Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

APHR Prioritaskan Perlindungan Anggota Parlemen Perempuan di Asia Tenggara

Anggota parlemen perempuan dari Filipina, Malaysia dan Thailand mengaku pernah mengalami ancaman di negaranya.

10 Desember 2024 | 06.15 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Konferensi pers ASEAN Parliamentarians for Human Rights (APHR) tentang penegakkan hak asasi manusia di Kuta, Badung, Bali, 8 Desember 2024. TEMPO/Savero Aristia Wienanto

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Badung - Ketua bersama Parlemen ASEAN untuk Hak Asasi Manusia atau ASEAN Parliamentarians for Human Rights (APHR) Charles Santiago mengungkap bahwa isu perlindungan terhadap anggota parlemen perempuan menjadi sorotan organisasinya pada 2024.

"Kami punya program yang disebut 'MPs at Risk', yang sebelumnya kami fokuskan pada pencemaran nama baik, penghasutan, dan lain sebagainya," kata Santiago saat menghadiri konferensi pers APHR yang bertajuk demokrasi dan HAM di Kuta, Badung, Bali, pada Ahad, 8 Desember 2024.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Santiago menuturkan bahwa program tersebut akan berfokus pada serangan dan ancaman terhadap anggota parlemen perempuan di Asia Tenggara. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Bukan hanya dukungan fisik, solidaritas, dan dukungan kita, tapi kita perlu mengajak pemerintah kita untuk mendukung mereka," ujarnya.

Dalam kesempatan yang sama, sejumlah anggota parlemen perempuan asal Malaysia, Thailand, dan Filipina turut bercerita soal pengalaman mereka menghadapi ancaman di negara masing-masing. 

Anggota parlemen Malaysia, Syerleena Abdul Rashid, mengaku pernah menjadi sasaran serangan siber. Dia mengatakan bahwa sejumlah orang melabeli dirinya sebagai sosok liberal dan kafir. Dia juga menyebut sering disalahkan atas pilihannya yang tidak mengenakan jilbab.

Senada dengan itu, anggota parlemen Filipina, France Castro, mengungkap dirinya menjadi korban penganiayaan saat memperjuangkan hak atas tanah suku Lumad di Filipina. Dia menjelaskan bahwa tanah suku itu menjadi incaran para pemilik tambang.

Tak sampai di situ, Chonticha Jangrew alias Lookkate, anggota parlemen Thailand, juga bercerita bahwa telah menerima ujaran kebencian dan komentar misoginis karena berhasil duduk di parlemen. Sebagian besar penduduk Thailand, jelas Lookkate, masih terjebak dalam pemahaman patriarki. 

APHR mendorong para pemimpin negara dan mitra internasional untuk melindungi para anggota parlemen yang menghadapi risiko di kawasan ASEAN.

Dalam acara itu, turut hadir mantan menteri luar negeri Thailand Kasit Piromya dan mantan anggota DPR RI Taufik Basari.

Savero Aristia Wienanto

Savero Aristia Wienanto

Bergabung dengan Tempo sejak 2023, alumnus Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada ini menaruh minat dalam kajian hak asasi manusia, filsafat Barat, dan biologi evolusioner.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus