Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Nilai tukar rupiah melemah karena penguatan dolar. Dampak pelemahan ini beragam dalam pasar Indonesia, kebanyakan berimbas kenaikan harga. Kenaikan dirasakan dari usulan kenaikan minyak goreng rakyat hingga bahan baku yang diimpor dari luar negeri.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kenaikan MinyaKita
Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan alias Zulhas mengusulkan harga eceran tertinggi (HET) MinyaKita naik sebesar Rp 1.500 menjadi Rp 15.500. Alasannya, kata dia, harga minyak goreng rakyat itu harus menyesuaikan nilai Rupiah yang sudah merosot hingga Rp 16.344.
“Dulu kan Rupiah 14.500 (per dolar AS), sekarang sudah Rp 16.000. Nanti khawatir kalau enggak disesuaikan, ekspornya jauh beda angkanya, nanti kita kewalahan,” ujar dia saat ditemui di Kementerian Perdagangan, Jakarta Pusat, Rabu, 18 Juni 2024.
Kenaikan beban subsidi pemerintah
Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati menyatakan beban akan bertambah pada belanja subsidi yang menggunakan denominasi mata uang asing seperti listrik dan bahan bakar minyak (BBM) yang sebagian bahannya impor.
“Sedapat mungkin kita akan membayar sesuai keuangan negara,” ujarnya.
Kenaikan bahan baku industri makan minum
Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia (GAPMMI) Adhi S. Lukman mengatakan, menjelaskan mayoritas bahan baku untuk industri mamin masih banyak dirasakan aktor industri itu akan berkurang karena kenaikan operating cost.
Menurut dia, industri perlu mengantisipasi dengan cara efisiensi serta mencari alternatif sumber daya dari lokal maupun negara alternatif. “(Perlu) penguatan produksi di hulu agar ketergantungan bahan baku impor semakin kecil.”
Juga menghambat industri
Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM FEB UI) mencatat pelemahan rupiah telah memperparah perlambatan ekspansi industri yang terjadi saat ini. Hal ini diakibatkan oleh 90 persen impor Indonesia berasal dari bahan baku dan barang modal.
“Sehingga berkaitan langsung dengan aktivitas produksi domestik,” demikian paparan dari dokumen analisis LPEM FE UI dikutip Jumat, 21 Juni 2024.
KRISNA PRADIPTA | SUMBER DIOLAH TEMPO