Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Kepolisian Yunani pada Senin, 24 Juni 2024, mengkonfirmasi turis Jerman, 67 tahun, jenis kelamin laki-laki ditemukan tewas di Pulau Crete, Yunani. Dengan kematian ini, maka total sudah enam turis meninggal selama Juni 2024 dalam periode gelombang panas yang tak biasa.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Turis Jerman yang tidak dipublikasi identitasnya, mendaki sebuah ngarai sendirian di kawasan Sougia pada Minggu, 23 Juni 2024. Setelah beberapa jam berlalu, turis tersebut menelepon istrinya dengan mengabarkan kalau dia merasa tak enak badan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
“Sebuah pencarian dan operasi penyelamatan segera dilakukan. Sebuah unit penyelamat khusus bahkan sampai mengerahkan beberapa unit drone yang kemudian berhasil menemukan jasad turis tersebut di ngarai Trypiti,” kata sumber di kepolisian Yunani.
Ini bukan kejadian pertama turis meninggal di Yunani pada Juni 2024, namun sudah ada serangkaian kematian dan turis hilang dalam gelombang panas di Negeri Para Dewa itu. Kejadian ini menyoroti bahayanya paparan suhu yang menyentuh atau lebih dari 40 derajat celcius.
Tim penyelamat pada saat yang sama, juga melakukan pencarian pada dua turis perempuan asal Prancis usia 73 tahun dan 64 tahun, yang hilang di Pulau Sikinos. Sebelumnya ada turis asal Amerika Serikat, 59 tahun, dinyatakan hilang saat berlibur di Pulau Amorgos, Yunani. Turis asal Amerika Serikat itu adalah anggota kepolisian.
Suhu panas ekstrem merupakan ancaman lingkungan yang signifikan dan berpotensi membahayakan kesehatan. Stres panas, sebagai penyebab utama kematian terkait cuaca, dapat memperburuk berbagai penyakit yang mendasarinya seperti penyakit kardiovaskular, diabetes, kesehatan mental, dan asma.
Tak hanya itu, panas ekstrem juga meningkatkan risiko kecelakaan dan penularan beberapa penyakit menular. Salah satu kondisi paling serius akibat paparan panas adalah heatstroke, yang merupakan keadaan darurat medis dengan tingkat kematian yang tinggi.
Dikutip dari WHO, perubahan iklim telah menyebabkan peningkatan jumlah orang yang terpapar panas ekstrem di berbagai wilayah dunia. Antara 2000 hingga 2004 dan 2017 hingga 2021, kematian akibat panas pada orang berusia di atas 65 tahun meningkat sekitar 85 persen. Penelitian selama 2000 hingga 2019 menunjukkan bahwa sekitar 489.000 kematian akibat panas terjadi setiap tahunnya, dengan 45 persen di antaranya terjadi di Asia dan 36 persen di Eropa.
Kerentanan terhadap panas dipengaruhi oleh faktor fisiologis seperti usia dan status kesehatan, serta faktor paparan seperti pekerjaan dan kondisi sosial ekonomi. Peristiwa gelombang panas dengan intensitas tinggi dapat menyebabkan kematian akut dalam jumlah besar.
Sumber: Reuters
Pilihan editor: 562 Jamaah Haji Meninggal, Terbanyak karena Gelombang Panas
Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini