Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Internasional

Beredar Kabar Mesir Siap Hadapi Eksodus, Ini yang Ditakutkan Warga Palestina

Mesir membantah telah melakukan persiapan semacam itu dan Israel mengatakan bahwa mereka tidak berniat untuk mendeportasi warga Palestina dari Gaza.

17 Februari 2024 | 02.15 WIB

Gambar satelit menunjukkan orang-orang berkumpul di jalan-jalan, di tengah konflik Israel dan Hamas, di Rafah, Gaza, 7 Februari 2024. Maxar Technologies/Handout via REUTERS
Perbesar
Gambar satelit menunjukkan orang-orang berkumpul di jalan-jalan, di tengah konflik Israel dan Hamas, di Rafah, Gaza, 7 Februari 2024. Maxar Technologies/Handout via REUTERS

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Bagi warga Palestina yang terpaksa meninggalkan rumah mereka akibat serangan Israel di Gaza, kabar bahwa Mesir bersiap menghadapi kemungkinan eksodus warga Palestina hanya memperkuat ketakutan mereka akan diusir dari wilayah tersebut sepenuhnya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Kekhawatiran mendalam bahwa warga Palestina akan diusir dari Jalur Gaza telah membayangi baik warga Palestina maupun negara tetangga Arab mereka sejak Israel melancarkan serangan dahsyat sebagai respons terhadap serangan Hamas pada 7 Oktober.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Saat ini, ketika Israel mengatakan akan menyerang Rafah, rencana-rencana darurat yang menurut sumber-sumber yang ada di Mesir untuk mengakomodasi warga Palestina - jika hal itu terjadi - memperdalam kekhawatiran tersebut, meskipun Mesir membantah telah melakukan persiapan semacam itu dan Israel mengatakan bahwa mereka tidak berniat untuk mendeportasi warga Palestina dari Gaza.

“Jika kami pergi ke Mesir, siapa yang bisa menjamin kami kembali ke negara kami?” kata Elfat al-Nahhal, salah satu pengungsi di Rafah.

“Kami akan mengulangi kisah tahun 1948,” katanya, mengacu pada pengungsian 700.000 warga Palestina yang diusir atau meninggalkan rumah mereka selama perang yang diciptakan Israel.

Warga Palestina mengenang peristiwa ini sebagai “Hari Nakba” atau “malapetaka”.

Sudah beberapa kali mengungsi sejak Oktober, dia menolak untuk pergi: "Kami di sini dan itu saja."

Empat sumber mengatakan kepada Reuters bahwa Mesir telah mulai mempersiapkan sebuah area di perbatasan Gaza yang dapat menampung warga Palestina jika serangan Israel di Rafah memicu eksodus melintasi perbatasan, dan menekankan bahwa ini adalah langkah darurat.

Kepala Layanan Informasi Negara Mesir mengatakan keterangan sumber tersebut "tidak memiliki dasar kebenaran".

Mesir telah berulang kali meningkatkan kewaspadaan atas kemungkinan serangan Israel di Gaza dapat membuat warga Palestina terpaksa mengungsi ke Sinai – sesuatu yang menurut Kairo sama sekali tidak dapat diterima.

Peringatan tersebut juga digaungkan oleh negara-negara Arab lainnya, terutama Yordania, yang berbatasan dengan Tepi Barat dan menampung banyak warga Palestina yang mengungsi pada 1948 dan pada perang Timur Tengah tahun 1967, ketika Israel menduduki Tepi Barat dan Jalur Gaza.

Amerika Serikat telah berulang kali menyatakan akan menentang pemindahan warga Palestina keluar dari Gaza.

Pemerintah Israel mengatakan serangan itu bertujuan untuk menghancurkan Hamas, bukan mengusir warga Palestina. Menteri Luar Negeri Israel Israel Katz mengatakan pada Jumat, 16 Februari 2024, bahwa Israel tidak memiliki rencana untuk mendeportasi warga Palestina dari Gaza dan akan mencari cara untuk tidak merugikan kepentingan Mesir. Namun beberapa menteri Israel telah menganjurkan pemukiman kembali warga Palestina di luar Gaza.

Dua pejabat Israel yang dihubungi oleh Reuters pada Jumat menolak mengomentari laporan rencana darurat Mesir.

Israel mengatakan tentaranya sedang menyusun rencana untuk mengevakuasi warga sipil dari Rafah ke wilayah lain di Jalur Gaza.

Nakba Kedua

Saat ini tinggal di tenda di Rafah, Um Zaki mengaku tidak punya tempat tujuan bersama kelima anaknya, karena sudah dua kali mengungsi.

“Mungkin mereka akan memaksa kami masuk ke Sinai dengan mengirimkan tank-tank tersebut, beberapa orang tidak akan berpikir dua kali dan akan memanjat tembok untuk menyelamatkan nyawa mereka dan anak-anak mereka, dan tidak ada yang boleh menyalahkan mereka,” kata pria berusia 49 tahun itu kepada Reuters lewat telepon.

“Bukan itu yang saya takutkan. Saya takut ini akan menjadi Nakba kedua dan bahwa kami tidak akan kembali ke Gaza,” ia menambahkan.

“Pada 1948, negara-negara Arab meyakinkan orang tua kami di Jaffa dan tempat lain bahwa mereka hanya perlu menunggu beberapa hari sebelum mereka kembali dan di sinilah kita, 75 tahun pengungsian,” katanya.

"Apakah akan ada kesepakatan pada menit-menit terakhir untuk menyelamatkan Rafah, menyelamatkan Jalur Gaza? Saya hanya berharap keajaiban terjadi."

Israel mengatakan mereka harus pergi ke Rafah untuk memusnahkan “benteng terakhir” Hamas, kelompok Islam Palestina di balik serangan 7 Oktober ke Israel di mana militan membunuh 1.200 orang dan menculik sekitar 250 orang lainnya, menurut penghitungan Israel.

Serangan Israel yang dilancarkan sebagai respons telah menghancurkan sebagian besar Jalur Gaza dan menewaskan lebih dari 28.000 orang, menurut otoritas kesehatan di Gaza yang dikuasai Hamas.

Komisaris Tinggi PBB untuk Pengungsi mengatakan kepada Reuters pada Jumat bahwa limpahan pengungsi dari Rafah ke Mesir akan menjadi bencana dan pihak berwenang Mesir telah menegaskan bahwa warga Palestina harus dibantu di wilayah tersebut.

"Ini akan menjadi bencana bagi Palestina... bencana bagi Mesir dan bencana bagi masa depan perdamaian," kata Filippo Grandi kepada Reuters di sela-sela Konferensi Keamanan Munich.

Kepala bantuan PBB Martin Griffiths mengatakan pada Kamis bahwa berpikir orang-orang di Gaza dapat mengungsi ke tempat yang aman adalah sebuah "ilusi" dan memperingatkan kemungkinan warga Palestina akan mengungsi ke Mesir jika Israel melancarkan operasi militer di Rafah.

Ia menyebut skenario ini “semacam mimpi buruk Mesir”.

REUTERS

Ida Rosdalina

Ida Rosdalina

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus