Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
SEJAK Abolhassan Bani Sadr terpilih sebagai Presiden Republik
Islam Iran yang pertama tampak harapan bagi penyelesaian
sengketa Iran-Amerika Serikat. Hal ini terutama ditandai oleh
sikap AS yang menunda pelaksanaan sanksi ekonomi terhadap Iran.
Sebelum itu, Presiden Carter sangat gencar mengkampanyekan
rencana sanksi itu bagi pembebasan 50 sandera Amerika di
Teheran.
Dari kemenangan Bani Sadr ini tersirat suatu dukungan kalangan
ulama terhadap kepemimpinannya. Sebab di suatu negara seperti
Iran yan selama ini tak mengenal pemilihan presiden, peluang
besar bisa diperoleh seorang calon jika kaum ulama merestuinya.
Atau kemenangan Bani Sadr ini bisa pula ditafsirkan sebagai
kekalahan pertama kalangan ulama.
Bani Sadr, 47 tahun, yang pernah mendapatkan pendidikan di
Prancis dikenal sebagai penganut agama yang taat. Dia adalah
putra seorang ayatullah terkemuka. Semasa penyusunan rancangan
konstitusi baru dia dekat sekali dengan Ayatullah Mohammad
Behesti. Dia turut membantu menyusun hal-hal yang menyangkut
ekonomi Islam, termasuk soal penghapusan bunga bank.
Di kementerian keuangan yang dipimpinnya tersimpan kumpulan
micro film yang berisikan indeks yang bisa menghubungkan aspek
ekonomi dengan ketentuan yang termuat dalam kitab suci Al Quran.
Belum begitu jelas perincian dari ekonomi Islam yang dikemukakan
Bani Sadr itu dan dikenal dengan sebutan 'Ekonomi Keseimbangan
Illahi'. Namun tekanan utamanya terasa agak jelas. Yaitu,
perekonomian yang berdiri di atas kaki sendiri (self-reliance),
menata kembali struktur industri dan mengutamakan pembangunan
kembali pertanian naslonal.
Masih akan menjadi pertanyaan adalah sejauh mana kekuasaan
presiden terpilih ini mampu menggerakkan Iran kembali ke keadaan
normal. Dalam masa revolusinya yang sudah berumur setahun ini
peran Ayatullah Khomeini tampak lebih menentukan. Seperti yang
terjadi ketika Bani Sadr November lalu terlempar dari jabatan
Menteri Luar Negeri gara-gara sikapnya yang menantang arus dalam
menghadapi masalah penyanderaan orang Amerika.
Bani Sadr setelah terpilih langsung menegaskan kembali politik
luar negeri Iran yang bebas. Paling tidak, sikapnya jelas
terhadap Olympiade Moskow. "Bagaimana mungkin kami akan
menghadirinya jika kami tahu bahwa tentara Soviet membunuhi
saudara kami sesama Muslim," ujarnya. Tapi apakah hal ini akan
bisa disetujui Dewan Revolusi? Bani Sadr menjawab, "saya kira
dewan tidak akan menentang apa yang dirasakan umum."
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo