Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Pemerintah Cina kemarin menutup sekolah-sekolah di Beijing dan membatasi perjalanan udara dari Ibu Kota untuk mencegah gelombang kedua infeksi Covid-19.
Langkah ini dilakukan bersamaan dengan meningkatnya jumlah kematian di India akibat wabah yang sama.
Harapan global sempat meningkat seiring dengan temuan Universitas Oxford di Inggris bahwa dexamethasone—obat steroid murah—dapat mengurangi tingkat kematian hingga sekitar sepertiga dari pasien Covid-19 paling parah di rumah sakit.
BEIJING – Pemerintah Cina kemarin menutup sekolah-sekolah di Beijing dan membatasi perjalanan udara dari Ibu Kota untuk mencegah gelombang kedua infeksi Covid-19. Langkah ini dilakukan bersamaan dengan meningkatnya jumlah kematian di India akibat wabah yang sama.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kluster baru dari pasar grosir Xinfadi di Cina serta jumlah infeksi yang melonjak di Amerika Latin dan Asia Selatan menimbulkan keraguan baru ihwal seberapa cepat dunia dapat mengendalikan pandemi ini. Hingga kemarin tercatat lebih dari 8,1 juta kasus Covid-19 dan hampir 440 ribu kematian.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Harapan global sempat meningkat seiring dengan temuan Universitas Oxford di Inggris yang menyatakan bahwa dexamethasone—obat steroid murah—dapat mengurangi tingkat kematian hingga sekitar sepertiga dari pasien Covid-19 paling parah di rumah sakit. Namun belum adanya vaksin menyebabkan negara-negara harus bergantung pada beberapa bentuk penguncian (lockdown) untuk mengendalikan penyebaran virus.
Setelah 31 kasus lagi dilaporkan di Beijing, otoritas Cina kemarin membatalkan setidaknya 1.255 penerbangan, atau hampir 70 persen layanan penerbangan dari bandara utama Ibu Kota. Langkah ini menambah pembatasan yang sebelumnya dilakukan pada hampir 30 kompleks perumahan.
“Situasinya serius dan orang-orang tidak ingin keluar,” kata Bai Xue, karyawan sebuah restoran di Beijing. Ia sedang memasang pemberitahuan online yang menyatakan makanan tersebut tidak bersumber dari Xinfadi—pasar grosir yang dikaitkan dengan kasus baru Covid-19.
Dengan hampir 140 kasus yang kini dilaporkan di Beijing, pihak berwenang di kota itu menutup sekolah sekali lagi dan mendesak warga tidak bepergian. Pihak berwenang Beijing meningkatkan level kewaspadaan ke tingkat dua sebagai tanggap darurat virus corona.
Beijing menetapkan 27 lingkungan perumahan sebagai area yang berisiko terinfeksi virus corona. Setiap orang yang memasuki lingkungan perumahan tersebut harus melewati pemeriksaan suhu tubuh dan melakukan registrasi. Sementara itu, satu perumahan yang berada di dekat pasar grosir ditetapkan sebagai episentrum virus corona dengan risiko tinggi.
Jalan raya di Beijing masih ramai oleh kendaraan yang melintas. Selain itu, perkantoran dan pabrik masih beroperasi setelah tutup selama lebih-kurang dua bulan karena lockdown. Namun Beijing membatasi pergerakan orang yang masuk dan keluar.
Media pemerintah melaporkan perusahaan kereta api mengembalikan dana secara penuh untuk semua tiket yang telah dipesan. Semua perjalanan taksi dan beberapa bus antarprovinsi juga telah dibatalkan. Beberapa warga Beijing khawatir pemerintah akan kembali memberlakukan lockdown, sehingga mereka tidak bisa bekerja.
“Hal yang saya khawatirkan adalah apakah akan ada respons tingkat satu seperti sebelumnya, sehingga orang tidak mungkin bekerja,” ujar seorang pekerja yang hanya memberikan nama keluarganya, Wang.
Provinsi Hebei, Liaoning, Sichuan, dan Zhejiang telah melaporkan kasus baru infeksi corona yang terkait dengan pasar grosir di Xinfadi. Menurut laporan media setempat, virus itu ditemukan di papan pemotong salmon impor di pasar grosir tersebut. Hal ini mendorong semua pasar swalayan di Beijing menarik kembali semua produk ikan dari toko mereka.
Sementara Cina berjuang mengatasi gelombang kedua infeksi setelah nyaris berhasil mengendalikannya, negara-negara lain seperti India baru merasakan kekuatan pandemi.
Negara di Asia Selatan yang berpenduduk 1,3 miliar orang itu melaporkan 2.000 kematian dalam sehari, sehingga total korban meninggal hampir mencapai 12 ribu orang. Negara itu juga kini memiliki jumlah kasus Covid-19 tertinggi keempat di dunia.
Rumah sakit di ibu kota keuangan India, Mumbai, menampung banyak pasien Covid-19. Sementara itu, otoritas di Delhi mengambil alih hotel dan ruang pertemuan untuk menampung pasien. Gedung Radha Saomi Spiritual Centre di Delhi Selatan dialihfungsikan sebagai fasilitas Covid-19 dengan kapasitas 10 ribu tempat tidur, menjadikannya fasilitas perawatan pasien Covid-19 terbesar di dunia.
Lonjakan jumlah kasus juga terjadi di Iran dan Arab Saudi. Adapun Amerika Latin masih menjadi episentrum Covid-19. Brasil, negara yang paling terpukul setelah Amerika Serikat, melaporkan lompatan jumlah kasus harian tertinggi setelah jumlah kasus yang terkonfirmasi bertambah 34.918 dalam 24 jam terakhir. Sementara itu, jumlah kematian di Peru melonjak melewati 7.000 orang.
FRANCE24 | REUTERS | CNN | SITA PLANASARI AQUADINI
Cina Membatasi Penerbangan Domestik ke Beijing untuk Cegah Corona
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo