Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
DARI Guyana Prancis ia diterbangkan ke sebuah pangkalan udara di
Orange, 170 km selatan Lyons. Pekan silam ia diangkut lagi
dengan helikopter ke Corbas. Laki-laki berusia 70 tahun yang
lebih dikenal dengan julukan "tukang jagal" dari Lyons itu
segera digiring ke sebuah prahoto yang dilarikan cepat ke
penjara Montluc. Di pintu gerbang penjara di Lyons itu banyak
orang berkerumun, termasuk wartawan dan seorang wanita yang
membawa karabin.
Itulah mungkin perjalanan terakhir Klaus Barbie menyeberang
Lautan Atlantik, meninggalkan dunia bebas menuju Montluc. Nama
penjara ini tidak asing baginya. Di situ pernah ia menjatuhkan
hukuman mati atas diri l.k. 4.000 orang. Dari Montluc juga,
kapten Gestapo itu mengirim 7.591 pejuang Prancis dan orang
Yahudi ke kamp-kamp konsentrasi. Di penjara ini juga, Barbie
dituduh menganiaya hingga mati pejuang kemerdekaan Prancis, Jean
Moulin.
Kejahatan tukang jagal itu memang terlalu banyak. Pengacara
Prancis Serge Klarsfeld dan istrinya Beate tak kunjung berhenti
melacaknya selama bertahun-tahun. Sejak 11 tahun silam mereka
sudah memastikan Barbie ada di Bolivia. Dengan nama samaran
Klaus Altman, dia hidup enak di sana, bahkan membina hubungan
erat dengan junta militer negara itu. Sedemikian eratnya, hingga
tahun 1974 pemerintah Bolivia sampai menolak permohonan
ekstradisi Barbie oleh Prancis. Memang kedua negara itu tidak
punya perjanjian ekstradisi.
Keadaan berbalik manakala Hernan Siles Zuazo, seorang sipil
terpilih sebagai Presiden Bolivia. Dalam tempo 2 pekan, Barbie
ditahan polisi, dituduh terlibat penipuan uang sebesar US$
10.000. Hak kewarganegaraannya serentak dicabut karena diperoleh
dengan alasan palsu. Tanpa buang waktu Prancis dan Jer-Bar
segera menuntut ekstradisi Barbie.
Klaus Barbie tahun 1935 terdaftar sebagai anggota SS. Tahun 1937
ia jadi anggota Nazi, dan tahun 1943 diangkat jadi kapten dan
dikirim ke Lyons untuk memimpin pasukan Gestapo di sana. Ia
sempat kembali ke Jerman tahun 1944 sebelum ditahan tentara AS.
Anehnya, justru dalam penahanan itu Barbie beroleh tugas baru:
memata-matai Nazi (atau komunis?).
Tugas ini menyelamatkan Barbie dari ekstradisi yang diajukan
Prancis ke Washington tahun 1950. Dan entah bagaimana caranya,
dengan kartu Palang Merah Internasional, Barbie meninggalkan
Genoa (Italia) menuju Buenos Aires (Argentina) bersama istri dan
dua anak. Dia kemudian memilih tinggal di Bolivia dan memperoleh
kewarganegaraannya tahun 1957. Tapi pencabutan hak
kewarganegaraan itu sekarang menimbulkan heboh kecil di Bolivia.
Tidak itu saja. Ditempatkan di sebuah sel baru di ruang isolasi
penjara di Lyons, Barbie dalam waktu singkat jadi buah bibir di
seantero Prancis. Pengadilan atas algojo itu diduga tidak
sekadar akan menghukum dirinya tapi juga menyorot tindak-tanduk
rakyat Prancis sendiri. Maksudnya? Kuat dugaan jika Barbie
diadili, dari dia juga akan digali kesaksian tentang para
kolaborator Prancis yang selama masa pendudukan bekerjasama
dengan Jerman.
Sementara itu muncul Rene Hardy, seorang pejuang Prancis yang
dituduh mengkhianati pejuang/pahlawan Jean Moulin. Tapi Hardy
bebas dari pengadilan yang mempersoalkan keterlibatannya dengan
kematian Moulin. Ia mengaku pernah 2 kali berusaha mencegat
Barbie di Bolivia di tahun 1972. Banyak rahasia ingin dikoreknya
dari tokoh Gestapo itu. Bahkan ia berniat menculik Barbie,
katanya. Hidup di tempat terpencil di selatan Prancis, Hardy, 72
tahun, bersedi memberi kesaksian dalam perkara Barbie.
Majalah Jerman Stern, beroplah besar, tiba-tiba muncul dengan
kisah lain dari Barbie. Tukang jagal itu, menurut Stern,
mengatakan pahlawan Jean Moulin mati bunuh diri dengan cara
membenturkan kepalanya berulang kali ke dinding sel penjara.
"Bukan saya yang membunuhnya seperti yang sering diberitakan di
koran-koran," ucap Barbie yang rupanya pernah diwawancara Stern
manakala ia masih tinggal di Bolivia. Dalam kisah itu juga
Barbie blak-blakan menuturkan praktek Gestapo mulai dari
penyergapan terhadap kaum partisan sampai kepada pembunuhan
seorang biarawati.
SELAMA dasawarsa 1950-an, Barbie sudah 2 kali diadili in
absentia di Prancis. Dia dituduh membunuh, menganiaya dan secara
tidak sah memenjarakan korban-korbannya. Menurut ketentuan yang
berlaku, Barbie sebenarnya sudah tidak mungkin diadili atas
tuduhan yang sama. Mungkin karena itu para penjabat Prancis
menyatakan bahwa algojo itu akan dituntut berdasar UU tentang
kejahatan Terhadap Perikemanusiaan.
Kehadiran Barbie sebagai pesakitan diharapkan bisa mengisi
lembaran baru dalam sejarah Prancis, khususnya masamasa suram
yang getir seperti yang dikatakan PM Pierre Mauroy. Juga mungkin
bisa mengungkapkan keterlibatan tentara pendudukan AS yang
mempekerjakan Barbie sebagai agen rahasia. Kasus agen rahasia
itu pertama kali dilontarkan Serge Klarsfeld yang kemudian
diperkuat oleh Prof. Erhard Dabringhaus, ahli Jerman pada Wayne
State University di Detroit. Menurut Dabringhaus, Barbie adalah
informan Amerika di tahun 1948.
Kini dipenjarakan terpisah, Klaus Barbie terus-menerus berada di
bawah pengawasan ketat. Ada kekhawatiran tokoh Gestapo itu akan
bunuh diri. Untuknya sedang dicarikan seorang pembela.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo