Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
PEMANDANGAN di Bandar Udara Internasional Suvarnabhumi, Bangkok, pekan lalu seperti lautan kuning. Ratusan pengunjuk rasa menduduki bandara selama delapan hari. Mereka mengenakan seragam Aliansi Rakyat untuk Demokrasi (PAD) berwarna kuning. Mereka baru sudi membubarkan diri setelah Mahkamah Konstitusi setuju melengserkan Perdana Menteri Somchai Wongsawat. Alhasil, Somchai hanya memerintah selama dua setengah bulan (18 September-2 Desember 2008)
Para pendemo itu adalah pendukung Aliansi Rakyat. Ada dua sosok yang memimpin mereka, yakni mantan petinggi militer Thailand dan Wali Kota Bangkok, Chamlong Srimuang, dan taipan media Thailand, Sondhi Limthongkul.
Aliansi Rakyat merebut perhatian dunia setelah berhasil mengempaskan Perdana Menteri Samak Sundaravej dari puncak kekuasaan beberapa bulan lalu. Alasan mereka, pemerintah Samak bertaburkan kroni peninggalan Thaksin.
Jatuhnya pemerintah Samak rupanya belum cukup. Sondhi dan kelompoknya merasa tidak nyaman karena Somchai, ipar Thaksin, terpilih sebagai pengganti. Di mata Chamlong, Sondhi, dan pendukungnya, pemerintah baru ibarat perpanjangan tangan Thaksin.
Maka petinggi Aliansi Rakyat pun mengerahkan massa dan menggelar demo di depan Wisma Negara, tempat Perdana Menteri berkantor. Mereka menuntut pembubaran kabinet Somchai. Pemerintah bergeming. Gerah oleh penolakan itu, Sondhi dan kelompoknya memilih ”memotong” urat nadi bisnis dan pariwisata Thailand: mereka menduduki bandara selama delapan hari. Dan Somchai pun mundur.
Sondhi Limthongkul ada di tengah pendukungnya yang riuh-rendah bersukacita pada Rabu malam pekan lalu. Dia bersedia memberikan wawancara via jaringan telepon internasional kepada wartawan Tempo Angela Dewi. Dengan intonasi meledak-ledak, pendiri jaringan media Manager ini berbicara tentang sepak terjang Aliansi Rakyat dan langkah mereka selanjutnya.
Berikut ini petikannya.
Tuntutan Anda sudah terkabul. Bagaimana rasanya?
Bahagia, kami bahagia. Kami mengorbankan banyak hal untuk sampai pada kondisi ini. Dipukuli, disiksa…. Ini pencapaian luar biasa untuk demokrasi.
Tapi tetap jatuh korban di pihak pendukung pemerintah. Anda juga punya sayap militer Srivichai Warrior….
Itu harga yang harus dibayar untuk mempertahankan prinsip. Kami hanya ingin menunjukkan bahwa kami sudah memilih berbagai cara, termasuk negosiasi, sebelum sampai pada aksi pendudukan.
Bagaimana cara Anda mengatur pendukung sehingga dapat menggulingkan pemerintah tanpa kudeta?
Rakyat Thailand tahu Thaksin dan kroninya adalah penjahat. Mereka mengorbankan rakyat untuk tujuan pribadi. Saya punya data yang menyebutkan mereka akan menjual Phuket kepada Singapura. Ini gila! Inilah inti dari perjuangan rakyat Thailand. Rakyat sudah muak dengan pemerintah korup. Tidak sulit menyatukan rakyat yang dikuasai amarah untuk mendongkel pemerintah.
Pemerintah sudah jatuh dan pengadilan akan segera memproses soal kecurangan dan praktek lain. Thaksin juga sudah divonis. Bagaimana Anda melihat hal ini?
Pengadilan harus membuka mata lebar-lebar dan menguliti setiap bagian keterlibatan Somchai dan pendukungnya. Harus ada tindakan tegas. Tidak bisa hanya mengadili, menjatuhkan vonis, tapi membiarkan kroni-kroninya berkembang dalam tubuh pemerintah.
Bagaimana jika pengganti nanti tetap orang-orang dalam tubuh pemerintah?
Kami tetap akan melawan selama pemerintah menjadi perpanjangan tangan para koruptor.
Menurut Anda, bagaimana Raja (Bhumibol Adulyadej) mesti menyikapi konflik politik ini?
Mungkin sudah saatnya Raja campur tangan. Setidaknya memberikan petunjuk ke mana negara ini harus dibawa.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo