Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Antara pesta dan pontianak

Pemilu di malaysia tak diwarnai peluk mesra di kubu umno. biaya yang dihamburkan pas tak sepadan dengan hasilnya. di sabah digemparkan oleh munculnya hantu pontianak yang menakut-nakuti kampanye. (ln)

9 Agustus 1986 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PESTA demokrasi di Malaysia usai tanpaadegan peluk mesra di kubu UMNO, seperti yang dilakukan Mahathir Mohamad dan Musa Hitam empat tahun lalu. Mengenakan selempang bertuliskan "Bersih Cekap Amanah", dua sejoli M-M itu duduk berdampingan menyaksikan televisi yang menyiarkan penghitungan suara secara nasional. Namun, di kubu PAS yang ada hanyalah cerita duka. Pilihan Raya tahun ini saja sedikitnya merogoh kas PAS sebanyak Mal$ 1,4 juta untuk membayar deposit para calonnya di Dewan Rakyat (Mal$ 5.000 per orang) dan di Dewan Negeri (Mal$ 3.000 per orang. Semua deposit tersebut menjadi tanggungan partai. Jumlah tersebut masih belum termasuk ongkos kampanye. Jika saja biaya kampanye rata-rata Mal$ 30.000 per orang, maka PAS masih lagi harus mengeluarkan Mal$ 12 milyar. Namun, segala biaya yang telah dihamburkan itu, sayangnya, tak sepadan dengan hasil yang mereka capai dalam pemilihan umum kali ini. Menengok hasil ini pengamat politik di Kuala Lumpur meramalkan polarisasi di PAS antara kelompok muda radikal militan yang dimotori oleh Haji Abdul Hadi Awang dan kelompok tua yang dipimpin oleh Haji Yusof Rawa, akan semakin tajam. Bukan tidak mungkin nantinya akan terjadi pertikaian berdarah -- kendati pada pemilihan umum sekarang tak sampai jatuh korban. Tapi sejauh ini ketakutan dilaporkan muncul di daerah pemilihan Kimanis, Sabah. Penduduk Kampung Lanas digemparkan dengan munculnya pontianak, sejenis hantu. Kehadiran pontianak ini sempat menggagalkan beberapa acara kampanye yang dilakukan oleh kandidat Barisan Nasional maupun partai-partai oposisi, terutama setelah sore. Ketakutan tersebut kian menjadi setelah ditemukannya sebuah kuburan di dekat halte bis. Bahkan kuburan tersebut ditaburi bunga-bunga, yang menurut penduduk di sana, berbau amis. Namun, seorang pemuka masyarakat di sana menganggap cerita pontianak dan kuburan itu sebagai buatan oposisi untuk menakut-nakuti lawan mereka agar tidak berkampanye pada malam hari. Sayangnya, pemuka masyarakat tersebut juga tidak berani memelopori kampanye malam hari. JRL Laporan Ekram H. Attamimi (Kuala Lumpur)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus