Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Sanksi Itu untuk Melemahkan Pembiayaan Perang Rusia

Duta Besar Uni Eropa untuk Indonesia dan Brunei Darussalam, Vincent Piket, berbicara tentang alasan Uni Eropa mendukung Ukraina.

18 Juni 2022 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Perang Rusia-Ukraina memicu krisis energi dan pangan global.

  • Seberapa besar dampak perang terhadap Uni Eropa?

  • Bagaimana strategi Uni Eropa setelah menyetop impor minyak dari Rusia?

PERANG Rusia-Ukraina telah memicu krisis pangan dan energi global. Negara-negara anggota Uni Eropa (UE) pun terkena imbasnya. Apalagi setelah Dewan Eropa memutuskan menyetop impor minyak dan gas dari Rusia sebagai bagian dari sanksi terhadap invasi militer Rusia ke Ukraina.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Duta Besar Uni Eropa untuk Indonesia dan Brunei Darussalam, Vincent Piket, mengakui perang di Ukraina telah mengganggu pertumbuhan ekonomi Uni Eropa yang sedang pulih dari pandemi Covid-19. “Karena perang, kami kehilangan lebih dari 2 persen dari perkiraan pertumbuhan,” katanya dalam wawancara virtual dengan wartawan Tempo pada Kamis, 16 Juni 2022.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bagaimana posisi Uni Eropa dalam perang Rusia-Ukraina?

Uni Eropa menentang perang tersebut. Kami tidak sendirian. Ada 141 negara di Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa yang memilih sikap yang sama. Jadi Rusia terisolasi atas apa yang telah dan terus dilakukan mereka terhadap Ukraina. Perang itu sangat mengkhawatirkan. Kami juga sangat khawatir atas nasib warga Ukraina. Penghancuran properti publik atau pribadi terus berlanjut. Lihatlah apa yang terjadi di kota-kota di Donbas yang diratakan oleh militer Rusia, juga di Mariupol, dengan pertumpahan darah dan kerusakan yang luar biasa. Makin lama hal itu berlangsung akan makin buruk. Kami sangat ingin Rusia melakukan gencatan senjata. Jika Rusia melakukannya, Ukraina otomatis akan melakukannya karena bukan Ukraina yang menyerang. Gencatan senjata dilakukan dan Rusia menarik pasukan dari daerah yang didudukinya, lalu negosiasi untuk kesepakatan damai dijalankan. Itu satu-satunya jalan ke depan.

Mengapa Uni Eropa membela Ukraina?

Kami perlu mempertahankan keamanan atau stabilitas kami, itulah alasan kami mendukung Ukraina. Itu sikap kami yang konsisten sejak 24 Februari (perang dimulai) dan akan terus demikian. Satu hal yang sangat pasti, Ukraina adalah negara yang berbatasan dengan enam negara anggota Uni Eropa. Keselamatan, keamanan, dan stabilitas di Ukraina memiliki efek langsung terhadap keamanan dan stabilitas kami. Jadi kami harus memastikan Ukraina dapat melawan Rusia dan memperoleh hasil yang cukup adil, termasuk rekonstruksi setelah perang usai.

Bagaimana permohonan Ukraina dan beberapa negara Balkan untuk menjadi anggota Uni Eropa?

Kita akan tahu minggu depan. Ada pertemuan rutin para pemimpin Uni Eropa dari 27 negara anggota yang dipimpin Presiden Dewan Eropa pada pekan depan. Dalam pertemuan itu akan ada keputusan tentang permohonan keanggotaan dari Ukraina dan status kandidat negara-negara lain, khususnya negara-negara di Balkan Barat. Itu adalah diskusi penting dan topik yang sulit.

Tentu, pertama-tama, Uni Eropa telah mengakui tekad dan aspirasi Eropa dari Ukraina dan kami menghormatinya. Kedua, tentu saja, dibutuhkan kerja. Tidak mudah bergabung dengan Uni Eropa. Ini bukan klub seperti pusat kebugaran, ketika Anda membayar iuran anggota dan bisa langsung memakai cross trainer. Tidak. Uni Eropa adalah klub tempat Anda harus membangun bagian Anda sendiri, bagian Anda dari pasar tunggal, sistem hukum, sistem ekonomi kami, dan seterusnya. Itu tidak dapat dilakukan dalam semalam. Saat ini jelas Ukraina akan menghadapi kesulitan luar biasa dalam melakukannya. Dalam pertemuan minggu depan, kami harus mencapai keseimbangan di antara, di satu sisi, memberikan Ukraina perspektif yang jelas dan pasti terhadap keanggotaan Uni Eropa dan, di sisi lain, memastikan Ukraina akan mampu mengemban tugas sebagai anggota.

Dewan Eropa menghentikan impor minyak dari Rusia sebagai bagian dari sanksi ekonomi. Apakah sanksi ini efektif untuk mengakhiri perang?

Kami harus melepaskan diri dari ketergantungan pada minyak dan gas Rusia demi keamanan dan kedaulatan kami. Itu adalah keyakinan politik kami. Tapi jajak pendapat di semua negara anggota Uni Eropa baru-baru ini menunjukkan 75 persen dukungan terhadap (sanksi) itu, meskipun semua orang tahu hal ini akan menghabiskan uang kami, membebani kami dengan harga gas dan minyak yang lebih tinggi, juga harga listrik yang lebih tinggi, setidaknya untuk jangka pendek.

Sanksi ini adalah alat sekunder untuk mendorong negara itu bertanggung jawab dan membawa mereka kembali ke tatanan perilaku normal. Itu adalah pilihan sadar Uni Eropa untuk tidak terlibat dalam perang secara langsung dengan cara militer. Sanksi adalah salah satu instrumen utama kami untuk melemahkan pembiayaan perang Rusia. Sanksi keuangan itu bertujuan menghentikan peluang (Rusia) mengambil untung, mencari untung, dan lain-lain dari perang. Hal ini berakibat hilangnya kemungkinan Rusia mendapatkan barang-barang teknologi dan material yang mereka butuhkan untuk menjalankan pabrik mereka guna (membuat) tank dan sejenisnya. Kami yakin yang kami lakukan memiliki efek dan ini adalah aspek penentu yang akan kita lihat nanti. Terlalu dini untuk mengatakan (ihwal efeknya) karena sanksi ini bukan alat militer.

Apa dampak perang terhadap Uni Eropa, terutama akibat gangguan rantai pasokan?

Dampak terbesar adalah, tentu saja, di Ukraina sendiri. Penghancuran Ukraina terjadi dan biaya untuk membangunnya kembali sekitar 70-90 miliar euro (Rp 1.000-1.400 triliun). Tidak ada yang benar-benar tahu (jumlahnya) saat ini, tapi luar biasa besar. Bagi Uni Eropa, ongkos nomor satu adalah perumahan bagi sekitar enam juta pengungsi Ukraina. Pertama-tama bagi negara anggota Uni Eropa yang berbatasan dengan Ukraina, yakni Polandia, Slovakia, Hungaria, Rumania, dan Bulgaria. Beban luar biasa bagi mereka telah disediakan oleh Uni Eropa senilai 17 miliar euro. Pengungsi dari Ukraina berhak bekerja, bersekolah, dan sebagainya. Tapi mereka juga membutuhkan uang tunai jika tidak mendapat pekerjaan.

Dampak kedua, kami berada di jalur pemulihan setelah pandemi Covid-19. Tingkat pertumbuhan ekonomi kami 4 persen pada tahun lalu dan perkiraan pada tahun ini 4,5 persen. Karena perang, kami kehilangan lebih dari 2 persen perkiraan pertumbuhan. Ini fenomena yang tidak hanya terjadi di Eropa, tapi juga di seluruh dunia, termasuk Asia dan Indonesia. Ini adalah biaya yang diderita semua orang akibat perang, akibat terganggunya pasokan komoditas dan energi, destabilisasi jalur pasokan, serta situasi ekonomi. Sama sekali tidak ada hubungannya dengan sanksi (Uni Eropa kepada Rusia).

Dalam hal energi, bagaimana strategi Uni Eropa?

Dalam jangka pendek, kami bertekad memutus ketergantungan kami pada minyak dan gas Rusia dengan berganti pemasok. Kami telah cukup berhasil menemukan (pemasok) di Norwegia, Amerika Serikat, Mesir, Israel, Qatar, negara-negara Teluk lain, siapa tahu mungkin juga Indonesia. Tujuan kami, di akhir tahun ini, 90 persen minyak yang dulu dari Rusia akan datang dari sumber berbeda. Untuk gas, kami menargetkan penghentian impor gas Rusia pada 2027. Jadi diversifikasi pasokan dan reorientasi pasokan adalah satu (strategi).

Kedua, efisiensi energi. Banyak yang bisa dilakukan dengan hanya “memencet sakelar” ini, dengan menggunakan lebih sedikit pendingin ruang, misalnya. Hal yang benar di Indonesia, seperti halnya dengan kami, adalah meningkatkan kesadaran orang-orang, seperti Anda dan saya, untuk tidak hanya mengurangi tagihan energi, tapi juga mengurangi permintaan energi.

Terakhir, mempercepat fase energi terbarukan karena itu menjadi bagian dari kebijakan kami, Kesepakatan Hijau Eropa. Sekarang kami akan berinvestasi besar-besaran dalam percepatan rencana kami dengan investasi sebesar 260 miliar euro untuk mendorong tenaga surya, angin, dan hidrogen. Beberapa negara akan terus menggunakan pembangkit listrik tenaga nuklir selama beberapa tahun lebih lama dari yang awalnya direncanakan. Itu pendekatan lain. Tapi pergeseran (kebijakan) seluruh negara anggota Uni Eropa adalah keragaman pasokan eksternal, efisiensi energi, dan percepatan energi terbarukan.

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Iwan Kurniawan

Iwan Kurniawan

Kini meliput isu internasional. Sebelumnya menulis berbagai topik, termasuk politik, sains, dan seni. Pengasuh rubrik Pendapat dan kurator sastra di Koran Tempo serta co-founder Yayasan Mutimedia Sastra. Menulis buku Semiologi Roland Bhartes (2001), Isu-isu Internasional Dewasa Ini: Dari Perang, Hak Asasi Manusia, hingga Pemanasan Global (2008), dan Empat Menyemai Gambut: Praktik-praktik Revitalisasi Ekonomi di Desa Peduli Gambut (Kemitraan Partnership, 2020). Lulusan Filsafat Universitas Gadjah Mada.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus