Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Cina Ancam Boikot Produk Australia

Pada masa krisis corona, Cina menilai menggunakan kecurigaan dan tuduhan bermotif politik sangat tidak bertanggung jawab.

28 April 2020 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SYDNEY - Cina mengancam akan memboikot produk-produk Australia jika terus didesak soal investigasi terkait dengan asal-usul virus corona yang menjadi pandemi. Duta Besar Cina di Australia mengatakan desakan untuk penyelidikan secara independen terhadap asal-usul wabah tersebut "berbahaya", tanpa menjelaskan maksudnya lebih detail.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Publik Cina frustrasi dan kecewa terhadap apa yang sedang dilakukan Australia," ujar Cheng Jingye dalam wawancara dengan Australian Financial Review pada Ahad lalu. "Jika suasana hati berubah dari buruk menjadi lebih buruk, orang akan berpikir mengapa kami harus pergi ke negara yang tidak begitu bersahabat dengan Cina? Para wisatawan Cina mungkin berpikiran seperti itu."

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Australia sejak pekan lalu menyerukan agar negara-negara anggota Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mendukung penyelidikan secara independen tentang asal-usul dan penyebaran virus corona atau Covid-19. Virus corona atau SARS-CoV-2 telah menginfeksi 2,97 juta orang di seluruh dunia dan membunuh lebih dari 205 ribu jiwa. Virus tersebut pertama kali ditemukan di Wuhan, Cina, pada akhir tahun lalu. Canberra juga melobi para pemimpin dunia. Menteri Luar Negeri Australia Marise Payne, kemarin, mengatakan Australia telah mengajukan "panggilan berprinsip" untuk penyelidikan secara independen terhadap wabah Covid-19.

Cina merupakan pasar ekspor terbesar untuk anggur dan daging sapi Australia. Hubungan diplomatik Cina dan Australia sempat tegang pada 2018. Akibatnya, anggur dan daging sapi Australia sempat tertahan dan ditangguhkan untuk suatu periode. Terdapat 16 persen wisatawan Cina di Australia dan 38 persen siswa internasional di negara itu berasal dari Cina. Warga Cina yang bersekolah di Australia berkontribusi puluhan miliar dolar bagi perekonomian.

"Terserah orang untuk memutuskan. Mungkin orang-orang biasa akan mengatakan, ‘Mengapa kami harus minum anggur Australia? Makan daging sapi Australia?’" ujar Cheng. Dia juga mengancam akan menunda masuknya mahasiswa Cina ke sejumlah universitas di Australia. "Orang tua siswa juga akan berpikir apakah tempat yang mereka temukan tidak begitu ramah, bahkan bermusuhan, apakah ini tempat terbaik untuk mengirim anak-anak mereka ke sini?"

Menanggapi hal itu, Menteri Luar Negeri Australia Marise Payne menolak ancaman dan upaya paksaan ekonomi dari Cina. Dia menyatakan penilaian secara jujur dalam penyelidikan independen terhadap pandemi corona justru akan memperkuat peran WHO. "Padahal yang kami butuhkan adalah kerja sama global," ujar Payne.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri Cina, Geng Shuang, menegaskan bahwa negaranya adalah negara pertama yang melaporkan kasus Covid-19. "Namun itu tidak berarti virus tersebut berasal dari Cina," kata dia. Menurut Geng, pada masa kritis seperti saat ini, sangatlah tidak bertanggung jawab untuk menggunakan kecurigaan dan tuduhan bermotif politik. Dia menyarankan agar Australia mengesampingkan bias ideologi dan permainan politik. Geng berharap Australia berfokus pada kesejahteraan rakyatnya dan keamanan global, serta berkontribusi dalam kerja sama global untuk memerangi virus.

Mantan Duta Besar Australia untuk Cina, Geoff Raby, mengatakan kepada Daily Mail Australia bahwa hubungan diplomatik kedua negara saat ini berada pada titik terendah sejak dimulai pada 46 tahun lalu. Raby mengatakan keinginan untuk mengadakan penyelidikan secara independen terhadap virus corona masuk akal. Namun hal tersebut hanya dapat dilakukan atas dasar kerja sama internasional karena Cina akan dengan kuat mempertahankan kedaulatannya.

Raby mengatakan Canberra harus menggunakan krisis ini untuk memperbaiki hubungan dengan Beijing. Sebab, Australia membutuhkan Cina untuk membantu pemulihan ekonomi setelah penerapan lockdown (isolasi lunak) yang melumpuhkan kegiatan ekonomi hampir satu juta warga Australia. "Kita harus berbicara tentang bagaimana memastikan hal seperti ini tidak terjadi lagi dan bagaimana kita secara kolektif dapat memperbaiki ekonomi," kata dia. "Australia pasti membutuhkan Cina untuk menjadi bagian dari solusi bagi kerusakan ekonomi yang dialaminya."

CHANNEL NEWS ASIA | REUTERS | DAILY MAIL | SUKMA LOPPIES

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus