Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Badan Pengatur Kesehatan Brasil, Anvisa, menilai otoritas kesehatan Cina tidak transparan dalam mengizinkan penggunaan darurat vaksin virus corona buatan Sinovac.
Tudingan tersebut membuat berbagai kalangan khawatir akan kelanjutan pengesahan vaksin Covid-19 dari Sinovac.
Kementerian  Luar Negeri Cina menganggap hal yang sangat penting untuk keamanan dan kemanjuran vaksin buatannya.
SAO PAULO – Badan Pengatur Kesehatan Brasil, Anvisa, menilai otoritas kesehatan Cina tidak transparan dalam mengizinkan penggunaan darurat vaksin virus corona buatan Sinovac. Pernyataan itu dapat mengobarkan ketegangan politik di negara Amerika Selatan tersebut. "Brasil adalah pemimpin internasional dalam proses evaluasi untuk CoronaVac," demikian pernyataan Anvisa melalui situs web-nya, kemarin.
Menurut pernyataan regulator obat tersebut, vaksin Sinovac telah mendapat izin penggunaan darurat di Cina sejak Juni lalu. Tapi kriteria pemerintah Cina untuk memberikan otorisasi penggunaan darurat tidak transparan. "Tidak ada informasi yang tersedia tentang kriteria yang saat ini digunakan oleh otoritas Cina untuk membuat keputusan penggunaan darurat vaksin ini."
Saat ini Sinovac sedang melakukan uji klinis tahap akhir di Brasil, Indonesia, dan Turki. Vaksin virus corona potensial besutan perusahaan farmasi Sinovac Biotech Ltd itu menjadi satu dari empat produsen yang bergerak ke tahap akhir dalam perlombaan pengembangan vaksin Covid-19.
Tudingan tersebut membuat berbagai kalangan khawatir akan kelanjutan pengesahan vaksin Covid-19 dari Sinovac. Sebab, beberapa negara bagian Brasil sudah memperkirakan vaksin siap didistribusikan dalam waktu dekat. Beberapa kalangan menduga tudingan Anvisa tersebut berkaitan dengan Presiden Brasil Jair Bolsonaro. Sebab, Bolsonaro selama ini konsisten menunjukkan ketidaksukaannya terhadap Cina. Bolsonaro berulang kali ragu akan efektivitas vaksin Sinovac.
Meski puluhan ribu warga Cina sudah menerima vaksin Sinovac sejak Juni lalu, data uji klinis ataupun mekanisme pengesahannya belum pernah dibuka ke publik. Hal itu kontras dengan pengesahan vaksin Covid-19 buatan Pfizer, perusahaan farmasi asal Amerika Serikat, serta BioNTech dari Jerman, yang relatif bisa dipantau perkembangannya dan melibatkan unsur eksternal.
Negara Bagian Sao Paulo, Brasil, kemarin juga terpaksa menunda rilis data kemanjuran vaksin Covid-19 yang dikembangkan oleh Sinovac. Penundaan tersebut memperketat jangka waktu untuk persetujuan regulator sebelum peluncuran yang rencananya dilakukan pada 25 Januari mendatang.
Gubernur Joao Doria, dalam wawancara radio pada Senin lalu, mengatakan bahwa data akan dirilis pada 23 Desember nanti, delapan hari lebih lambat dari yang direncanakan. Tujuannya untuk mendapatkan ukuran sampel yang sesuai dan analisis yang lebih lengkap.
João Gabbardo, Ketua Gugus Tugas Penanganan Covid-19 Sao Paulo, mengatakan penundaan itu akan memungkinkan adanya analisis terhadap kemanjuran berdasarkan data dari sampel yang masuk, termasuk 151 orang yang terinfeksi. Penundaan itu juga menjadikan adanya laporan definitif dibanding laporan awal.
Pengumuman Gubernur Doria bahwa Sao Paulo akan memulai vaksinasi publik pada 25 Januari dengan vaksin Cina membuat marah pemerintahan federal Bolsonaro. Pada Ahad lalu, hakim agung Ricardo Lewandowski memerintahkan Kementerian Kesehatan untuk memberikan klarifikasi dalam waktu 48 jam ketika pemerintah federal berencana memulai vaksinasi publik.
Adapun Komisi Kesehatan Nasional Cina belum merespons saat dimintai ihwal tudingan Brasil. Juru bicara Kementerian Luar Negeri Cina, Wang Wenbing, mengatakan Cina menganggap hal yang "sangat penting" untuk keamanan dan kemanjuran vaksinnya.
Sinovac membalas tudingan itu dengan tautan berita yang menyatakan bahwa vaksin Covid-19 dikembangkan berdasarkan aturan yang berlaku di Cina dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). "Vaksin tersebut menunjukkan keamanan yang sangat bagus pada uji klinis tahap pertama dan kedua," begitu klaim Sinovac. Uji klinis tahap ketiga akan digelar di Sao Paulo.
Dari kawasan Asia Tenggara, Filipina menargetkan kesepakatan untuk 25 juta dosis vaksin Covid-19 buatan Sinovac. Seorang pejabat gugus tugas virus corona Filipina mengatakan bahwa Manila akan menyelesaikan negosiasi dengan Sinovac Biotech pada pekan ini. Negosiasi itu untuk memperoleh 25 juta dosis vaksin Covid-19 dari perusahaan Cina untuk pengiriman pada Maret mendatang.
"Para pejabat Filipina bertemu dengan perwakilan Sinovac pada Jumat lalu dan akan ada pertemuan lain pada pekan ini guna menyelesaikan kesepakatan," kata Carlito Galvez, kepala vaksin negara itu.
REUTERS | CHANNEL NEWS ASIA | SUKMA LOPPIES
Brasil Tuding Cina Tak Transparan Soal Vaksin
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo