Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Internasional

25 Senator AS Desak Biden Dukung Gencatan Senjata di Gaza: Demi Kepentingan Nasional

Tanpa gencatan senjata di Gaza, konflik regional yang meningkat akan terus mengancam keamanan nasional AS, kata para Senator

15 Februari 2024 | 12.12 WIB

Presiden AS Joe Biden melepas kacamata hitamnya ketika berbicara kepada media sebelum meninggalkan Gedung Putih menuju North Carolina, di Washington, AS, 18 Januari 2024. REUTERS/Evelyn Hockstein
Perbesar
Presiden AS Joe Biden melepas kacamata hitamnya ketika berbicara kepada media sebelum meninggalkan Gedung Putih menuju North Carolina, di Washington, AS, 18 Januari 2024. REUTERS/Evelyn Hockstein

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Lebih dari dua lusin senator AS menulis surat kepada Presiden Amerika Serikat Joe Biden pada Rabu untuk mendesaknya mengerahkan upaya diplomatik terbaik agar tercapai kesepakatan gencatan senjata baru di Gaza. Imbalannya adalah pembebasan sandera Israel yang masih ditahan oleh Hamas.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

“Kami menyadari bahwa pencapaian diplomasi seperti itu memerlukan persetujuan dari pihak-pihak yang bertikai, dan syarat-syaratnya masih dalam tahap negosiasi,” tulis 25 anggota parlemen, yang dipimpin oleh Senator Jon Ossoff dan Raphael Warnock.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

“Menurut penilaian kami, ini adalah demi kepentingan nasional AS yang mendesak – dan kepentingan kemanusiaan yang mendesak dari jutaan warga sipil tak berdosa – agar perundingan ini berhasil,” tambah mereka.

Para senator mengatakan mereka terus mendukung tujuan Israel untuk menyingkirkan Hamas dari kekuasaan di Gaza. Kendati demikian, namun mengakui bahwa jika pertempuran tidak dihentikan, “kondisi kemanusiaan bagi warga sipil di Gaza akan menjadi lebih buruk dan ribuan orang tak berdosa – termasuk banyak anak-anak – akan mati.”

“Tanpa ruang yang diciptakan untuk diplomasi regional melalui gencatan senjata, kondisi politik untuk perdamaian dan keamanan yang langgeng tidak akan tercapai. Dan, meningkatnya konflik regional akan terus mengancam keamanan nasional AS,” tambah mereka.

Situs berita Axios adalah yang pertama melaporkan keberadaan surat tersebut.

Laporan ini bertepatan dengan keputusan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu untuk mencegah tim perundingan kembali ke Mesir untuk memulai pembahasan kesepakatan pertukaran sandera dengan Hamas. Pembicaraan dijadwalkan dilanjutkan pada Kamis 15 Februari 2024.

“Netanyahu percaya bahwa Hamas harus menerima persyaratan yang ditetapkan oleh Israel untuk mencapai kemajuan,” lapor Channel 12 Israel.

Para pejabat dari Israel, Mesir, Qatar dan Amerika Serikat mengadakan pertemuan pada Selasa di Kairo untuk membahas gencatan senjata dan pertukaran sandera antara kelompok Palestina Hamas dan Israel dan pembicaraan tersebut diperkirakan akan diadakan kembali pada hari ini.

Ketika ditanya tentang keputusan Netanyahu dalam konferensi pers pada Rabu, Penasihat Keamanan Nasional AS Jake Sullivan mengatakan kepada wartawan: "Kami percaya bahwa akan ada kesepakatan, harus ada kesepakatan, dan semua orang harus terus bekerja keras untuk mencapai kesepakatan itu."

“Saya tidak dapat berbicara mengenai taktik spesifik pertemuan pada hari tertentu, namun arah pertemuan haruslah semua orang melakukan segala yang mereka bisa, termasuk pemerintah Israel, untuk mencoba mencapai kesepakatan yang baik bagi Israel. Ini bagus untuk keamanan regional, dan Amerika Serikat akan terus melakukan upaya keras baik secara pribadi dengan pemerintah Israel maupun secara publik melalui podium ini,” katanya.

Pekan lalu, Hamas mengusulkan rencana tiga tahap untuk gencatan senjata yang mencakup jeda pertempuran selama 135 hari dengan imbalan pembebasan sandera, menurut sumber Palestina.

Namun, Netanyahu menolak tawaran tersebut dan bersumpah untuk melanjutkan perangnya di Gaza sampai Israel mendapatkan “kemenangan telak” melawan Hamas.

Israel yakin bahwa 134 warga Israel ditahan di Gaza setelah militer Israel pada Senin berhasil membebaskan dua sandera di Kota Rafah di Gaza selatan.

Sejak serangan lintas batas oleh kelompok Palestina Hamas pada 7 Oktober, yang menewaskan kurang dari 1.140 orang, serangan Israel ke Gaza telah menewaskan lebih dari 28.500 orang dan menyebabkan kehancuran massal serta kekurangan bahan-bahan kebutuhan pokok yang mengakibatkan kelaparan.

Perang Israel di Gaza telah menyebabkan 85% penduduk wilayah tersebut mengungsi di tengah kekurangan makanan, air bersih dan obat-obatan, sementara 60% infrastruktur di wilayah tersebut telah rusak atau hancur, menurut PBB.

Israel dituduh melakukan genosida di Mahkamah Internasional (ICJ). Keputusan sementara pada 26 Januari memerintahkan Tel Aviv untuk menghentikan tindakan genosida dan mengambil tindakan untuk menjamin bahwa bantuan kemanusiaan diberikan kepada warga sipil di Gaza.

ANADOLU

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus