Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

"tukang jagal" dari lyons

Bekas nazi yang memimpin pasukan gestapo di lyons, klaus barbie, di ekstradisikan ke prancis dari bolivia, lebih dikenal dengan julukan "tukang jagal" pernah menjatuhkan hukuman mati terhadap 4.000 orang. (ln)

19 Februari 1983 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DARI Guyana Prancis ia diterbangkan ke sebuah pangkalan udara di Orange, 170 km selatan Lyons. Pekan silam ia diangkut lagi dengan helikopter ke Corbas. Laki-laki berusia 70 tahun yang lebih dikenal dengan julukan "tukang jagal" dari Lyons itu segera digiring ke sebuah prahoto yang dilarikan cepat ke penjara Montluc. Di pintu gerbang penjara di Lyons itu banyak orang berkerumun, termasuk wartawan dan seorang wanita yang membawa karabin. Itulah mungkin perjalanan terakhir Klaus Barbie menyeberang Lautan Atlantik, meninggalkan dunia bebas menuju Montluc. Nama penjara ini tidak asing baginya. Di situ pernah ia menjatuhkan hukuman mati atas diri l.k. 4.000 orang. Dari Montluc juga, kapten Gestapo itu mengirim 7.591 pejuang Prancis dan orang Yahudi ke kamp-kamp konsentrasi. Di penjara ini juga, Barbie dituduh menganiaya hingga mati pejuang kemerdekaan Prancis, Jean Moulin. Kejahatan tukang jagal itu memang terlalu banyak. Pengacara Prancis Serge Klarsfeld dan istrinya Beate tak kunjung berhenti melacaknya selama bertahun-tahun. Sejak 11 tahun silam mereka sudah memastikan Barbie ada di Bolivia. Dengan nama samaran Klaus Altman, dia hidup enak di sana, bahkan membina hubungan erat dengan junta militer negara itu. Sedemikian eratnya, hingga tahun 1974 pemerintah Bolivia sampai menolak permohonan ekstradisi Barbie oleh Prancis. Memang kedua negara itu tidak punya perjanjian ekstradisi. Keadaan berbalik manakala Hernan Siles Zuazo, seorang sipil terpilih sebagai Presiden Bolivia. Dalam tempo 2 pekan, Barbie ditahan polisi, dituduh terlibat penipuan uang sebesar US$ 10.000. Hak kewarganegaraannya serentak dicabut karena diperoleh dengan alasan palsu. Tanpa buang waktu Prancis dan Jer-Bar segera menuntut ekstradisi Barbie. Klaus Barbie tahun 1935 terdaftar sebagai anggota SS. Tahun 1937 ia jadi anggota Nazi, dan tahun 1943 diangkat jadi kapten dan dikirim ke Lyons untuk memimpin pasukan Gestapo di sana. Ia sempat kembali ke Jerman tahun 1944 sebelum ditahan tentara AS. Anehnya, justru dalam penahanan itu Barbie beroleh tugas baru: memata-matai Nazi (atau komunis?). Tugas ini menyelamatkan Barbie dari ekstradisi yang diajukan Prancis ke Washington tahun 1950. Dan entah bagaimana caranya, dengan kartu Palang Merah Internasional, Barbie meninggalkan Genoa (Italia) menuju Buenos Aires (Argentina) bersama istri dan dua anak. Dia kemudian memilih tinggal di Bolivia dan memperoleh kewarganegaraannya tahun 1957. Tapi pencabutan hak kewarganegaraan itu sekarang menimbulkan heboh kecil di Bolivia. Tidak itu saja. Ditempatkan di sebuah sel baru di ruang isolasi penjara di Lyons, Barbie dalam waktu singkat jadi buah bibir di seantero Prancis. Pengadilan atas algojo itu diduga tidak sekadar akan menghukum dirinya tapi juga menyorot tindak-tanduk rakyat Prancis sendiri. Maksudnya? Kuat dugaan jika Barbie diadili, dari dia juga akan digali kesaksian tentang para kolaborator Prancis yang selama masa pendudukan bekerjasama dengan Jerman. Sementara itu muncul Rene Hardy, seorang pejuang Prancis yang dituduh mengkhianati pejuang/pahlawan Jean Moulin. Tapi Hardy bebas dari pengadilan yang mempersoalkan keterlibatannya dengan kematian Moulin. Ia mengaku pernah 2 kali berusaha mencegat Barbie di Bolivia di tahun 1972. Banyak rahasia ingin dikoreknya dari tokoh Gestapo itu. Bahkan ia berniat menculik Barbie, katanya. Hidup di tempat terpencil di selatan Prancis, Hardy, 72 tahun, bersedi memberi kesaksian dalam perkara Barbie. Majalah Jerman Stern, beroplah besar, tiba-tiba muncul dengan kisah lain dari Barbie. Tukang jagal itu, menurut Stern, mengatakan pahlawan Jean Moulin mati bunuh diri dengan cara membenturkan kepalanya berulang kali ke dinding sel penjara. "Bukan saya yang membunuhnya seperti yang sering diberitakan di koran-koran," ucap Barbie yang rupanya pernah diwawancara Stern manakala ia masih tinggal di Bolivia. Dalam kisah itu juga Barbie blak-blakan menuturkan praktek Gestapo mulai dari penyergapan terhadap kaum partisan sampai kepada pembunuhan seorang biarawati. SELAMA dasawarsa 1950-an, Barbie sudah 2 kali diadili in absentia di Prancis. Dia dituduh membunuh, menganiaya dan secara tidak sah memenjarakan korban-korbannya. Menurut ketentuan yang berlaku, Barbie sebenarnya sudah tidak mungkin diadili atas tuduhan yang sama. Mungkin karena itu para penjabat Prancis menyatakan bahwa algojo itu akan dituntut berdasar UU tentang kejahatan Terhadap Perikemanusiaan. Kehadiran Barbie sebagai pesakitan diharapkan bisa mengisi lembaran baru dalam sejarah Prancis, khususnya masamasa suram yang getir seperti yang dikatakan PM Pierre Mauroy. Juga mungkin bisa mengungkapkan keterlibatan tentara pendudukan AS yang mempekerjakan Barbie sebagai agen rahasia. Kasus agen rahasia itu pertama kali dilontarkan Serge Klarsfeld yang kemudian diperkuat oleh Prof. Erhard Dabringhaus, ahli Jerman pada Wayne State University di Detroit. Menurut Dabringhaus, Barbie adalah informan Amerika di tahun 1948. Kini dipenjarakan terpisah, Klaus Barbie terus-menerus berada di bawah pengawasan ketat. Ada kekhawatiran tokoh Gestapo itu akan bunuh diri. Untuknya sedang dicarikan seorang pembela.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus