Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Komandan sayap militer Hamas, Brigade Izz ad-Din al Qassam Mohammed Deif menyerukan umat Islam bergabung dalam perang melawan Israel. Dalam video yang dirilis Rabu, 27 Maret 2024, Hamas menerbitkan pernyataan Deif ini.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Tidak ada hari esok bagi Palestina. Jangan biarkan batasan, atau peraturan menghalangi Anda untuk mengambil bagian dalam penebusan Masjid al-Aqsa," ujarnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ia juga menyebut umat muslim di Indonesia dan Malaysia untuk bergabung merebut Al Aqsa. “Kepada rakyat kami di Yordania, Lebanon, Mesir, Aljazair, Maroko, Pakistan, Malaysia, Indonesia, dan seluruh tanah air Arab dan Muslim, mulailah melakukan unjuk rasa hari ini. Jangan biarkan batasan, perbatasan, atau peraturan menghalangi Anda untuk mendapatkan kehormatan. Ia mengajak Muslim mengambil bagian dalam penebusan Masjid Al Aqsa,” kata Deif dalam pesannya.
Pakar Israel berasumsi bahwa publikasi rekaman tersebut menunjukkan tekanan yang dialami Hamas setelah IDF secara resmi mengumumkan bahwa pejabat Al Qassam, Marwan Issa, tewas dalam serangan udara.
Sementara itu, usai resolusi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-bangsa atau DK PBB tentang gencatan senjata, Israel terus membombarbir Gaza. Militer Israel mengatakan mereka melanjutkan operasi di Rumah Sakit al-Shifa selama 10 hari. Israel mengklaim telah membunuh sekitar 200 pejuang Hamas di dalam dan sekitar fasilitas tersebut sejak pengepungan dimulai.
Dalam sebuah postingan di Telegram, militer mengatakan pasukannya juga telah “mengevakuasi warga sipil, pasien, dan tim medis” dari rumah sakit dan membawa mereka ke “fasilitas medis alternatif”.
Sebelumnya, pasukan Israel mengurung staf rumah sakit dan pasien di sebuah gedung yang digunakan oleh sumber daya manusia, yang tidak dirancang untuk penyediaan layanan kesehatan. Israel secaa secara sistematis menghancurkan rumah-rumah di daerah tersebut.
Selama pengepungan 10 hari tersebut, pasukan Israel juga telah membunuh banyak warga sipil, termasuk 13 anak-anak di rumah mereka. Anak-anak yang dibunuh termasuk ketika mereka mencoba melarikan diri dari kekerasan di wilayah tersebut bersama keluarganya, menurut Euro-Med Human Rights Monitor.
JERUSSALEM POST | AL JAZEERA
Pilihan editor: Seoul Lumpuh, Sopir Bus Mogok Massal Tuntut Naik Gaji
Pilihan editor: Rusia Mengaku Tak Percaya ISIS Lakukan Penembakan Moskow