BILL Clinton adalah orang yang dikarunia "keberuntungan". Di negeri yang para pembayar pajaknya begitu vokal menuntut hak-haknya, dan memang diberi hak, Clinton justru menawarkan menaikkan pajak untuk merangsang perkembangan ekonomi. Mestinya ia tak populer. Tapi nyatanya ia menang. Mungkin, sejarah Clinton sebagai gubernur Arkansas menjadi bahan perbandingan. Di negara bagian yang tergolong tidak kaya itu kenaikan pajak malah mendapat dukungan warganya. Yakni kenaikan pajak untuk meningkatkan pendidikan. Dan bila benar ramalan beberapa ahli ekonomi bahwa tahun depan defisit anggaran pemerintah Washington akan turun, itu "keberuntungan" lain bagi Clinton. Setidaknya masa-masa pertamanya di Ruang Oval tak akan begitu diganggu oleh kritik. Masalahnya, janji Clinton terlalu besar, bahkan menurut penilaian para penasihat ekonominya sekalipun. Melihat seberapa mungkin konsep ekonomi Clinton terwujud, tampaknya hal yang menarik setelah sebuah Laporan Utama tentang pemilihan presiden dan kecenderungan orang Amerika menginginkan perubahan pekan lalu. Itu sebabnya, sekali lagi, soal Amerika dipilih menjadi Laporan Utama pekan ini. Sebuah analisa tentang Clintonomics itulah yang dicoba ditulis dalam Laporan ini di bagian kedua. Itu soal dalam negeri. Soal luar negeri, bagaimanapun, diramalkan bakal ada perubahan-perubahan dalam percaturan di dunia internasional karena perubahan sikap Amerika. Soal Timur Tengah, soal perang dagang AS-Eropa, umpamanya. Inilah bagian ketiga Laporan, yang diteruskan dengan bagian keempat, khusus soal dampak kebijaksanaan Amerika terhadap Indonesia. Dalam Laporan Utama pekan lalu masalah ini sudah disinggung. Sekarang dicoba menggambarkan yang agak detail, misalnya dengan melihat pengalaman Indonesia di masa Presiden Jimmy Carter. Tapi mengapa hanya Clinton yang dijadikan topik? Bukankah George Bush baru pindah dari Gedung Putih 20 Januari nanti? Sebuah cerita tentang Bush dan bekas presiden Amerika lainnya setelah menjadi warga negara biasa. Bahwa menjadi orang biasa setelah menjadi presiden itu ternyata biasa-biasa saja, dan ada yang bisa dilakukannya juga. Richard Nixon ingin menjadi sejarawan dan menulis buku. Jimmy Carter ingin menjadi pekerja sosial, dan ia menjadi saksi pemilihan umum di beberapa negara dunia ketiga. Akhirnya, adalah salah satu sisi potret Bill Clinton. Cerita Clinton di bagian pertama ini dipilihkan dari sudut Clinton dan pajak. Orang tampaknya akan mendukungnya bila Clinton bisa memberi argumen yang dilakukannya memang untuk kepentingan orang banyak. Contoh kecil terjadi dengan istrinya sendiri, Hillary Rodham. Penganut feminisme yang agak fanatik ini, sampai tahun 1981, setelah enam tahun menjadi istri Clinton akan sewot besar bila ia disebut sebagai Nyonya Clinton. Ia tetap mau dengan namanya sendiri: Hillary Rodham. Dalam kampanye pemilihan gubernur Arkansas tahun 1982, setelah Clinton terdepak dari gubernuran Arkansas tahun 1980, soal nama Hillary ini rupanya dimanfaatkan oleh pihak lawan, Partai Republik, untuk menyerang kehidupan rumah tangga Clinton. Baru waktu itulah Hillary mengorbankan kebanggaannya, dan mengubah namanya menjadi Mrs. Hillary Clinton, agar suaminya bisa menyumbangkan jasa bagi warga Arkansas. Dan memang, tahun itu Clinton kembali duduk di gubernuran Arkansas. Bambang Bujono