Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
DI bawah bayangan ketidakpastian. Menlu Mesir, Mohammed Ibrahim
Kamel dan rombongan Minggu sore yang lalu bertolak ke
Yerussalem. Dan Senin awal pekan ini. Menlu Mesir bersama
Menlu Israel Moshe Dayan akan menghadiri sidang komisi politik
kedua negara. Menlu Amerika. Vance, akan jadi peserta ketiga
dalam pertemuan politik penting yang merupakan realisasi
kunjungan Perdana Menteri Israel, Menachem Begin ke Ismailia.
Mesir, pada hari Natal yang lalu.
Baik Ibrahim Kamel, tapi terutama Vance. hampir saja tidak
bertolak ke Yerussalem. Vance menunda keberangkatannya dari
Washington Sabtu malam yang lalu. hanya 90 menit sebelum
bertolak. "Karena belum ada kesepakatan mengenai agenda
pertemuan komisi politik Israel dengan Mesir." begitu seorang
juru bicara mengumumkan penundaan itu. Tapi keesokan harinya
setelah jelas bahwa Ibrahim Kamel akan bertolak ke Israel.
Vance pun terbang ke Timur Tengah.
Keraguan terhadap jadi tidaknya pertemuan pertama Komisi
politik itu sebenarnya bermula pada diri Sadat sendiri. Presiden
Mesir itu dalam suatu wawancara yang disiarkan oleh koran
berbahasa Inggris Israel. Yerussalem Post edisi 13
Januari. Menjelaskan bahwa " tanpa penarikan pasukan Israel dari
seluruh wilayah yang didudukinya, prakarsa damai yang ada
sekarang ini akan ambruk." Dalam wawancara pertamanya dengan
koran Israel itu, Sadat juga berkata: "Israel ternyata tidak
cuma minta jaminan keamanan tapi juga minta tanah."
Peledakan Hotel King David
Ketika dimintai komentarnya mengenai kehendak Israel untuk terus
mempertahankan pemukiman Yahudi yang dikawal oleh pasukan Israel
di jazirah Sinai bahkan setelah wilayah itu dikembalikan kepada
Mesir, Sadat cuma berbata: "Itu betul-betul edan."
Keesokan harinya, mingguan berbahasa Arab Mesir, October, terbit
pula dengan sebuah wawancara Presiden Anwar Sadat yang bahkan
bernada lebih keras lagi. Kata Sadat: "Kini saya sama sekali
tidak punya harapan untuk mencapai kesepakatan mengenai
dasar-dasar perjanjian damai dengan Israel. Saya telah
memberikan keamanan dan legitimasi kepada Israel, tapi Begin
tidak memberi saya apa-apa."
Ketika diminta mengomentari diri Begin sebagai bekas pemimpin
teroris di Palestina sebelum pembentukan negara Israel.
Sadat dengan sedikit emosionil berkata: "Prakarsa damai saya
tidak bisa sisabot seperti peledakan Hotel King David oleh Begin
ketika ia masih muda dahulu." Berhenti sebentar. Sadat kemudian
melanjutkan: Ia kini tidak dapat meledakkan prakarsa damai saya
tanpa meledakkan dirinya sendiri dan lain-lainnya selama ratusan
tahun mendatang."
Bagaimana kalau prakarsa damai tuan akhirnya gagal? Jawab Sadat:
"Jika saya gagal. saya akan menyerahkan jabatan ini kepada orang
lain yang akan merampungkan usaha damai ini atau menemukan cara
lain."
Dan bayang-bayang kegagalan itu memang telah nampak di kawasan
Timur Tengah. Sabtu pekan silam, Menteri Pertahanan Israel, Ezer
Weiman, meninggalkan Kairo untuk kembali ke Yerussalem setelah
gagal dalam pembicaraan mengenai masalah evakuasi Sinai dan soal
pemukiman Israel di semenanjung tersehut. Meski Weizman pulang,
tapi tidak berarti bahwa pembicaraan dalam komisi militer ini
akan gagal, hegitu komentar seorang juru bicara dele,asi Israel
di Kairo.
Itu Maksimum, Kata Begin
Para pengamat politik di seputar Timur Tengah melihat jalan
buntu sebagai halltu yang makin membesar di kawasan itu.
Soalnya, Israel kini sudah tidak dalam posisi bertahan, ia
bahkan--dengan jawaban-jawaban Begin terhadap Sadat - sudah
berada dalam posisi menyerang, begitu seorang diplomat Barat
mengatakan di Beirut pekan silam. Dengan kesiapan mengosongkan
Sinai -tapi meninggalkan para pemukim Yahudi - dan membiarkan
orang-orang Palestina mengatur sendiri tepi barat sungai Yordan
dan tanah genting Caza - tapi teap di bawah pengawasan
Yerussalem -- Begin merasa yakin bahwa gagasan damai Sadat telah
ditanggapinya.
Bagi Begin - yang jawabannya terhadap gagasan damai Sadat itu
telah mendapat restu dari Presiden Carter dan Perdana Menteri
Callaghan dari Inggeris tidak ada jalan maju lagi Katanya pekan
silam: Itulah yang maksimum bisa saya lakukan saya tidak bisa
lebih maju lagi. Bisa dibayangkan bahwa Begin, sebagai bekas
anggota barisan teroris Irgun yang amat fanatik Zionis, tidak
akan menjadi perdana menteri yang pertama mengkhianati sumpah
zionis mengenai sebuah tanah air yang utuh. Dan ke dalam
"tanah air yang utuh" itu termasuklah tepian barat sungai
Yordan yang kini amat didambakan orang-orang Arab sebagai bagian
penting dari sebuah negara Palestina.
Andai hanya bagi diri dan negaranya. sebenarnya tidak ada soal
bagi Sadat. Hampir bisa dikatakan bahwa tidak ada wilayah
Mesir yang diakui sebagai wilayah Yahudi sehingga setiap saat
Mesir bisa memperoleh semua wilayahnya yang diduduki oleh Israel
sejak perang bulan Juli tahun 1967 yang lalu. Tapi soalnya bagi
Sadat adalah strategi Arab. Berulangkali Sadat berkata: Saya
tidak akan mencari suatu persetujuan terpisah dengan Israel."
Kalimat ini dengan jelas mencerminkan kebulatan tekad Sadat
untuk tidak melihat konfliknya dengan Israel sebagai
pertentangan antara Kairo dengan Yerussalem. Karena itulah
maka Sadat juga selalu berkata: Masaalah Palestina adalah kunci
dari konfik Timur Tengah ini."
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo