Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Internasional

Cerita dari Yaman: Ibu Hamil Tahan Lapar Demi Anak

Kisah seorang ibu muda Yaman yang tengah hamil terpaksa menahan lapar untuk anak-anaknya saat bencana kelaparan mengancam di tengah perang saudara.

6 Mei 2018 | 18.46 WIB

Umm Mizrah, ibu muda berusia 25 tahun menunjukkan tulang belikat dan tulang dadanya saat difoto pada 23 Februari 2018, di rumah sakit Al-Sadaqa, Aden, Yaman. Umm Mizrah yang hampir memasuki masa kehamilan enam bulan memiliki berat 38 kilogram dan menderita gizi buruk. Dia hanya makan satu kali sehari untuk memberi makan putranya yang juga menderita gizi buruk. [AP]
Perbesar
Umm Mizrah, ibu muda berusia 25 tahun menunjukkan tulang belikat dan tulang dadanya saat difoto pada 23 Februari 2018, di rumah sakit Al-Sadaqa, Aden, Yaman. Umm Mizrah yang hampir memasuki masa kehamilan enam bulan memiliki berat 38 kilogram dan menderita gizi buruk. Dia hanya makan satu kali sehari untuk memberi makan putranya yang juga menderita gizi buruk. [AP]

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Ibu muda berusia 25 tahun asal Yaman mengunjungi dokter dengan mengenakan abaya hitam. Dengan gontai dan berat badan 38 kilogram, Umm Mizrah, yang tengah mengandung harus menahan lapar untuk memberi makan anak-anaknya. Namun pengorbanan Mizrah mungkin tidak cukup untuk menyelamatkan anaknya.

Kepada Associated Press, yang dikutip pada 6 Mei 2018, dokter pemerintah setempat menujukkan gambar anak-anak kurus yang datang ke rumah sakit Al-Sadaqa di Aden, Yaman, di tengah kecamuk perang tiga tahun yang menyebabkan jutaan orang kelaparan.

Baca: Arab Saudi Cegat Rudal Yaman di Mokhta

Pada 13 Februari 2018, sejumlah foto yang ditempel di dinding rumah sakit Aden, Yaman, menunjukkan anak-anak yang menderita gizi buruk [AP]

Ibu seperti Umm Mizrah dan lainnya, berupaya bertahan di tengah kelaparan yang membunuh ribuan warga Yaman. Mereka tidak makan dan terpaksa tidur untuk memendam rasa lapar mereka. Untuk menutup kesan kurus dengan tulang belikat menonjol, para wanita Yaman menutup tubuh dengan jubah abaya hitam dan hijab.

Baca: Milisi Houthi Terapkan Retribusi, Ekonomi Yaman Diambang Bangkrut

Bersama putranya Mizrah ke dokter. Atas permintaan dokter, putra Mirzah ditimbang dan hanya menunjukkan angka 5,8 kilogram, sekitar setengah dari bobot tubuh normal sesusianya. Putranya menderita malnutrisi akut karena kelaparan yang amant sangat. Kakinya membentuk tulang dan tidak cukup protein.

Umm Mizrah (25 tahun), menggendong putranya Mizrah saat menimbang badan di Rumah Sakit Al-Sadaqa di kota Aden, Yaman selatan, 13 Februari 2018 ini. Mizrah, yang berusia 17 bulan, beratnya 5,8 kilogram, setengah dari berat normal untuk usianya. AP/Nariman El-Mofty

Umm Mizrah dan suaminya yang juga mempunyai tiga putri terpaksa hanya makan satu kali sehari, itu pun hanya roti dan teh. Ketika dokter memvonis malnutrisi yang dideritanya bisa berujung maut, Umm Mirzah hanya bisa pasrah.

Sekitar 2,9 juta wanita dan anak-anak Yaman menderita malnutrisi akut, sementara 400 ribu anak-anak berjuang untuk hidup.

Hampir sepertiga populasi Yaman atau 8,4 juta dari 29 juta total populasi mengalami kelaparan dan ini meningkat dari tahun ke tahun seiring konflik yang belum selesai.

Awsaf, gadis Yaman berusia 5 tahun, sedang makan dan minum teh-yang mana hanya makanan ini yang bisa ia dapat-duduk di depan ibunya di gubuk mereka di Abyan, Yaman, pada 15 Februari 2018. Keputusasaan membentang di sepanjang penjuru selatan Yaman, di kota-kota dan desa-desa untuk pengungsi, para keluarga tidak mampu mendapat makanan di tengah perang sipil antara pemberontak Houthi dan pasukan koalisi Arab. [AP]

Baca: Potret Bencana Kelaparan di Yaman 


Lembaga kemanusiaan melaporkan bencana kelaparan bisa menjadi wabah mematikan dan ini bisa semakin parah jika konflik antara kelompok Houthi dengan koalisi Arab tidak berakhir.

Tidak ada data pasti berapa orang yang meninggal akibat dampak konflik, namun diperkirakan 50 ribu anak-anak meninggal dunia pada 2017 akibat kelaparan ekstrem dan penyakit.

Padahal negara termiskin di jazirah Arab ini mesti berjuang untuk memenuhi kebutuhan pangan mereka sebelum perang berkecamuk. Kondisi tanah gurun dan pegunungan dengan sedikit air menyebabkan hanya 2 hingga 4 persen tanah yang bisa ditanami, sehingga negara ini mesti mengimpor makanan.

Amerika Serikat yang menjadi pendukung utama koalisi Arab mengirimkan miliaran dolar AS untuk operasi militer. US$ 854 miliar atau 11,9 triliun Rupiah dikirimkan Amerika Serikat untuk bantuan kemanusiaan. Namun nilai ini tidak akan cukup selama konflik terus-menerus.

 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Eka Yudha Saputra

Alumnus Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia. Bergabung dengan Tempo sejak 2018. Anggota Aliansi Jurnalis Independen ini meliput isu hukum, politik nasional, dan internasional

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus