Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
ATTAPEU - Ratusan orang dilaporkan hilang dan beberapa lainnya tewas setelah sebuah bendungan di bagian tenggara Laos jebol. Ambrolnya bendungan pembangkit listrik tenaga air yang berlokasi di Provinsi Attapeu itu terjadi pada Senin lalu, mengakibatkan banjir bandang yang menerjang enam desa di sekitarnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Situs berita ABC Laos melaporkan, para pejabat memerintahkan otoritas setempat membawa perahu untuk membantu mengevakuasi warga di Distrik San Sai di Provinsi Attapeu. Di situlah bendungan pembangkit listrik Xepian-Xe Nam Noy berada. Diduga, permukaan air yang naik menyebabkan dinding dam jebol.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Bendungan Xepian-Xe ambrol sekitar pukul 20.00 dengan melepaskan kurang-lebih 5 miliar meter kubik air. "Runtuhnya bendungan hidroelektrik di Provinsi Attapeu pada Senin malam menyebabkan banjir bandang di enam desa," demikian laporan kantor berita Laos. "Lebih dari 6.600 orang menjadi tunawisma."
SK Engineering & Construction, perusahaan yang membangun bendungan itu, menyatakan hujan lebat dan banjir menyebabkan bendungan jebol. Mereka bekerja sama dengan pemerintah Laos membantu menyelamatkan warga desa di sekitar bendungan. "Kami bekerja dengan tim darurat serta berencana membantu mengevakuasi dan menyelamatkan warga di desa-desa dekat bendungan," ujar juru bicara SK Engineering kepada Reuters melalui telepon.
Laos terus mengembangkan ekonominya. Salah satunya adalah menjadi "baterai Asia" dengan menjual listrik kepada negara tetangganya melalui pembangunan bendungan pembangkit listrik tenaga air. Kelompok hak asasi lingkungan bertahun-tahun menyuarakan keprihatinan mereka tentang ambisi proyek PLTA Laos. Termasuk kekhawatiran soal dampak habitat flora dan fauna di Sungai Mekong serta masyarakat pedesaan.
Laos memiliki 39 pembangkit listrik tenaga air dan 53 lainnya sedang dibangun. Pada 2020, Laos juga berencana membangun 54 saluran transmisi listrik dan 16 gardu listrik. Bendungan yang runtuh itu diperkirakan mulai beroperasi pada 2019 dan mengekspor 90 persen ke Thailand berdasarkan Perjanjian Pembelian Tenaga Listrik antara Perusahaan Listrik Xe-Pian-Xe Namnoy (PNPC) dan Otoritas Pembangkit Listrik Thailand (EGAT).
Perdana Menteri Thongloun Sisoulith menunda sejumlah pertemuan pemerintah. Sisoulith meninjau ke daerah yang terkena dampak di Distrik Sanamxay dengan pejabat senior untuk memantau upaya bantuan dan evakuasi. BBC | REUTERS | SUKMA LOPPIES
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo