Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Berbagai organisasi pun mengkritik alat bantu hitung suara itu menyajikan data yang tidak akurat saat penyelenggara mengunduh hasil penghitungan suara dalam aplikasi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Rangkaian Kesalahan
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Alat ini ditemukan telah berulang kali melakukan kesalahan saat penghitungan suara pada 14 Februari 2024 lalu. Beberapa sampel hasil pemungutan suara di TPS menambahkan suara untuk pasangan Prabowo-Gibran. Contohnya, di TPS 002 di Desa Waflan,Maluku, Prabowo-Gibran meraih 289 suara. Padahal jumlah pengguna hak suara di TPS itu hanya 121. Aslinya, TPS itu seharusnya merekam 89 suara untuk paslon 02. Ini berarti Sirekap menambahkan 200 suara secara keliru.
Temuan TNP Amin
Anggota Dewan Pakar Tim Nasional Pemenangan Anies-Muhaimin, Bambang Widjojanto, mengatakan adanya indikasi rekayasa dalam pengaturan algoritma server Sirekap. Rekayasa itu diduga untuk memenangkan pasangan calon presiden tertentu. Menurut Bambang, sistem Sirekap diduga akan otomatis mengubah suara kemenangan calon presiden tertentu di atas 50 persen meski kekeliruan perhitungan suara di satu TPS diperbaiki.
“Jadi, kalau ada revisi kesalahan di satu TP, dia akan mengubah TPS yang lain,” kata Bambang “Ini bukan sekedar angka yang dicatat, melainkan sistem itu yang membangun setting-nya”
Pernah Dilaporkan Sebelumnya
Kesalahan ini pernah dilaporkan pada pihak Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) sebelum Pemilu 2024 dimulai. Direktur Eksekutif Deputi Hukum Tim Pemenangan Nasional Ganjar Mahfud, Finsensius Mendrofa mengatakan bahwa saat simulasi penghitungan suara, pihaknya menjadi saksi penambahan secara otomatis suara untuk pasangan Prabowo-Gibran. Saat simulasi, suara Anies-Cak Imin sama, suara Prabowo-Gibran bertambah empat, dan suara Ganjar-Mahfud berkurang satu.
“Saat itu kami mengingatkan bahwa ada kelemahan dan masalah dalam proses penghitungan Sirekap,” kata Finsensius pada Ahad, 18 Februari 2024.
Akurasi Lemah
Direktur Eksekutif Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat (ELSAM) Wahyudi Djafar menilai Sirekap memiliki akurasi yang lemah. Hal ini terindikasi dari sejumlah kegagalan teknis teknologi optical character recognition yang digunakan.
Menurut dia, kondisi ini bisa terjadi karena beberapa hal. Misalnya, kualitas foto yang buruk atau model penulisan yang berbeda-beda. Sehingga, data yang masuk tidak dapat dibaca oleh sistem secara tepat seperti halnya lembar jawab komputer pada umumnya.
"Ini berujung pada tidak akuratnya data perolehan suara yang diinput oleh petugas TPS," ujar Wahyu di lewat keterangan tertulis yang dikutip pada Senin, 19 Februari 2024.
Tayangan Dihentikan Sementara
Komisioner KPU Idham Holik menghentikan sementara penayangan informasi perolehan suara setelah disarankan oleh Bawaslu. Idham mengatakan penayangan itu dihentikan sampai sistem Sirekap dapat membaca data yang tertera pada formulir C hasil secara akurat.
Idham mengakui tingkat akurasi data belum 100 persen, melainkan masih menyisakan tingkat ketidakakuratan nol sekian persen. Kendati penayangan dihentikan, Idham mengatakan rekapitulasi form C hasil yang diunggah ke situs pemilu2024.kpu.go.id tetap dilanjutkan.
“Tingkat ketidakakuratan nol koma sekian sekarang. Lagi terus diakurasi. Insya Allah segera akurat 100 persen,” kata Idham.