ABU Daud ditangkap. Abu Daud dibebaskam Dua peristiwa yang
terjadi di Paris beberapa hari yang lalu ternyata amat menarik
perhatian dunia.
Ditangkap di hotelnya pada hari Jum'at tanggal 7 Januari, Abu
Daud, yang berada di Perancis dengan paspor Irak atas nama Jusuf
Radji Ben Hima, sama sekali tidak memberikan perlawanan. "Ia
tidak bersenjata", kata seorang polisi yang menahannya.
Kunjungannya ke Paris untuk menghadiri pemakaman jenazah Mahmud
Saleh, (tokoh Palestina yang terbunuh beberapa hari sebelumnya
di Latin Quarter, Paris), tidak tercapai. Daud, yang nama
sebenarnya adalah Muhammad Daud Oudeh, berada di tahanan ketika
pemakaman berlangsung.
Pernyataan pertama kepolisian Perancis menyebut penahanan
dilakukan berdasarkan permintaan pemerintah Jerman Barat yang
disalurkan lewat Interpol. Dasar dari permintaan itu adalah
kecurigaan "yang cukup beralasan" terhadap keterlibatan Daud
dalam pembantaian 11 atlit Israel dan seorang polisi Jerman
Barat pada insiden di Olympiade Munchen tahun 1972. Sebuah
sumber yang dikutip oleh pemerintah Jennan Barat menyebut Daud
"pernah mengakui bahwa ialah yang memberikan paspor kepada
pasukan komando Palestina yang beraksi di Munchen" itu.
Daud yang berusia 39 tahun dan dikenal sebagai pengacara, juga
mempunyai hubungan erat dengan sejumlah pertumpahan darah di
berbagai tempat. Di hulan September 1970, Yordania dilanda
pertempuran sengit yang melihatkan pasukan-pasukan Yordania di
satu fihak dan PLO di lain fihak. Di fihak gerilya Palestina
saja gugur 10 ribu orang, dan Abu Daud sebagai tokoh PLO
tertangkap untuk kemudian dijatuhi hukuman mati.
Tembak Mati
Hukuman nati belum sempat dijatuhkan ketika anak-anak buah Daud
beraksi di berbagai tempat. Kedutaan Besar Arab Saudi di
Karthum, Sudan diserbu di tahun 1973 oleh pasukan komando PLU.
Meski pun yang mereka tuntut adalah pembebasan Daud, tapi
Dubes Amerika, Noel yang kebetulan menghadiri pesta di kedutaan
yang diserhu itu, jadi korban di ujung peluru Palestina. Akihat
peristiwa ini Raja Husein mengubah hukuman Daud menjadi hukuman
seumur hidup. orang Palestina tidak puas, dan bulan Nopember
1973, Perdana Menteri Yordania, Wasfi Thal, ditembak mati oleh
sepasukan gerilyawan Palestina yang beroperasi di Kairo. Atas
desakan sejumlah kepala negara Arab, Daud kemudian dibebaskan
oleh Husein.
Pasukan komando Palestina yang kemudian dikenal sebagai
September Hitam (sebagai peringatan terhadap perang September di
Yordania) diduga keras terbentuk atas prakarsa Abu Daud.
Tindakan September Hitam membajak berbagai pesawat terbang
milik berbagai negara amat ditakuti oleh negara-negara yang
memiliki armada udara besar seperti Jerman Barat, Belanda dan
Perancis.
Sisa-sisa gerilyawan penyerbu komleks Olympiade Munchen yang
ditahan oleh polisi Jerman kemudian juga dibebaskan setelah
September Hitam membajak sebuah pesawat Lufthansa. Juga Belanda
pernah tunduk pada September Hitam ini. Konvensi-konvensi
Internasional yang berusaha nenyatukan negara-negara dalam
melawan teror internasional tidak pernah berhasil melawan
orang-orang Palestina itu. Cuma Israel, pernah berhasil
melumpuhkan pembajakan mereka di Etebbe. Uganda tahun silam.
Pembebasan Abu Daud oleh pengadilan Perancis pekan silam sekali
lagi membuktikan betapa tidak mudahnya menyetop orang-orang
Palestina. Beberapa saat setelah penahanan dilakukan, pemerintah
Perancis mengumumkan bahwa mereka menahan Daud hanya karena
permintaan Jerman Barat, dan bahwa mereka kini menantikan
permintaan ekstradisi dari Bonn. "Kami memberi waktu selama 18
hari, jika selama itu tidak ada permintaan, Daud akan kami
bebaskan", kata Oliver Guicher, Menteri Kehakiman Perancis. Tapi
batas waktu 18 hari belum tercapai ketika Daud sudah berada di
Aljazair setelah diumumkan di Perancis bahwa pengadilan Paris
membebaskan tokoh Palestina itu.
Di negara-negara Arab, keputusan Perancis itu disambut dengan
amat senang. "Kami akan melanjutkan hubungan bersahabat kami
dengan Perancis", kata Ezeddin Kalak, kepala perwakilan PLO di
Paris. Tidak banyak komentar dari Libya, Aljazair dan Irak, tiga
negara yang dengan segera memprotes penahanan Daud setelah
tersiar penahanannya. Tapi di Israel, sebuah demonstrasi besar
berlangsung di depan Kedutaan Besar Perancis pekan silam.
Janda-janda dan anak-anak yatim korban Munchen berteriak-teriak
di depan kantor perwakilan Perancis di Tel Aviv. "Giscard Nazi".
teriak salah seorang dari mereka. Duta Besar Perancis, Jean
Herly dipanggil menghadap Menlu Israel, Yigal Allon. Surat kabar
terkemuka Israel yang terbit di Yerussalem, Maariv, memberitakan
adanya persiapan Israel untuk meminta ekstradisi Daud dari
pemerintah Perancis. Rencana belum sempat dikirimkan ketika
berita pembebasan Daud tersiar. Duta Besar Israel di Paris.
Mordechai Gazit, langsung dipanggil pulang ke tanah airnya.
Alasan Diubah
Di Bonn, ibu kota Jerman Barat, berita pembebasan Daud juga
diterima dengan amat terkejut. Menlu Jerman Barat, Hans Jochen
Vogel. menyebut keputusan Perancis itu sebagai "tidak mengikuti
kebiasaan yang berlaku dalam hal ekstradisi, serta amat tidak
membantu perjuangan melawan terorisme internasional". Fihak
Jerman Barat juga membantah telah meminta penahanan Daud.
"Permintaan itu kami kirim pada hari abtu sedang Daud ditahan
sehari sebelumnya", kata seorang juru bicara di kementerian luar
negeri di Bonn. Akibat bantahan itu, Perancis mengubah alasan
penahanannya. Pernyataan terakhir menyebut Daud ditahan karena
"menggunakan paspor palsu".
Perubahan itu nampaknya tetap tidak bisa menyelamatkan muka
Perancis yang dinilai oleh berbagai negara Eropa Barat dan
Israel sebagai "telah tunduk pada kehendak teroris
internasional". Di Aljir, beberapa saat setelah mendarat, Daud
menyebut penahanannya di Paris itu sebagai "semata karena alasan
politis. Dan di kalangan agen-agen Perancis, simpatisan Israel
memang banyak".
Surat kabar terkemuka Perancis Le Figaro yang selama ini
dianggap selalu berbaik terhadap pemerintah, pekan silam
mengecam pemerintahnya lewat sebuah tajuk rencana. Antara lain
tertulis di tajuk itu: "Apabila tindakan sudah dengan amat kasar
mengkhianati ucapan, maka kita memang sudah berada di luar
bidang politik. Ini sungguh-sungguh sebuah sandiwara boneka".
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini