Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Buruh menang, lalu?

Bob hawke dari partai buruh, memenangkan pemilihan umum, dan menggantikan malcom fraser sebagai perdana menteri australia.

12 Maret 1983 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PERDANA Menteri Australia yang baru saja terpilih, Bob Hawke, pekan ini memulai perjuangannya memulihkan ekonomi bangsanya yang kini dilanda inflasi dan pengangguran. Partai Buruh yang dipimpinnya memenangkan pemilihan umum Sabtu lalu dengan mayoritas mutlak. Sejak pemerintahan Malcolm Fraser berkuasa di tahun 1977, angka pengangguran di Australia meningkat hamplr dua kali lipat dibanding dengan ketika koalisi Liberal Nasional itu menjatuhkan pemerintahan Partai Buruh di bawah Gough Whitlam. Satu dari setiap 10 orang sekarang adalah penganggur, atau 10% dari jumlah tenaga kerja. Pertumbuhan ekonomi sama sekali tidak ada, sementara inflasi mencapai 11,3% dalam kuartal terakhir 1982. Hawke ingin mengatasi keadaan ini, menurut laporan pcmbantu TEMro di Canberra, Zulaikha Chudori, dengan "kebijaksanaan harga dan pendapatan." Ini mencakup: mcnurunkan tingkat inflasi, menciptakan lowongan kerja dan mendorong pertumbuhan ekonomi. Ekonomi Australia selama beberapa tahun terakhir ini tidak hanya menderita akibat resesi dunia. Cuaca dan bencana alam juga menimbulkan kerusakan parah pada dunia pertaniannya. Kemarau panjang merusak sebagian besar tanaman gandumnya. Dan ketika kampanye pemilu berlangsung, sebagian dari negara bagian Victoria dan Australia Selatan dimusnahkan api dalam suatu kebakaran hutan terbesar di negeri itu. Sementara Queensland dan Australia Barat diserang badai. Akibatnya, kampanye di Victoria dan Australia Selatan terpaksa dihentikan sampai kebakaran itu dapat dipadamkan. Hawke berkampanye selama satu hari di sana, sementara Fraser menghabiskan empat hari. Koalisi Liberal-Nasional konon menghabiskan A$ 5 juta untuk memonitor poll pendapat dengan video dan komputer di seluruh negeri. Partai Buruh mengeluarkan sekitar A$ 2 juta. Dan karena dananya lebih kecil, iklannya pun tidak sepanjang atau segencar iklan koalisi. Hawke berkampanye mengenai pembatasan modal asing. Ia menghendaki supaya saham dan pengawasan sumber alam mayoritas di tangan orang Australia. Tetapi kenyataan ialah Australia sangat membutuhkan modal asing untuk mengolah sumber alamnya. Bob Hawke, 52 tahun, yang pernah menjadi ketua Dewan Serikat Buruh Australia (ACTU), bisa dipastikan tidak akan mengambil sesuatu tindakan yang bisa membahayakan lapangan kerja anggotanya. Justru dia akan melancarkan kebijaksanaan proteksionisme yang lebih ketat terhadap barang hasil pabrik. Ini akan membuat para pemimpin ASEAN khususnya sangat prihatin. ASEAN kini mengarahkan pandangan ke pasaran Australia bagi hasi produksi mereka, setelah pasaran Eropa dan Amerika makin mengecil. Pemerintah baru itu ingin memperbesar ekspor hasil pertaniannya ke Jepang - yang saat ini boleh dikata tidak berarti - sambil membujuk Jepang menanam modal lebih besar di Australia. Di bidang pertahanan, orang masih mempertanyakan apakah Partai Buruh, yang biasanya tidak suka menempatkan pasukan Australia di luar negeri, akan menarik skuadron angkatan udaranya dari Pangkalan Butterworth di Malaysia. Hawke diberitakan sudah menghendaki supaya satuan militer Australia yang kini ditempatkan sebagai pasukan pengawal perdamaian di Sinai ditarik pulang. Tetapi jelas Partai Buruh ingin melanjutkan pakta pertahanan dengan Amerika dan Selandia Baru (Anzus). Sikap Partai Buruh dalam masalah Kampuchca mungkin sekali akan menjadi batu ujian bagi pemerintahan Hawke dalam hu. bungannya dengan ASEAN dan Amerika. Hawke ingin menggiatkan kembali bantuan Australia kepada Vietnam yang telah dibekukan oleh Fraser tahun 1979. Sementara ASEAN berusaha mendukung pemerintahan koalisi Kampuchea di bawah pimpinan Pangeran Norodom Sihanouk, Partai Buruh Australia mengatakan ia tidak mau mengakui koalisi apa pun yang menyertakan Khmer Merah. Bagi Indonesia, hubungan dengan Canberra itu mungkin akan terantung dari sikap Australia dalam masalah Timor Timur. Pemerintahan Fraser sudah menerima kenyataan bahwa Timor Timur jadi wilayah Indonesia. Sebaliknya, konperensi tahunan Partai Buruh Australia baru-baru ini menyatakan bahwa hak rakyat Timr Timur untuk menentukan kemerdekaan mereka adalah "hak yang tidak bisa dipisah-pisahkan." Tetapi, da am suatu pertemuan pers setelah terpilih, Bob Hawke mengatakan "Kita ingin mengembalikan hubungan Australia dengan Indonesia pada dasar yang konstruktif." Hawke sudah beberapa-kali mengunjungi Indonesia dan mengatakan bahwa dia mempunyai hubungan pribadi dengan banyak pemimpin Indonesia. "Termasuk kenyataan bahwa saya telah mengadakan pertemuan panjang dengan Presiden Soeharto." Tetapi dia menolak membicarakan lebih jauh soal bantuan kepada Indonesia. Sejak 1975, Indonesia telah menerima 18 pesawat pengawas pantai, Nomad dari Australia di samping bantuan berupa pembangunan fasilitas perawatan pesawat untuk setiap 100 jam terbang. Canberra juga kini melatih 18 orang personil Indonesia di Australia dalam perawatan pesawat Nomad. Dan berada di Jakarta Januari lalu. Menteri Pertahanan Ian Sinclair mengatakan bahwa dalam waktu dua tahun mendatang ini Australia akan mengeluarkan lagi bantuan (pertahanan) sebanyak A$ 1,6 juta. Bill Hayden dalam waktu dekat akan mengunjungi Jakarta dalam kedudukannya sebagai menteri luar negeri, "dan kita akan mencoba membangun kembali hubungan yang konstruktif dengan Indonesia," kata Hawke. "Tentu saja dalam pembicaraan itu kami akan menunjukkan keprihatinan kami atas soal Timor Timur." Bob Hawke menyatakan kemenangan partainya dini hari Minggu setelah perhitungan sementara dalam pemilihan itu menunjukkan bahwa Partai Buruh memperoleh 71 dari t25 kursi Parlemen yang diperebutkam Koalisi partai Liberal dan Nasional pimpinan Pardana Menteri Fraser hanya meraih 50 kursi. Itu terjadi ketika sudah 90% dari surat suara yang masuk selesai dihitung. Tiga menteri senior dari koalisi LiberalNasional tidak terpilih. Yaitu Menteri Bantuan Pertahanan Ian Viner (yang November lalu mengunjungi Indonesia), Menteri Ilmu Pengetahuan dan Teknologi David Thompson dan Menteri Imigrasi John Hodges. Ketua fraksi pemerintah di Parlemen, John Bourchier, juga kehilangan kursi. Kekalahan koalisi itu menunjukkan adanya perpindahan dukungan pemilih ke Partai Buruh sebanyak lebih dari 5%. Fraser sampai dengan sekitar sebulan lalu dipandang sebagai orang yang tak akan tertandingi. Menerima tanggung jawab atas kekalahan partainya dan mengumumkan pengunduran dirinya sebagai ketua Partai Liberal, Fraser mencucurkan air mata ke bahu putranya. Para peninjau politik di Canberra memperkirakan bahwa Andrew Peacock akan menggantikannya sebagai ketua Liberal. Hampir 6 tahun lamanya Fraser berkuasa. Ketika keadaan ekonomi Australia memburuk di tengah resesi dunia, dan Partai Buruh yang beroposisi dalam keadaan terpecah, Fraser memutuskan untuk mengadakan pemilihan umum - 8 bulan lebih awal. Dia tampaknya merasa itulah waktu yang paling tepat untuk mendapatkan mandat baru. Tapi dia salah menilai sikap rakyatnya. Juga Fraser tampaknya tidak mendugasaingannya, Bill Hayden, akan mengundurkan diri, lantas naiknya pengaruh Bob Hawke di kalangan Partai Buruh. Selama kampanye berlangsung, 9,3 juta pemilih tidak hanya melihat program yang ditawarkan partai-partal yang bersaing, tapi juga pribadi pemimpin mereka. Fraser memperingatkan bahayanya memilih Partai Buruh yang akan didikte oleh ACTU. Tetapi rakyat Australia selama itu sudah melihat hasil kepemimpinan Fraser yang berakhir dengan ketiadaannya pertumbuhan ekonomi. Poll pendapat umum sudah menunjukkan popularitas Hawke yang jauh lebih tinggi dari Fraser. Tetapi Fraser menolaknya. "Hanya ada satu hari yang menentukan hari pemilihan 5 Maret," katanya. Ternyata rakyat Australia' tidak khawatir terhadap peringatan yang diajukan Fraser bila Partai Buruh berkuasa. Di Melbourne, Fraser menakut-nakuti masyarakat dengan mengatakan bahwa akan lebih aman bagi masyarakat untuk menyimpan uang mereka di bawah tempat tidur daripada di bank bila Partai Buruh berkuasa. Ucapan Fraser itu langsung mendapat kecaman dunia usaha dan perbankan. Malahan dua menterinya menolak mendukung ucapannya itu. Di pihaknya, Hawke melontarkan motto "mempersatukan Australia" dan "merujukkan kehidupan nasional" yang tampaknya langsung diterima masyarakat pemilih.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus