Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Internasional

Analis Gordon LaForge Sebut Ada Kandidat Calon Presiden yang Bisa Ancam Demokrasi Indonesia

Gordon LaForge menyoroti pemilu di Indonesia lewat tulisan opini di New York Times yang bisa mengancam demokrasi di Indonesia

13 Februari 2024 | 15.05 WIB

Petugas Penanganan Prasarana dan Sarana Umum (PPSU) mengangkat kotak suara untuk dipindahkan ke kantor RW 04 di kawasan Cempaka Putih, Jakarta, Selasa, 13 Februari 2024. Pendistribusian logistik pemilu itu diangkut menggunakan truk pengangkut (dump truck) dari gudang logistik dengan pengawalan ketat petugas gabungan. PPSU diperbantukan untuk mengangkut logistik tersebut dari gudang logistik untuk dibawa ke kantor RW maupun langsung ke TPS-TPS. TEMPO / Hilman Fathurrahman W
Perbesar
Petugas Penanganan Prasarana dan Sarana Umum (PPSU) mengangkat kotak suara untuk dipindahkan ke kantor RW 04 di kawasan Cempaka Putih, Jakarta, Selasa, 13 Februari 2024. Pendistribusian logistik pemilu itu diangkut menggunakan truk pengangkut (dump truck) dari gudang logistik dengan pengawalan ketat petugas gabungan. PPSU diperbantukan untuk mengangkut logistik tersebut dari gudang logistik untuk dibawa ke kantor RW maupun langsung ke TPS-TPS. TEMPO / Hilman Fathurrahman W

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Gordon LaForge, seorang analis kebijakan senior di New America dan mantan anggota Fulbright Indonesia menilai ada satu kandidat calon presiden yang bisa mengancam demokrasi Indonesia. Penilaian itu dituangkan dalam tulisan opini yang diterbitkan New York Times pada Senin, 12 Februari 2024, berjudul “Matahari Terbenam di Era Demokrasi Indonesia”.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo



Pemilu akan berlangsung di seluruh wilayah Indonesia pada Rabu, 14 Februari 2024. Ketiga pasangan calon presiden dan wakil presiden adalah Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar, Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka dan Ganjar Pranowo-Mahfud Md. Salah satu dari paslon akan menggantikan kepemimpinan Presiden RI Joko Widodo dengan Wakil Presiden Ma’ruf Amin.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini


 
“Namun orang yang diperkirakan akan menang – dan jalur anti-demokrasi yang telah ditetapkan oleh Presiden Joko Widodo – mengancam banyak kemajuan yang telah dicapai oleh masyarakat Indonesia,” tulis LaForge di bagian awal tulisan opininya.

 
Calon presiden yang dibicarakan LaForge dalam tulisan opininya itu adalah Prabowo, 72 tahun, yang dia deskripsikan sebagai mantan jenderal Angkatan Darat di bawah pemerintahan mantan Presiden RI Soeharto. Prabowo diduga terlibat dalam pelanggaran HAM, termasuk penculikan dan penyiksaan terhadap aktivis pro-demokrasi selama pemberontakan anti-Soeharto.


 
Calon wakil presidennya, Gibran, merupakan Wali Kota Surakarta dan putra sulung Jokowi. Tempo selama beberapa bulan terakhir telah memberitakan berbagai manuver Jokowi dalam upaya memenangkan paslon Prabowo-Gibran di Pemilu 2024.


 
“Hal yang mungkin juga meresahkan adalah peluang Prabowo semakin besar berkat Presiden Joko Widodo, yang pernah menjadi simbol demokrasi muda di negara ini, namun telah turut melemahkan institusi dan supremasi hukum selama satu dekade berkuas,” tulis LaForge.

Tak hanya itu,  LaForge juga menyentil penunjukan Prabowo sebagai Menteri Pertahanan oleh Jokowi hingga putusan Mahkamah Konstitusi soal batas usia capres-cawapres pada 16 Oktober 2023. “Ketua pengadilan adalah saudara ipar Jokowi,” katanya, merujuk pada Ketua MK Anwar Usman.

 
“Alih-alih mengekang campur tangan terang-terangan dan bau nepotisme ini, banyak pemilih malah menganggapnya sebagai dukungan petahana yang sangat populer terhadap Prabowo, sehingga mendorong pasangan Prabowo-Gibran untuk memimpin dalam jajak pendapat,” sambungnya.
 

Hasil survei Indikator Politik terbaru pada 9 Februari 2024, menunjukkan elektabilitas Prabowo-Gibran sudah berada di angka 51,8 persen, disusul Anies-Muhaimin pada 24,1 persen dan Ganjar-Mahfud di angka 19,6 persen.


 
Dalam tulisannya ia juga menyoroti situasi di India dan Amerika Serikat, di mana demokrasi disebut melemah di bawah pemerintahan Perdana Menteri Narenda Modi dan mantan Presiden Presiden Donald Trump. LaForge menilai kemerosotan demokrasi yang terjadi di India merupakan simbol dari tren global yang mengecewakan.

 
“Demokrasi tidak mati secara tiba-tiba atau dalam kegelapan, namun secara bertahap dan tepat di depan mata kita, ketika para elite melemahkan norma-norma dan institusi-institusi demokrasi demi kepentingan politik, sementara warga negara yang berpuas diri dan pelupa hanya menontonnya,” ujar dia.


 
Sementara itu, Duta Besar India untuk Indonesia Sandeep Chakravorty pada Senin, 12 Februari 2024, mengucapkan selamat kepada masyarakat Indonesia atas pemilu yang akan digelar besok, 14 Februari 2024.Dia menyebut Indonesia adalah negara demokrasi terbesar ketiga di dunia bersama India dan Amerika Serikat. 


 
Duta besar Chakravorty menilai, Indonesia dan India telah membuktikan bahwa bagi masyarakat majemuk dan beragam, demokrasi adalah satu-satunya jalan nyata menuju pembangunan inklusif dan berkelanjutan.


 
 
 

Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini

Nabiila Azzahra

Alumnus Fakultas Hukum Universitas Brawijaya ini menjadi reporter Tempo sejak 2023 dengan liputan isu internasional

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus