Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Internasional

6 Fakta Pemimpin Milisi Palestina yang Tewas setelah Mogok Makan di Penjara Israel

Tokoh milisi Jihad Palestina Khader Adnan tewas di penjara Israel setelah mogok makan selama 87 hari. Berikut fakta-fakta seputar peristiwa tersebut.

3 Mei 2023 | 10.08 WIB

Khader Adnan, seorang pemimpin Jihad Islam. REUTERS/Mohamad Torokman
Perbesar
Khader Adnan, seorang pemimpin Jihad Islam. REUTERS/Mohamad Torokman

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Tokoh milisi Jihad Islam Palestina, Khader Adnan, tewas di penjara Israel setelah mogok makan selama 87 hari pada Selasa, 2 Mei 2023. Kematian Adnan diumumkan oleh otoritas penjara Israel.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Adnan, 45 tahun, berasal dari Jenin di Tepi Barat yang diduduki Israel. Sumber Jihad Islam mengatakan dia adalah salah satu pemimpin politiknya. Faksi tersebut memiliki kehadiran terbatas di Tepi Barat tetapi merupakan kelompok bersenjata paling kuat kedua di Gaza yang dikuasai Hamas, di mana pasukan Israel melakukan perang singkat melawannya Agustus lalu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Berikut fakta-fakta seputar kematiannya dirangkum Tempo.

Didakwa terlibat dalam kegiatan teroris

Layanan penjara Israel mengatakan Adnan telah didakwa dengan "keterlibatan dalam kegiatan teroris" tetapi telah menolak perawatan medis sementara proses hukum tetap berjalan. Adnan yang sedang menunggu persidangan ditemukan tidak sadarkan diri di selnya Selasa pagi dan dipindahkan ke rumah sakit tempat dia dinyatakan meninggal.

Kelompok Jihad Islam Palestina mengatakan dalam sebuah pernyataan: “Perjuangan kami terus berlanjut dan musuh akan menyadari sekali lagi bahwa kejahatannya tidak akan berlalu tanpa tanggapan. Perlawanan akan berlanjut dengan segala kekuatan dan tekad.”

Ketegangan setelah kematian Adnan

Tak lama setelah kematian Adnan, sirene berbunyi di komunitas perbatasan Gaza Israel. Ketegangan di sekitar Jalur Gaza melonjak ketika faksi tersebut bersumpah akan membalas dendam.Ratusan orang turun ke jalan-jalan di Gaza untuk mendukung Adnan dan meratapi kematiannya.

Penduduk berlarian mencari perlindungan. Militer Israel mengkonfirmasi bahwa tiga roket yang ditembakkan dari Jalur Gaza menuju wilayah Israel jatuh di area terbuka.

Telah lima kali lakukan aksi serupa

Adnan, yang berafiliasi dengan kelompok Jihad Islam Palestina, telah melakukan lima aksi mogok makan sejak 2004. Ini termasuk mogok 55 hari pada 2015 untuk memprotes penangkapannya di bawah apa yang disebut penahanan administratif, di mana tersangka ditahan tanpa batas waktu tanpa dakwaan.

Taktik tersebut telah digunakan oleh tahanan Palestina lainnya, terkadang secara massal, namun tidak ada yang meninggal sejak 1992.

Telah ditahan sebanyak 12 kali

Menurut Asosiasi Tahanan Palestina, Adnan telah ditahan oleh Israel sebanyak 12 kali, menghabiskan sekitar delapan tahun di penjara, sebagian besar di bawah penahanan administratif. Israel menahan lebih dari 1.000 tahanan Palestina tanpa dakwaan atau pengadilan, jumlah tertinggi sejak 2003, menurut kelompok HAM Israel HaMoked.

Pemerintah Israel mengatakan taktik kontroversial itu membantu pihak berwenang menggagalkan serangan dan menahan militan berbahaya tanpa membocorkan materi yang memberatkan demi alasan keamanan.

Orang-orang Palestina dan kelompok-kelompok hak asasi mengatakan sistem itu disalahgunakan secara luas dan menolak proses hukum, dengan sifat rahasia dari bukti yang membuat tahanan administratif atau pengacara mereka tidak mungkin mengajukan pembelaan.

Pengacara Adnan sebut otoritas Israel menahan perawatan medis

Menyanggah akun Layanan Penjara, pengacara Adnan Jamil Al-Khatib dan seorang dokter dari kelompok hak asasi manusia yang baru-baru ini bertemu dengannya menuduh otoritas Israel menahan perawatan medis.

"Kami menuntut dia dipindahkan ke rumah sakit sipil di mana dia dapat ditindaklanjuti dengan baik. Sayangnya, permintaan seperti itu dipenuhi dengan sikap keras kepala dan penolakan," kata Al-Khatib kepada Reuters.

Kematian Adnan bisa dihindari

Lina Qasem-Hassan dari Dokter untuk Hak Asasi Manusia di Israel mengatakan dia melihat Adnan pada 23 April. Berat badannya turun 40 kg dan mengalami kesulitan bernapas tetapi sadar.

"Kematiannya bisa dihindari," kata Qasem Hassan kepada Reuters, mengatakan beberapa rumah sakit Israel menolak menerima Adnan setelah dia melakukan kunjungan singkat ke ruang gawat darurat mereka. Layanan Penjara mengatakan rawat inap bukanlah pilihan karena Adnan telah menolak "bahkan pemeriksaan awal".

SITA PLANASARI | DANIEL A. FAJRI

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus