Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
BANGKOK - Ribuan warga Thailand dan puluhan ribu turis mencari perlindungan setelah Pabuk, badai tropis pertama dalam tiga dekade, terakhir menghantam wilayah selatan negara itu dengan membawa hujan lebat dan angin kencang ke lebih dari 12 provinsi, kemarin malam.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Departemen Pencegahan dan Mitigasi Bencana Thailand melaporkan, selama beberapa hari belakangan, evakuasi sudah dilakukan terhadap 6.176 warga yang bermukim di sekitar lokasi badai, seperti Nakhon Si Thammarat, Provinsi Pattani, Songkhla, dan Yala. Menteri Pertahanan Thailand, Prawit Wongsuwan, mengatakan militer akan bersiaga untuk membantu orang-orang yang terkena dampak.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Jika badai parah selama dua hingga tiga hari, kami mungkin harus meminta bantuan dari daratan untuk pengiriman barang-barang yang diperlukan," kata Wali Kota Koh Tao, Chaiyan Thurasakul.
Pabuk dilaporkan sudah memicu ombak tinggi dan angin kencang 75 kilometer per jam di Teluk Thailand, sebelum berembus ke Provinsi Nakhon Si Thammarat. "Angin kencang itu diperkirakan akan menyebabkan ombak hingga setinggi 3-5 meter di teluk dan 2-3 meter di Laut Andaman. Semua kapal harus berlabuh," demikian pernyataan Badan Meteorologi Thailand, sebagaimana dikutip Reuters.
Beberapa tujuan wisata paling populer di negara itu, termasuk Pulau Koh Samui, Koh Phangan, dan Koh Tao, bersama pulau-pulau di Laut Andaman, seperti Phuket dan Koh Phi Phi, yang terkenal karena film The Beach, diperkirakan akan terpengaruh oleh badai.
"Sangat menakutkan berada di sini karena kami tidak tahu apa yang akan terjadi dan tidak ada cara untuk pergi," kata turis Amerika, Miranda Abidyer, yang terdampar di Pulau Koh Samui, kepada CNN.
Pabuk merupakan badai pertama setelah hampir 30 tahun melanda wilayah di luar musim hujan, yang berakhir sekitar November. Pada 2011, banjir dahsyat di Thailand menewaskan 600 orang dan membuat ribuan orang lainnya kehilangan tempat tinggal di lebih dari sepertiga provinsi negara itu.
REUTERS | CNN | SITA PLANASARI AQUADINI
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo