Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Cina Tolak Pencabutan RUU Ekstradisi Hong Kong

Tentara Cina yang ditempatkan di Hong Kong akan bertindak jika situasi di kota itu memburuk.

31 Agustus 2019 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

HONG KONG – Otoritas Cina menolak proposal Kepala Eksekutif Hong Kong, Carrie Lam, untuk mencabut legalisasi Rancangan Undang-Undang (RUU) Ekstradisi. Beijing juga menolak lima tuntutan para pendemo yang diajukan kepada Lam.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Laporan eksklusif Reuters, dengan mengutip tiga sumber yang mengetahui persis masalah ini, mengatakan bahwa Hong Kong telah menyerahkan proposal tersebut awal musim panas ini. "Mereka bilang ‘tidak’ pada kelima tuntutan. Situasinya jauh lebih rumit daripada yang disadari kebanyakan orang," ujar sumber tersebut kepada Reuters, kemarin.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Hong Kong dilanda unjuk rasa menentang legalisasi RUU Ekstradisi sejak awal Juni lalu. Aturan ini memungkinkan tersangka kriminal di bekas koloni Inggris itu diekstradisi ke Cina untuk diadili. Isu RUU Ekstradisi kemudian meluas pada soal reformasi politik dan demokratisasi. Selain pencabutan RUU Ekstradisi, para pendemo meminta menghentikan deskripsi aksi protes mereka sebagai kerusuhan, mengabaikan tuduhan terhadap aktivis yang ditangkap, penyelidikan independen terhadap polisi saat mengamankan pendemo, dan dimulainya kembali reformasi politik.

Lam, dalam beberapa kesempatan, mengatakan RUU tersebut sudah "mati", tapi kepastian pencabutan tidak disebutkan. Awal musim panas ini, Lam mengajukan laporan ke Beijing yang memuat lima tuntutan utama para pemrotes. Dalam laporan itu, menurut dia, mencabut RUU Ekstradisi diharapkan dapat membantu meredakan krisis politik Hong Kong.

Namun, otoritas Cina memerintahkan Hong Kong agar tidak menuruti tuntutan para pemrotes. Seorang pejabat senior Cina mengatakan pemerintah Hong Kong telah menyerahkan laporan itu kepada Kelompok Koordinasi Pusat untuk Urusan Hong Kong dan Makau (Central Coordination Group for Hong Kong and Macau Affairs). Kelompok tingkat tinggi ini dipimpin anggota Komite Tetap Politbiro, Han Zheng.

Pejabat itu mengkonfirmasi bahwa Beijing menolak menyerah pada tuntutan para pemrotes. Cina menginginkan pemerintahan Lam mengambil lebih banyak langkah inisiatif.

Menanggapi hal itu, kantor Lam mengatakan pemerintahnya telah melakukan upaya mengatasi para pengunjuk rasa.

Pertanyaan-pertanyaan tertulis telah diajukan kepada Kementerian Luar Negeri Cina dirujuk ke Hong Kong dan Macau Affairs Office (HKMAO), biro tingkat tinggi di bawah Dewan Negara Cina. Namun HKMAO tidak menanggapi permintaan komentar melalui faksimile.

Kedua sumber Hong Kong menyatakan laporan itu disampaikan pada antara 16 Juni dan 7 Agustus, saat HKMAO dan kantor perwakilan Cina di Hong Kong mengadakan forum di dekat Shenzhen. Pertemuan itu dihadiri oleh hampir 500 tokoh dan pengusaha dari Hong Kong.

Ip Kwok-him, politikus senior pro-Beijing yang duduk di Dewan Eksekutif elite Hong Kong, yang juga memberi nasihat kepada para pejabat senior, termasuk Lam, mengatakan bahwa "Jika pemerintah pusat tidak mengizinkan sesuatu, Anda tidak bisa melakukannya."

Seorang pengusaha yang hadir dalam pertemuan di Shenzhen dan telah bertemu dengan Lam baru-baru ini mengatakan bahwa, "Her hands are tied". Pengusaha, yang berbicara dengan syarat anonim karena masalah ini dianggap sensitif, menilai bahwa Lam tidak dapat bertindak dengan bebas karena adanya aturan hukum dan Beijing tidak akan membiarkannya menarik RUU.

Pada pertemuan di Shenzhen, Kepala HKMAO Zhang Xiaoming, dalam sambutannya di televisi mengatakan bahwa jika kekacauan terus berlanjut, pemerintah pusat harus turut campur tangan. Dalam dua pekan terakhir, Cina melakukan serangkaian latihan di perbatasan. Militer Cina merotasi pasukan garnisun Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) di Hong Kong, dua hari lalu. Rotasi tersebut dilakukan beberapa hari sebelum para pemrotes akan kembali menggelar unjuk rasa pada Sabtu besok.

Surat kabar China Daily, dalam editorialnya, mengatakan tentara Cina yang ditempatkan di Hong Kong akan bertindak jika situasi di kota itu memburuk. Mereka di sana tidak hanya untuk tujuan simbolis.

REUTERS | CHANNEL NEWS ASIA | SUKMA LOPPIES

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus