Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
SEJAK Fukuda menjadi PM Jepang menjelang akhir 1976, soal ASEAN
baru disebut-sebut di Tokio ketika Presiden Marcos berkunjung ke
Jepang dua pekan yang lalu. Dalam kunjungan ringkas itu Marcos
mendesak agar Fukuda berkunjung ke Kuala Lumpur Agustus nanti,
untuk bertemu dengan kepala-kepala negara ASEAN.
Di bawah ini adalah wawancara khusus TEMPO dengan PM Fukuda.
Tidak semua pertanyaan tertulis dijawab, tapi bagian-bagian ini
agaknya masih ada nama untuk dibaca:
Tanya: Dapatkah anda jelaskan sedikit beleid anda terhadap Asia
Tenggara?
Jawab: Negara-negara ASEAN yang secara tradisionil punya
hubungan persahabatan dan kerjasama dengan kami tengah
meneruskan ikhtiar mereka untuk memperkuat ketahanan nasional
dan ketahanan diri mereka. dan juga solidaritas mereka. Di pihak
kami. kami berniat meneruskan hubungan persahabatan dan
kerjasama dengan bangsa-bangsa ASEAN melalui saling kirim
delegasi dan sumbangan yang aktif untuk pembinaan bangsa mereka.
Sedang untuk negara-negara Indocina, Vietnam dipersatukan
kembali Juli tahun lalu dan Jepang pada bulan Agustus sudah
mendirikan hubungan diplomatik dengan Kamboja. Kami berniat
terus bekerja untuk pengembangan yang mantap dalam hubungan
dengan tiga negara Indocina.
Lebih dari itu, kami mengharap bahwa hubungan damai dan stabil
akan tegak di antara ASEAN dan Indocina. Sejak menjabat
kedudukan perdana menteri, saya bertikir untuk menghidupkan
kembali dan memperkokoh pertukaran dan komunikasi kami dengan
bangsa-bangsa ASEAN. Kalau saya diundang untuk berkunjung ke
Kuala Lumpur oleh kesefakatan ASEAN dalam kesempatan pertemuan
kepala-kepala negara ASEAN Agustus nanti saya ingin datang,
sepanjang jadwal urusan dalam negeri saya mengizinkan. Tapi
meskipun kalau kesempatan itu tidak terjadi, saya tetap akan
memikirkan dengan satu dan lain cara untuk memperkokoh
pertukaran kami dengan bangsa-bangsa tersebut, baik dengan
berkunjung sendiri atau dengan mengirimkan Menteri Luar Negeri
kami berkeliling ke negeri-negeri tersebut.
T: Bagaimana Jepang akan membangun pertahanannya sebelum
penarikan pasukan A.S dari Korea Selatan?
J: Presiden Carter sudah menyatakan bahwa AS akan meneruskan
penarikan pasukan d,arat AS di Republik Korea dengan cara yang
tak akan membahayakan perdamaian di Jazirah Korea. Karena itu,
saya kira tidak perlu bagi Jepang untuk meningkatkan kemampuan
pertahanannya dalam hubungan dengan penarikan pasukan darat AS
dari Republik Korea.
T: Baru-baru ini parlemen Jepang mendiskusikan masalah skandal
LNG antara Amerika, Indonesia dan Jepang. Apa pendapat anda
tentang soal ini?
J: Pertanyaan diajukan sekitar impor LNG. dengan kaitan secara
khusus kepada soal pembangunan kapal pengangkut LNG serta
kontrak jual-beli. Pemerintah Jepang tidak berad dalam posisi
untuk membuat komentar apa pun tentang pembangunan kapal
pengangkutan LNG suatu soal dalam negeri AS.
Sedang mengenai kontrak jual-beli, menurut pemahaman saya soal
ini sudah diselesaikan, karena kontraknya sudah ditinjau kembali
melalui perundingan antara para pemakai di Jepang dengan
Pertamina.
T: Beleid Presiden Carter ke Asia Tenggara belum jelas benar.
Bagaimana perkiraan anda tentang sikap AS?
J: Selama pembicaraan dua hari dengan Presiden Carter di
Washington belum lama berselang, kami meninjau kembali situasi
yang berlaku kini di wilayah Asia-Pasifik. dan meneguhkan
kembali pengakuan kami bahwa perlu untuk mempertahankan suatu
perdamaian yang awet di wilayah itu, untuk perdamaian dan
ketenteraman dunia.
Presiden Carter juga meneguhkan kembali bahwa AS, sebagai suatu
negara Pasifik, mempertahankan suatu minat yang kuat di wilayah
Asia-Pasifik dan akan terus memainkan suatu peran aktif di sana,
dan juga menambahkan bahwa, AS akan memegang komitmen
keamanannya serta berniat mempertahankan suatu kehadiran yang
seimbang dan bersifat militer di Pasifik Barat.
Berdasarkan hal di atas, saya yakin AS siap untuk menyumbang
secara positif dan konstruktif ke arah stabilitas dan
pembangunan daerah-daerah di Asia-Pasifik.
T: Bagaimana keterangan anda tentang Perjanjian Perdamaian dan
Persahabatan antara RRC dan Jepang.
J: Komunike bersama Jepang-RRC yang dikeluarkan di bulan
September 1972 menyebutkan dalam pasal 8, bahwa pemerintah
Jepang dan pemerintah RRC bersepakat dengan pandangan untuk
memperkokoh dan mengembangkan hubungan perdamaian serta
persahabatan antara kedua negara" untuk memasuki
perundingan-pemndingan yang bertujuan menandatangani suatu
perjanjian perdamaian dan persahabatan.
Pembicaraan tentang perjanjian itu antara kedua pemerintah
dimulai bulan Nopember 1974, ketika Wakil Menteri Luar Negeri
RRC Han Nien-lung mengunjungi Jepang. Sejak itu, perundingan
terus dilakukan baik di Tokio maupun di Peking. Di atas semua
itu pembicaraan pertama di tingkat Menteri Luar Negeri diadakan
menjelang akhir September 1975 antara Menteri Luar Negeri Jepang
waktu itu, Miyazawa, dengan Menteri Luar Negeri RRC waktu itu,
Chiao Kuan-hua ketika mereka mengunjungi Sidang Umum PBB di New
York.
Melalui kontak-kontak itu, saling pengertian antara kedua
pemerintah makin mendalam dan harapan kuat mereka pun makin
diteguhkan untuk segera dapat disimpulkannya perundingan.
Dewasa ini, kedua pemerintah, dengan memperhatikan selayaknya
kemajuan yang telah dicapai dalam perundingar-perundingan itu,
masih meneruskan usaha mereka untuk menyelesaikan sesegera
mungkin suatu perjanjian yang akan jadi dasar bagi persahabatan
yang langgeng antara Jepang dan Cina. dengan cara yang memuaskan
kedua belah pihak.
T: Bagaimana hubungan ekonomi Jepang-RRC sekarang?
J: Sejak normalisasi hubungan Jepang-RRC 29 September 1972,
perdagangan antara kedua negeri menunjukkan kenaikan yang mantap
setiap tahunnya dalam tempo yang cukup cepat. Kecepatan kenaikan
per tahun rata-rata adalah 51%, sejak 1972 sampai 1975.
Tapi perdagangan dalam tahun 1976 menurun sampai hampir 20/o
diban dingkan dengan tahun 1975, karena resesi ekonomi dalam
negeri di Jepang dan juga karena adanya bencana alam serta
alasan-alasan dalam negeri lain di RRC. Jumlah perdagangan
antara kedua pihak mencapai jumlah $ 3.033 juta, atau sebesar
300 juta lebih banyak datang dari pihak Jepang (lihat
Tabel-Red.).
Pihak Cina berulangkali menyatakan harapan mereka agar
"menurunnya volume perdagangan dewasa ini antara kedua negara
hanyalah gejala sementara, dan perdagangan Jepang-RRC akan
berkembang kelak". Pihak kami pun ikut berharap bahwa
perdagangan secara bertahap akan meningkat bersamaan dengan
pulihnya kembali ekonomi Jepang dari resesi dewasa ini.
Dalam kunjungan wakil-wakil Keidanren (Federasi
Organisasi-Organisasi Ekonomi Jepang) baru-baru ini ke RRC, dari
30 Maret sampai 4 April, pihak Cina kabarnya telah mengusulkan
persetujuan jangka panjang tingkat swasta, yang mengarah ke
pengeksporan minyak dan batubara- RRC serta pengimporan
bahan-bahan konstruksi dan pabrik serta baja. Ini dianggap
sebagai indikasi positif di pihak Cina untuk meningkatkan
perdagangan Jepang-RRC.
T: Setelah konferensi OPEC di Qatar, kenaikan harga minyak Saudi
hanyalah 5%. Akankah Jepang menaikkan impor minyak mentahnya
dari Saudi dan akan menurunkan impornya dari Indonesia?
J: Jepang selama ini mengimpor minyak mentah yang diperlukannya
dari negeri-negeri produsen minyak seperti lndonesia dan Timur
Tengah, dan berharap untuk mengimpor minyak mentah dengan basis
jangka-panjang dan dalam suatu cara yang stabil, bukan hanya
dari negeri-negeri yang tersebut di atas tapi juga dari negeri
penghasil minyak di masa depan.
Karena situasi pasaran minyak sangat berubah-ubah dan ditambahi
dengan adanya sistem dua harga sekarang ini, mungkin akan ada
sedikit fluktuasi dalam jangka pendek ini dalam volume impor
minyak Jepang dari negeri yang satu ke negerl yang lain.
Di Jepang, yang langsung terlibat dalam pembelian minyak mentah
dari negara penghasil minyak adalah perusahaan minyak swasta
sendiri. Sehubungan dengan itu, kami mengharap akan dimengerti
bahwa perusahaan minyak Jepang membeli minyak mentah menurut
rencana impor yang disusun dengan pertimbangan yang selayaknya
atas situasi pa saran minyak internasional, situasi permintaan
dalam negeri dan faktor-fakto ekonomis lainnya.
Sedang mengenai minyak mentah Indonesia, bahan ini telah
memainkan peran penting dalam suplai minyak yanr stabil ke
Jepang terutama karena dua alasan ini: pertama, Indonesia secara
geografis terletak dekat Jcpang dan merupakan negeri yang punya
potensi ekspor yang besar. Kedua, kwalitas minyak Indonesia
sesuai dengan tuntutan-tuntutan lingkungan di Jepang.
Kami berharap bahwa hubungan dekat antara Indonesia,
satu-satunya anggota OPEC di Asia, dengan Jepang, pengimpor
minyak terbesar di Asia, akan lebih dikokohkan di masa depan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo