Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tangan Jose Pereira, 33 tahun, masih bergetar saat dia beristirahat di trotoar di kawasan kumuh Rio de Janeiro, Brasil, Ahad dua pekan lalu. Dia merogoh rokok di kantong, dan mengisapnya kuat, mencoba menenangkan diri setelah sebutir peluru menembus salah satu kakinya. ”Mereka bertarung, tapi kami yang menderita. Bagaimana saya bisa bekerja lagi sekarang,” kata tukang batu itu sambil menunjukkan kaki yang diperban.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo