Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Abu Daud Dan

Tokoh PLO Abu Daud ditangkap di Paris. Pernah dijatuhi hukuman mati di Yordania. Setelah peristiwa september hitam, Prancis, membebaskannya. Keputusan itu disambut di Arab dan diprotes Israel. (ln)

22 Januari 1977 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

ABU Daud ditangkap. Abu Daud dibebaskam Dua peristiwa yang terjadi di Paris beberapa hari yang lalu ternyata amat menarik perhatian dunia. Ditangkap di hotelnya pada hari Jum'at tanggal 7 Januari, Abu Daud, yang berada di Perancis dengan paspor Irak atas nama Jusuf Radji Ben Hima, sama sekali tidak memberikan perlawanan. "Ia tidak bersenjata", kata seorang polisi yang menahannya. Kunjungannya ke Paris untuk menghadiri pemakaman jenazah Mahmud Saleh, (tokoh Palestina yang terbunuh beberapa hari sebelumnya di Latin Quarter, Paris), tidak tercapai. Daud, yang nama sebenarnya adalah Muhammad Daud Oudeh, berada di tahanan ketika pemakaman berlangsung. Pernyataan pertama kepolisian Perancis menyebut penahanan dilakukan berdasarkan permintaan pemerintah Jerman Barat yang disalurkan lewat Interpol. Dasar dari permintaan itu adalah kecurigaan "yang cukup beralasan" terhadap keterlibatan Daud dalam pembantaian 11 atlit Israel dan seorang polisi Jerman Barat pada insiden di Olympiade Munchen tahun 1972. Sebuah sumber yang dikutip oleh pemerintah Jennan Barat menyebut Daud "pernah mengakui bahwa ialah yang memberikan paspor kepada pasukan komando Palestina yang beraksi di Munchen" itu. Daud yang berusia 39 tahun dan dikenal sebagai pengacara, juga mempunyai hubungan erat dengan sejumlah pertumpahan darah di berbagai tempat. Di hulan September 1970, Yordania dilanda pertempuran sengit yang melihatkan pasukan-pasukan Yordania di satu fihak dan PLO di lain fihak. Di fihak gerilya Palestina saja gugur 10 ribu orang, dan Abu Daud sebagai tokoh PLO tertangkap untuk kemudian dijatuhi hukuman mati. Tembak Mati Hukuman nati belum sempat dijatuhkan ketika anak-anak buah Daud beraksi di berbagai tempat. Kedutaan Besar Arab Saudi di Karthum, Sudan diserbu di tahun 1973 oleh pasukan komando PLU. Meski pun yang mereka tuntut adalah pembebasan Daud, tapi Dubes Amerika, Noel yang kebetulan menghadiri pesta di kedutaan yang diserhu itu, jadi korban di ujung peluru Palestina. Akihat peristiwa ini Raja Husein mengubah hukuman Daud menjadi hukuman seumur hidup. orang Palestina tidak puas, dan bulan Nopember 1973, Perdana Menteri Yordania, Wasfi Thal, ditembak mati oleh sepasukan gerilyawan Palestina yang beroperasi di Kairo. Atas desakan sejumlah kepala negara Arab, Daud kemudian dibebaskan oleh Husein. Pasukan komando Palestina yang kemudian dikenal sebagai September Hitam (sebagai peringatan terhadap perang September di Yordania) diduga keras terbentuk atas prakarsa Abu Daud. Tindakan September Hitam membajak berbagai pesawat terbang milik berbagai negara amat ditakuti oleh negara-negara yang memiliki armada udara besar seperti Jerman Barat, Belanda dan Perancis. Sisa-sisa gerilyawan penyerbu komleks Olympiade Munchen yang ditahan oleh polisi Jerman kemudian juga dibebaskan setelah September Hitam membajak sebuah pesawat Lufthansa. Juga Belanda pernah tunduk pada September Hitam ini. Konvensi-konvensi Internasional yang berusaha nenyatukan negara-negara dalam melawan teror internasional tidak pernah berhasil melawan orang-orang Palestina itu. Cuma Israel, pernah berhasil melumpuhkan pembajakan mereka di Etebbe. Uganda tahun silam. Pembebasan Abu Daud oleh pengadilan Perancis pekan silam sekali lagi membuktikan betapa tidak mudahnya menyetop orang-orang Palestina. Beberapa saat setelah penahanan dilakukan, pemerintah Perancis mengumumkan bahwa mereka menahan Daud hanya karena permintaan Jerman Barat, dan bahwa mereka kini menantikan permintaan ekstradisi dari Bonn. "Kami memberi waktu selama 18 hari, jika selama itu tidak ada permintaan, Daud akan kami bebaskan", kata Oliver Guicher, Menteri Kehakiman Perancis. Tapi batas waktu 18 hari belum tercapai ketika Daud sudah berada di Aljazair setelah diumumkan di Perancis bahwa pengadilan Paris membebaskan tokoh Palestina itu. Di negara-negara Arab, keputusan Perancis itu disambut dengan amat senang. "Kami akan melanjutkan hubungan bersahabat kami dengan Perancis", kata Ezeddin Kalak, kepala perwakilan PLO di Paris. Tidak banyak komentar dari Libya, Aljazair dan Irak, tiga negara yang dengan segera memprotes penahanan Daud setelah tersiar penahanannya. Tapi di Israel, sebuah demonstrasi besar berlangsung di depan Kedutaan Besar Perancis pekan silam. Janda-janda dan anak-anak yatim korban Munchen berteriak-teriak di depan kantor perwakilan Perancis di Tel Aviv. "Giscard Nazi". teriak salah seorang dari mereka. Duta Besar Perancis, Jean Herly dipanggil menghadap Menlu Israel, Yigal Allon. Surat kabar terkemuka Israel yang terbit di Yerussalem, Maariv, memberitakan adanya persiapan Israel untuk meminta ekstradisi Daud dari pemerintah Perancis. Rencana belum sempat dikirimkan ketika berita pembebasan Daud tersiar. Duta Besar Israel di Paris. Mordechai Gazit, langsung dipanggil pulang ke tanah airnya. Alasan Diubah Di Bonn, ibu kota Jerman Barat, berita pembebasan Daud juga diterima dengan amat terkejut. Menlu Jerman Barat, Hans Jochen Vogel. menyebut keputusan Perancis itu sebagai "tidak mengikuti kebiasaan yang berlaku dalam hal ekstradisi, serta amat tidak membantu perjuangan melawan terorisme internasional". Fihak Jerman Barat juga membantah telah meminta penahanan Daud. "Permintaan itu kami kirim pada hari abtu sedang Daud ditahan sehari sebelumnya", kata seorang juru bicara di kementerian luar negeri di Bonn. Akibat bantahan itu, Perancis mengubah alasan penahanannya. Pernyataan terakhir menyebut Daud ditahan karena "menggunakan paspor palsu". Perubahan itu nampaknya tetap tidak bisa menyelamatkan muka Perancis yang dinilai oleh berbagai negara Eropa Barat dan Israel sebagai "telah tunduk pada kehendak teroris internasional". Di Aljir, beberapa saat setelah mendarat, Daud menyebut penahanannya di Paris itu sebagai "semata karena alasan politis. Dan di kalangan agen-agen Perancis, simpatisan Israel memang banyak". Surat kabar terkemuka Perancis Le Figaro yang selama ini dianggap selalu berbaik terhadap pemerintah, pekan silam mengecam pemerintahnya lewat sebuah tajuk rencana. Antara lain tertulis di tajuk itu: "Apabila tindakan sudah dengan amat kasar mengkhianati ucapan, maka kita memang sudah berada di luar bidang politik. Ini sungguh-sungguh sebuah sandiwara boneka".

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus