Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Pada Selasa, Cina meminta Israel untuk menghentikan agresinya di wilayah Rafah di Jalur Gaza tanpa penundaan, dan memperingatkan akan terjadinya “krisis kemanusiaan yang parah” jika perang terus berlanjut. “Cina mengikuti perkembangan di kawasan Rafah, menentang dan mengutuk tindakan yang merugikan warga sipil dan melanggar hukum internasional,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri dalam sebuah pernyataan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Beijing mendesak Israel untuk segera “menghentikan operasi militernya sesegera mungkin, (dan) melakukan segala upaya untuk menghindari jatuhnya korban sipil yang tidak bersalah, guna mencegah bencana kemanusiaan yang lebih serius di wilayah Rafah”.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Israel berada di bawah tekanan internasional yang semakin meningkat untuk menyetujui gencatan senjata dengan Perlawanan Palestina, sekaligus bersiap untuk melakukan serangan ke Rafah, kota perbatasan selatan Gaza di mana lebih dari satu juta pengungsi Palestina mencari perlindungan setelah Israel mengumumkan tempat tersebut menjadi zona aman bagi para pengungsi.
Pembantaian di Rafah
Pada Senin, koresponden Al Mayadeen melaporkan bahwa pasukan pendudukan Israel melakukan pembantaian besar-besaran di Rafah dini hari, dengan sebagian besar korbannya adalah perempuan dan anak-anak. Pesawat tempur pendudukan Israel disebut melancarkan lebih dari 50 serangan udara di Rafah, dan pasukan Israel menggunakan rudal pembakar yang dilarang secara internasional dalam serangan udaranya.
Sumber-sumber medis Palestina mengatakan, setidaknya 100 orang tewas dan lebih dari 230 orang terluka dalam serangan besar-besaran Israel di kota Rafah, Jalur Gaza selatan.
Sebagai tanggapan atas pembantaian tersebut, gerakan Perlawanan Palestina Hamas menekankan bahwa serangan tentara pendudukan Israel yang "mirip Nazi" di kota Rafah dianggap sebagai kelanjutan dari perang genosida terhadap rakyat Palestina. Dalam sebuah pernyataan yang mengomentari pembantaian yang dilakukan pasukan pendudukan Israel terhadap kota selatan, yang menewaskan sedikitnya 100 warga Palestina dan beberapa lainnya terluka, Hamas meminta pemerintah AS dan Presiden Biden secara pribadi bertanggung jawab penuh bersama dengan pemerintah pendudukan Israel atas kejahatan ini.
Sementara itu, Gerakan Jihad Islam di Palestina menegaskan bahwa pembantaian Israel di kota Rafah dan desakan entitas tersebut untuk terus melakukan kejahatannya adalah peningkatan genosida yang disengaja terhadap rakyat Palestina. Dalam sebuah pernyataan, gerakan tersebut mengatakan, "Kejahatan ini menegaskan bahwa Nazi dan pemerintahan kriminal entitas tersebut tidak peduli dengan opini publik atau sekutunya di antara kubu normalisasi."
AL MAYADEEN
Pilihan Editor: Recep Tayyip Erdogan Ingin Fokus Atasi Krisis di Gaza