Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Andy Meisser, 26 tahun, bersama dua rekannya, Stefan dan Annika, duduk lemas di trotoar di wilayah Duisburg, Jerman. Napas memburu dan peluh membasahi sekujur tubuh mereka. Sesekali mereka meneguk air di tangan. Jarum jam menunjuk angka 17.50, Sabtu dua pekan lalu.
”Pengaturan Parade Cinta buruk sekali, orang-orang meninggal hanya berjarak 50 meter dari kami.” Meisser membaca pesan pendek yang diterima pukul 17.14 dari rekannya, Felix, yang terpisah dari rombongan. ”Kami semua selamat dari petaka itu dan kembali berkumpul pukul 19.00,” katanya.
Rencana pesta dansa dan menyanyi empat pemuda-pemudi dari Hagen, sebuah kota berjarak 80 kilometer dari Duisburg, itu sirna. Alunan musik dari Parade Cinta yang diharapkan menjadi ajang pesta akhir pekan berubah menjadi jeritan dan petaka.
Meisser menuturkan suasana tak biasa terlihat saat dia dan tiga rekannya mendekat ke panggung pusat Parade Cinta. Suara DJ di panggung utama samar terdengar menyatu dengan kata-kata kotor para pengunjung yang marah terhadap barikade polisi yang melakukan pemeriksaan. Meisser pun sempat tertahan oleh barikade polisi di terowongan yang merupakan penghubung ke panggung utama pesta.
”Baru 200 meter berjalan di sisi kiri terowongan sempit, saya melihat 12 jenazah. Dan saat itu suasana menjadi panik, terowongan menjadi sesak. Untuk bernapas saja kami kesulitan,” katanya. Semua orang saling mendorong, dia menambahkan.
Sabtu dua pekan lalu seharusnya menjadi ajang pesta bagi 1,4 juta warga yang memadati Parade Cinta di Duisburg, Jerman. Sebuah festival musik yang menghadirkan sejumlah musisi dari beberapa negara, seperti Brasil, Rusia, Belanda, Spanyol, dan Australia.
Konser itu sedianya akan berlangsung 10 jam dengan berparade ke seke liling kota. Namun rencana itu urung terlaksana. DJ baru sesaat memainkan musik, suasana sudah berubah menjadi jerit duka.
Sembilan belas orang dilaporkan tewas dan ratusan orang terluka akibat lemas kekurangan oksigen dan terinjak-injak karena gagal melompat dari tembok pembatas yang cukup tinggi untuk menghindari desakan penonton yang begitu besar. Para korban tak hanya warga Jerman. Dari beberapa korban yang sudah teridentifikasi, terdapat warga negara Cina, Italia, Australia, dan Belanda.
Tragedi pada festival musik tahunan itu terjadi saat polisi menutup jalur masuk menuju tempat konser. Sebab, penonton sudah begitu penuh. Polisi lantas memerintahkan pengunjung yang masih antre di terowongan sepanjang 1,08 kilometer (360 feet) menuju lokasi acara itu berbalik dan mengambil jalur lain. Namun massa yang terjebak justru panik sehingga mereka saling dorong dan terjadi kerusuhan.
”Mereka mencoba memasuki daerah tersebut dengan memanjat pagar di sepanjang jalan dan kemudian jatuh,” kata Kepala Satuan Tugas Darurat Wolfgang Rabe.
Menteri Dalam Negeri Negara Bagian Rhine-Westphalia, Ralf Jager, langsung melaju ke tempat kejadian pada malam itu. Sekitar 5.500 polisi serta petugas darurat dikerahkan untuk melakukan evakuasi dan memerintahkan menghentikan festival.
Matthias Roeingh, yang menjadi penggagas pentas musik bertema Parade Cinta, menyayangkan tragedi tersebut. ”Untuk masuk hanya melalui satu pintu adalah malapetaka bagi mereka,” katanya.
Pihak berwenang menyatakan akan memeriksa panitia penyelenggara atas dugaan mengabaikan prosedur ke amanan. Ketua penyelenggara Rainer Schaller menyatakan siap bertanggung jawab dan menggelar penyelidikan atas musibah itu. Dia membantah jika dinilai telah mengabaikan prosedur keselamatan dan menekan para pejabat di kota itu.
”Tanpa stempel resmi, kami tidak akan pernah membiarkan Parade Cinta berjalan,” katanya. Dia mengatakan tak akan ada lagi konser Parade Cinta di waktu yang akan datang.
Festival musik Parade Cinta merupakan wujud sukacita masyarakat Jerman dalam menyambut dibongkarnya Tembok Berlin. Kegiatan ini bermula di Kota Berlin pada 1989 sebagai aksi damai dan mendorong keterbukaan lebih luas pada festival musik.
Sejak itu, kegiatan ini menjadi kebiasaan, walau pada 2001 Parade Cinta pernah sepi pengunjung karena masalah dana. Parade Cinta, yang awalnya adalah kegiatan politik untuk membebaskan Jerman Timur, menjadi ajang musik tekno terbesar di dunia.
Suryani Ika Sari (The Local, Daily Mail, AFP, AP, BBC)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo