Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
KAMPALA dan Entebbe tidak dikuasai lagi oleh pasukan yang tetap
setia pada Presiden Idi Amin. Hubungan antara dua kota utama
Uganda itu sudah terputus sejak pertengahan pekan silam. Pihak
penyerang, yakni campuran antara kaum pelarian Uganda dan
pasukan Tanzania, nampaknya maju terus, walaupun Libya telah
menerbangkan tentaranya membantu Idi Amin.
Berita dari Kampala menyebutkan telah terlihatnya sejumlah besar
pasukan Tanzania di perbatasan kota. Tentara Amin kocar-kacir.
Tidak diketahui di mana beradanya Idi Amin.
Radio kaum pelarian Uganda mengumumkan "Kami sebenarnya bisa
merebut Uganda setiap saat kami mau. Tapi kami sekarang memberi
waktu kepada orang asing dan penduduk tak berdosa untuk
meninggalkan Uganda." Banyak orang berangkat menuju perba
tasan Kenya, hingga jalan-jalan menjadi macet.
Pertempuran di wilayah Uganda itu tidaklah terlalu mengejutkan.
Beberapa bulan sebelumnya Idi Amin sudah mulai menyerang
Tanzania, sambil menuduh tentara Tanzania melanggar perbatasan
negaranya. Kini, tatkala Tanzania melancarkan serangan balasan
bersama kaum pelarian Uganda, Amin -- yang dibantu oleh tentara
Libya -- ternyata tidak berdaya mempertahankan diri.
Yang menarik bagi banyak pengamat adalah kenyataan tidak
terdengarnya suara Presiden Seumur Hidup Uganda dan "penakluk
Kerajaan Inggeris" itu pada saat negara dan pemerintahannya
sudah berada dalam keadaan kritis. Sebelum hubungan Entebbe dan
Kampala terputus, Amin masih dikabarkan terlihat mundar-mandir
mengendarai mobil sportnya. Seluruh anggota keluarganya telah ia
ungsikan ke Libya.
Radio pemberontak memberitakan akhir pekan silam tentang
pengungsian besar-besaran Amin dan "tentara bayarannya" ke Arua,
kota timur laut Uganda, tempat kelahiran Amin. Radio itu juga
menyebut terjadinya pemboman oleh sebuah pesawat TU-22 buatan
Soviet milik Libya di dalam wilayah Tanzania. Seorang tewas oleh
pemboman itu. Presiden Tanzania, Julius Nyerere kemudian tampil
di corong radio Daressalam. Katanya: "Angkatan Bersenjatan kita
berada dalam keadaan yang sangat siap untuk menghadapi musuh. "
Di New York, Dewan Keamanan PBB menolak untuk bersidang
membicarakan pengaduan Uganda, setelah mendengar pendapat 49
negara Afrika lainnya. Kenyataan ini menunjukkan betapa amat
tidak populernya Idi Amin di mata orang-orang Afrika.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo