Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Internasional

4 Hal Menarik dalam Setahun Korea Utara Uji Coba Senjata Nuklir

4 hal menarik dalam setahun Korea Utara uji coba senjata nuklir meliputi besaran uang yang dikucurkan, sosok penentu hingga hilangnya ratusan nyawa.

29 November 2017 | 16.35 WIB

Kementerian pertahanan Korea Selatan  merilis foto peluncuran rudal balistik Hyunmoo-2 dari Laut Timur, pada 29 November 2017. Korea Selatan melakukan latihan penembakan rudal  setelah Korea Utara menembakan rudal balistiknya ke Pasifik, melewati udara Jepang, pada hari yang sama. South Korean Defense Ministry via Getty Images
Perbesar
Kementerian pertahanan Korea Selatan merilis foto peluncuran rudal balistik Hyunmoo-2 dari Laut Timur, pada 29 November 2017. Korea Selatan melakukan latihan penembakan rudal setelah Korea Utara menembakan rudal balistiknya ke Pasifik, melewati udara Jepang, pada hari yang sama. South Korean Defense Ministry via Getty Images

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Berikut 4 hal menarik dalam setahun Korea Utara melakukan uji coba pengembangan program senjata nuklir yang telah memicu kekhawatiran dunia. Terbaru, Korea Utara dini hari tadi meluncurkan rudal balistik antarbenua atau ICBM Hwasong-15 yang mampu menjangkau seluruh wilayah Amerika Serikat.  

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

1. Jumlah ujicoba rudal Korea Utara

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sejak awal tahun ini, Korea Utara telah melakukan sedikitnya 22 rudal dari berbagai jenis, termasuk rudal balistik jarak pendek ,menengah, antar benua dan senjata nuklir. 

Baca: Dewan Keamanan PBB Rapat Darurat Bahas Rudal ICBM Korea Utara

2. Biaya pembangunan hingga uji coba rudal Korea Utara.

Dari total 22 rudal yang diluncurkan pada 2017, rezim komunis pimpinan Kim Jong Un telah menghabsskan biaya sekitar US$ 400 juta atau setara Rp 5,4 triliun, berdsarkan analisa data berbagai lembaga penelitian yang dilaporkan media Korea Selatan, Chosun Ilbo. 

Sumber di sebuah lembaga penelitian yang dikelola negara mengatakan bahwa harga sebuah rudal adalah kombinasi dari biaya hulu ledak, booster, bahan bakar dan zat pengoksidasi.

Rudal Hyunmu-2A Korea dengan jarak tempuh 300 kilometer masing-masing sekitar US$ 2 juta atau setara Rp 27 miliar. Adapun Hyunmu-2B dengan jarak tempuh sekitar 500 kilometer menghabiskan biaya sekitar US$ 4 juta atau Rp 54 miliar.  Dengan begitu, Korea Utara menghabiskan US$  7-10 juta untuk menguji peluncuran empat rudal Scud ER dengan jarak tempuh 1.000 kilometer pada 6 Maret lalu. Setiap peluncuran rudal jarak menengah bahan bakar padat Pukguksong-2 pada  Februari dan Mei lalu berbiaya US$ 15 juta atau Rp 202,6 miliar.

Keenam peluncuran uji rudal Hwasong-12 sejak April lalu menghabiskan biaya sekitar US$ 30 juta atau Rp 405,3 miliar, sementara kedua uji coba peluncuran rudal Hwasong-14 dengan jarak tempuh setidaknya 12.000 kilometer  minimal US$ 50 juta atau Rp 675,6 miliar.

Selain itu, Korea Utara meluncurkan satu rudal Musudan, empat rudal tipe Scud, dan beberapa rudal jelajah. Total diperkirakan mencapai US$ 380-US$ 400 juta.

Baca: Pemimpin Dunia Kutuk Peluncuran Rudal ICBM Terbaru Korea Utara

3. Mereka yang terlibat langsung dalam program rudal dan nuklir Korea Utara

Sekitar 6.000 orang terlibat dalam program nuklir dan rudal Korea Utara, menurut laporan Institut Kebijakan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Korea Selatan tahun 2009 dan mereka adalah korps elit. Banyak yang diberi rumah baru dan yang paling atas diberi medali penghargaan sebagai pahlawan negara.

Namun ada 3 orang penting di balik program senjata nuklir Korea Utara, yakni seorang fisikawan nuklir, seorang jenderal militer, dan seorang broker dengan kontak di Pakistan, seperti dikutip dari Reuters dan Mirror. 

Otaknya adalah pria berusia 77 tahun So Sang Guk, ilmuwan yang terampil yang kemudian menjadi Kepala Departemen Ilmiah Fisika Nuklir Universitas Kim Il Sung. Dia memiliki 2 bawahan yakni, Ri Hong Sop, kepala Institut Senjata Nuklir Korea Utara, dan Hong Sung Mu, Wakil direktur partai pekerja yang berkuasa di Departemen industri amunisi Korea.

Beberapa pakar kepemimpinan Korea Utara mengatakan, mereka adalah bagian dari sekelompok ahli senjata di garis depan ambisi pemimpin muda tersebut: mengembangkan rudal balistik antar benua (ICBM) yang dapat membawa senjata nuklir ke Amerika Serikat.

Kedua adalah O Kuk Ryol, pria kurus dengan rambut kusut dan kacamata berwarna yang dikatakan sebagai koordinator militer di balik program nuklir.

Jon Pyong Ho, birokrat Partai Buruh yang berkuasa adalah orang ketiga dalam pengembangan program rudal balistik Pyongyang. Dia telah membantu mensponsori sebuah kesepakatan dengan Pakistan pada 1990-an yang memberi Pyongyang teknologi penting untuk program pengayaan uraniumnya.

Selain 3 nama di atas, terdapat beberapa nama lainnya termasuk Ri Pyong-chol, jenderal angkatan udara Korea Utara dan Kim Jong-sik jenderal di Departemen Industri Amunisi Partai Buruh serta Jang Chang-ha, Presiden Akademi Ilmu Pertahanan Nasional Korea Utara.

Baca: Korea Utara Gali Parit di Perbatasan Korea Selatan, Untuk Apa?

4. Dampak pengembangan uji coba rudal dan senjata nuklir Korea Utara

Selama uji coba senjata Korea Utara di 2017, banyak bencana yang tElah ditimbulkan dan tak ayal menelan korban jiwa hingga ratusan orang. Yang terbaru adalah tewasnya sekitar 200 pekerja bangunan setelah  terowongan di dekat lokasi uji coba nuklir di Korea Utara ambruk.

Sebelumnya dilaporkan gunung di Punggye-ri, lokasi enam uji coba nuklir terancam runtuh akibat getaran terus menerus dari uji coba senjata. Selain itu, uji coba itu berpotensi menyebarkan radiasi dosis besar di seluruh wilayah.

Situs uji coba nuklir Korea Utara di Kilju, Provinsi Hamgyong Utara juga dilaporkan  berubah menjadi gurun setelah enam uji coba nuklir bawah tanah.

Warga Korea Utara yang membelot dari wilayah tersebut mengatakan bahwa 80 persen pohon yang ditanam mati, sumur bawah tanah telah kering dan bayi terlahir dengan cacat.

Selain bencana alam buatan, uji coba rudal dan nuklir Korea Utara telah menyebabkan rakyatnya menderita oleh sanksi Amerika Serikat, Korea Selatan, dan PBB.

 

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus