari 2025 sebagai waktu pelaksanaan program tersebut.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Digelar di 100 titik
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kepala Badan Gizi Nasional Dadan Hindayana mengatakan bahwa 100 titik uji coba akan tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Sasaran awal uji coba ini adalah siswa pendidikan anak usia dini (PAUD) hingga sekolah menengah atas (SMA).
Usai uji coba ini, penyelenggaraan program akan diperluas secara bertahap. Rencananya, program ini akan terlaksana di 5.000 lokasi pada Agustus 2025.
Target Makan Bergizi Gratis 2025-2029
- Sasaran: 82,9 juta orang
- Kebutuhan anggaran: Rp 400 triliun per tahun
- Kebutuhan satuan pelayanan: 30 ribu fasilitas di seluruh Indonesia.
Menu uji coba
Badan Gizi Nasional membuat satuan pelayanan untuk tiap daerah guna menjamin kesuksesan program makan siang gratis. Tiap satuan akan memutuskan menu hidangan daerah masing-masing dan akan menangani 3.000 orang. Menu makanan bergizi yang dicanangkan Prabowo-Gibran akan meliputi:
- Nasi
- Daging ayam
- Telur
- Sayuran
- Buah
- Susu
Pembiayaan turun
Awalnya, Presiden Prabowo merencanakan program ini akan memakan biaya Rp 15,000 per porsi. Namun, pemerintah baru saja mengumumkan bahwa rincian biaya tiap porsi menurun menjadi Rp. 10,000 karena kondisi anggaran. “Kita ingin Rp 15.000, tapi kondisi anggaran mungkin Rp 10.000. Kita hitung untuk daerah-daerah itu cukup, cukup bermutu dan bergizi,” kata Prabowo, pada 29 November 2024.
Potensi bantuan dari luar negeri
Prabowo membawa komitmen sejumlah negara untuk membantu pembiayaan program makan siang gratis usai lawatan dari luar negeri. Cina, Inggris, Amerika Serikat, Prancis dan Brasil disebut-sebut mengatakan akan bekerjasama dengan Indonesia untuk pelaksanaan program ini.
Tetapi Dadan menyatakan pemerintah akan berpikir ulang jika bantuan itu berbentuk pinjaman. “Kalau utang, sepertinya Pak Presiden akan berpikir dua kali lipat,” tuturnya.
KRISNA PRADIPTA | SUMBER DIOLAH TEMPO
Novandy Ananta