Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Internasional

Al Qaeda Umumkan Kematian Pemimpinnya, Penyebab Masih Misteri

Al Qaeda Yaman mengumumkan kematian pemimpinnnya. Pemimpin baru telah diumumkan.

11 Maret 2024 | 18.39 WIB

Al Qaeda Umumkan Kematian Pemimpinnya, Penyebab Masih Misteri
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Kelompok Al Qaeda di Yaman mengumumkan kematian pemimpinnya Khalid Batarfi. Menurut badan intelijen yang memantau jaringan kelompok bersenjata di seluruh dunia, SITE Intelligence Group, Al Qaeda telah menunjuk pengganti Khalid Batarfi.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

SITE Intelligence Group melaporkan pada Minggu malam bahwa pernyataan Al Qaeda itu tidak menjelaskan penyebab kematian Batarfi. Al Qaeda hanya menyatakan bahwa pengganti Batarfi adalah Saad bin Atef al-Awlaki.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

“Tuhan mengambil jiwanya sementara dia dengan sabar mencari pahala dan berdiri teguh, berimigrasi, ditempatkan di garnisun dan mengobarkan jihad,” ujar SITE mengutip seorang veteran Al Qaeda yang mengatakan tentang Batarfi dalam video berdurasi hampir 15 menit.

Klip itu menunjukkan Batarfi dibungkus kain kafan putih dan bendera hitam-putih Al Qaeda. Lahir di Arab Saudi dan diyakini berusia 40-an, Batarfi diangkat menjadi pemimpin Al Qaeda Yaman pada awal 2020 setelah pendahulunya, Qassim al-Rimi, terbunuh oleh serangan pesawat tak berawak Amerika Serikat. Serangan terhadap Al-Rimi itu menurut Presiden Donald Trump sebagai operasi kontraterorisme di Yaman.

Batarfi adalah salah satu dari 150 anggota Al Qaeda yang dipenjara dan dibebaskan ketika kelompok tersebut merebut kota pelabuhan Mukalla di Yaman pada 2015, tempat ia ditahan. 

Sementara itu, Amerika Serikat menawarkan hadiah sebesar US$ 6 juta kepada Al-Awlaki, pemimpin baru Al Qaeda. Ia dinilai secara terbuka menyerukan serangan terhadap Amerika Serikat dan sekutunya.

Perang Yaman pecah pada akhir 2014 ketika pemberontak Houthi, yang bersekutu dengan pasukan yang setia kepada mantan Presiden Ali Abdullah Saleh, merebut sebagian besar wilayah negara, termasuk ibu kota, Sanaa. Perang meningkat pada Maret 2015 ketika koalisi pimpinan Arab Saudi dan Uni Emirat Arab melakukan intervensi terhadap pemberontak dalam upaya memulihkan pemerintahan Presiden Abd-Rabbu Mansour Hadi yang diakui secara internasional.

Al Qaeda yang berbasis di Yaman, serta kelompok bersenjata dan pejuang lainnya, telah memanfaatkan kekacauan perang antara pasukan pro-pemerintah dan Houthi untuk memperluas jejak mereka.

Meskipun para analis mengatakan kelompok tersebut telah melemah dalam beberapa tahun terakhir, Al Qaeda Yaman telah lama dianggap oleh Amerika Serikat sebagai cabang paling berbahaya. “Meskipun mengalami penurunan, Al Qaeda tetap menjadi kelompok teroris paling efektif di Yaman yang berniat melakukan operasi di wilayah tersebut dan sekitarnya,” demikian laporan PBB mengenai Al Qaeda baru-baru ini.

Dewi Rina Cahyani

Dewi Rina Cahyani

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus