Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Pertempuran antara Militer Myanmar dan kelompok etnis bersenjata belum sepenuhnya berakhir di negeri seribu pagoda itu. Dikutip dari kantor berita Reuters, pertempuran masih terjadi, salah satunya di Kani, Sagaing. Di sana, pertempuran sudah berlangsung berbulan-bulan.
Pertempuran tersebut memakan korban dalam jumlah banyak. Jumlah korban dari pihak warga, dalam beberapa pekan terakhir, terhitung mencapai 40 orang. Jenazah mereka ditemukan terpencar di kawasan hutan. Beberapa di antaranya memiliki bekas-bekas hasil disiksa.
Salah seorang anggota milisi Kani, yang enggan disebutkan namanya, memperkirakan masih ada banyak jenazah yang belum ditemukan. Ia juga menduga pembunuhan tidak hanya dilakukan oleh Militer Myanmar, tetapi juga kelompok etnis bersenjata atau milisi yang pro-junta.
"Kebanyakan warga di kawasan pedalaman sekarang sudah melarikan diri ke kota-kota terdekat," ujar dia menambahkan, Kamis, 5 Agustus 2021.
Tentara berdiri di luar Bank Sentral Myanmar selama protes terhadap kudeta militer, di Yangon, Myanmar, 15 Februari 2021. [REUTERS / Stringer]
Media-media lokal melaporkan jenazah-jenazah yang ditemukan tidak hanya orang dewasa saja, tetapi juga anak-anak. Pada 30 Juli 2021, misalnya, ditemukan 12 jenazah yang salah satunya anak-anak dengan estimasi usia 14 tahun. Tubuh mereka ditemukan dalam kondisi babak belur.
Militer Myanmar belum memberikan keterangan apapun perihal hal ini. Namun, pada 30 Juli lalu, edaran militer menyampaikan personil mereka diserang oleh 100 "teroris" di desa Zeepindwin, Kani. Militer mengklaim berhasil melakukan serangan balasan walaupun sembilan di antara mereka menjadi korban.
Menurut Asosiasi Bantuan Hukum untuk Tahanan Politik, Militer Myanmar sudah membunuh kurang lebih 946 orang sejak kudeta pada 1 Februari lalu. Angka tersebut dibantah oleh Junta Militer yang sekarang memegang kendali atas Pemerintahan Myanmar dengan Jenderal Min Aung Hlaing sebagai kepalanya.
Di luar Myanmar, ASEAN berupaya memastikan lima poin konsensus penyelesaian krisis bisa diimplementasikan. Pada Rabu kemarin, langkah maju dibuat dengan sudah ditetapkankan Menlu II Brunei Darussalam sebagai utusan khusus. Ia yang akan menemui segala pihak terkait krisis di Myanmar, menyusun timeline penyelesaian krisis, dan memastikan bantuan kemanusiaan bisa masuk.
Baca juga: Krisis Politik di Myanmar Jadi Sorotan di Pertemuan AMM
ISTMAN MP | REUTERS
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini