RANGOON kembali melancarkan aksi terhadap para pemberontak. Sekitar 1.500 tentara Burma mengepung Mae Tak Wah, kubu pertahanan suku Karen yang terletak di dekat perbatasan Muangthai. Sampai akhir pekan lalu, asap tebal masih menyelimuti basis ekonomi dan militer Tentara Pembebasan Nasional Karen (KNLA) itu. Selain menggasak kekuatan Karen di Mae Tak Wah, serangan juga dilancarkan tentara Burma ke Maw Pokay - sekitar 40 km dari Mae Tak Wah. Serangan ini dipimpin langsung oleh Brigadir Jenderal Myint Aung, komandan Kesatuan Divisi ke-44, Burma. Akibat gempuran mortir dan bom fosfor yang dilancarkan tentara Burma, sekitar 4.000 suku Karen mengungsi ke wilayah Muangthai. Mereka ini - kebanyakan orang tua, wanita, dan anak-anak - ditampung di kamp pengungsi di Distrik Ban Tha Song Yang, Ban Mae Salid, dan Tha Song Yang. Sejak Burma merdeka, 1948, suku Karen, yang mendiami Burma Tenggara, memang sudah menunjukkan sikap ingin berdiri sendiri. Mereka menuntut pemerintahan otonom - yang tidak pernah diberikan Rangoon. Karena itu, mereka mendirikan Kesatuan Nasional Karen (KNU) dan Tentara Pembebasan Nasional Karen (KNLA) Diperkirakan, mereka memiliki 4.000 pejuang bersenjata. Tiap tahun, pada musim hujan, pemerintah Burma selalu menghajar suku Karen. Tahun lalu, misalnya, tekanan militer dipusatkan ke Maw Pokay yang, konon, kaya akan sumber minyak. Tapi serangan itu mendapat balasan kuat dari pasukan Karen sehingga pasukan pemerintan terpaksa mundur kembali. Serangan terhadap Mae Tak Wah telah diduga pasukan Karen sebelumnya. Beberapa hari sebelum penyerangan, pasar Mae Tak Wah, yang merupakan pasar gelap untuk mencari dana bagi pemberontakan suku Karen, telah diperintahkan agar dikosongkan. Pasar inilah yang hangus dalam penyerangan pasukan Burma itu. Berapa korban yang jatuh belum dapat dipastikan. Sumber Karen, yang mengaku telah menyadap pesan radio tentara Burma, mengatakan bahwa sedikitnya 31 tentara Burma terbunuh. Dari pihak Karen, menurut sumber itu, tak ada korban. Yang diakui lebih dari 200 rumah hancur terbakar. Tapi rumah Gen Bo Mya, ketua KNU, luput dari serangan ini. Kolonel Gladstone Shwe Min, komandan pemberontak yang bermarkas di Mae Tak Wah menyebutkan bahwa para pejuangnya tetap bersemangat tinggi. Bantuan, katanya, telah didatangkan dari kamp-kamp pemberontak di berbagai daerah lain guna melakukan serangan balasan terhadap pasukan Burma. Taktik yang dipakai suku Karen untuk memperoleh hak otonom tak lagi terbatas dengan memperkuat wilayah semata. Mereka juga menggunakan sistem gerilya kota dan propaganda. September lalu, misalnya, KNLA mengejutkan pemerintah Burma dengan aksi di Kota Rangoon. Mereka menyerang sebuah pemancar radio dan kantor polisi. Serangan pertama Karen di Rangoon itu menewaskan dua gerilyawan. Tiga gerilyawan lainnya tertangkap. Untuk mencegah meluasnya pertempuran ke wilayah Muanthai, para pengungsi diinstruksikan menyerahkan senjata sebelum ditampung di kamp yang disediakan. Selain itu, tentara Muangthai langsung disiagakan di sepanjang perbatasan dengan Burma.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini