Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dunia tengah menghadapi tantangan inflasi tinggi sejak pandemi coronavirus disease (Covid-19) melanda dan makin parah sejak invasi Rusia ke Ukraina. Inflasi merupakan sebuah keadaan yang di mana harga barang dan jasa mengalami kenaikan secara terus menerus.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Lantaran naiknya harga barang, tingginya inflasi akan menggerus daya beli masyarakat. Inflasi yang terlalu tinggi akan berdampak negatif pada masyarakat berpendapatan menengah ke bawah yang sudah memiliki penghasilan pas-pasan, bahkan sebelum inflasi meningkat.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Negara dengan tingkat inflasi tertinggi di dunia (yoy)*
- Turki: 69,97 persen
- Argentina: 55,1 persen
- Rusia: 12.13 persen
- Brazil:16,7 persen
- Belanda: 9,6 persen
- Spanyol: 8,4 persen
- Amerika Serikat: 8,3 persen
- Meksiko: 7,68 persen
- Jerman: 7,4 persen
- Inggris Raya: 7 persen
*) Data per 10 Mei 2022
Penyebab Inflasi Global
- Pandemi Covid-19
- Kenaikan harga komoditas energi sebagai dampak dari geopolitik antara rusia dan Ukraina
Kondisi Indonesia
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat tingkat inflasi per April 2022 telah mencapai 3,47 persen (yoy). Secara bulanan inflasi ini mengalami kenaikan 0,95 persen (mtm).
Strategi Indonesia Mencegah Dampak inflasi Global
- Dari sisi kebijakan fiskal pemerintah bakal menggeber pemberian bantuan sosial untuk kelompok masyarakat yang berada di rentang 40 persen di desil terbawah. Jumlahnya setara dengan 25 juta penerima program keluarga harapan (PKH).
- Dari sisi moneter, kebijakan-kebijakan strategis untuk menopang inflasi akan dilakukan oleh Bank Indonesia atau BI. Salah satunya, Iskandar melihat BI belum akan menaikkan suku bunga acuan meski Bank Sentral Amerika Serikat telah mengambil kebijakan tersebut.
- Memastikan target laju inflasi pada 2022 terjaga di kisaran 3 persen +/- 1 persen. Laju inflasi akan sangat bergantung pada kondisi geopolitik Rusia dan Ukraina.
INGE KLARA | SUMBER DIOLAH TEMPO