Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Pandemi di India Semakin Tak Terkendali

India menjadi negara kedua di dunia yang menembus 5 juta kasus Covid-19.

17 September 2020 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • India menjadi negara kedua di dunia yang menembus lima juta kasus Covid-19

  • Maharashtra menjadi wilayah yang paling parah, dengan lebih dari 1 juta kasus.

  • Jumlah kasus di India diprediksi akan melewati AS pada akhir bulan ini

NEW DELHI — India kemarin mencatat lebih dari 5 juta kasus Covid-19. Lonjakan kasus ini menguji sistem perawatan kesehatan yang lemah di puluhan ribu kota dan desa miskin. Negara di Asia Selatan ini menjadi negara kedua di dunia setelah Amerika Serikat yang menembus 5 juta kasus corona.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kementerian Kesehatan India melaporkan sebanyak 90.123 kasus baru tercatat dalam 24 jam terakhir. Hal ini menyebabkan secara total infeksi corona di negara itu menjadi 5.020.359 orang atau sekitar 0,35 persen dari hampir 1,4 miliar populasi penduduknya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Negara Bagian Maharashtra menjadi wilayah yang paling parah terkena dampak dengan lebih dari 1 juta kasus. Negara Bagian Andhra Pradesh, Tamil Nadu, Karnataka, dan Uttar Pradesh menyusul di belakangnya. Sejumlah negara bagian ini menyumbang lebih dari 60 persen kasus virus SARS-CoV-2 di negara itu.

Tingginya angka harian Covid-19 di India membuat negara ini menambahkan 1 juta kasus dalam waktu kurang dari dua pekan. Bahkan, sejumlah pihak memprediksi India akan melewati Amerika—dengan 6,6 juta kasus corona—sebagai negara dengan jumlah Covid-19 terbanyak di dunia pada akhir bulan ini.

“Peningkatan jumlah kasus di India tidak dapat dihindari. Namun, pemerintah masih memiliki kesempatan membatasi kasus melalui tes dan isolasi,” kata Dr Gagandeep Kang, pakar penyakit menular dari Christian Medical College di Negara Bagian Vellore, India selatan.

Secara nasional, India menguji lebih dari satu juta sampel per hari, melebihi tolok ukur Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), yaitu 140 tes per satu juta orang. Namun, banyak di antaranya adalah tes antigen, yang hasilnya lebih cepat tapi kurang akurat dibanding RT-PCR, standar emas untuk pemeriksaan virus corona.

Universitas Oxford melaporkan tingkat positif tes India adalah 8,3 persen pada 13 September lalu. Adapun batas aman yang ditentukan WHO adalah 5 persen.

Meski jumlah kasus Covid-19 India terus meroket, Universitas Johns Hopkins menunjukkan tingkat kematian pasien di negara ini sebesar 1,6 persen. Angka ini lebih rendah dibandingkan dengan Amerika dan Brasil yang mencapai 3 persen.

Namun, para ahli memperingatkan tingkat kematian India dapat meningkat dalam beberapa pekan mendatang karena dilonggarkan lockdown sejumlah wilayah, kecuali di daerah berisiko tinggi. Kementerian Kesehatan mengatakan sejauh ini sebanyak 155 petugas kesehatan, termasuk 46 dokter, telah meninggal karena Covid-19.

Pandemi Covid-19 yang tak terkendali di India memicu sejumlah persoalan, salah satunya keterbatasan oksigen medis. Ravindra Khade Patil, seorang dokter yang mengelola dua rumah sakit swasta di pinggiran Mumbai, berbicara tentang tekanan yang dia hadapi untuk memastikan pasokan oksigen bagi pasiennya.

Dua hari lalu, pemasok oksigen ke rumah sakitnya tidak muncul pada waktu biasanya. Dr Patil dengan panik menelepon pemasok oksigen, rumah sakit terdekat, hingga politikus yang ia kenal. Sebab, jika oksigen tidak tiba tepat waktu, akan terlambat bagi beberapa pasiennya yang paling kritis untuk mendapatkan pertolongan.

Akhirnya, lewat tengah malam, berkat tekanan dari seorang pejabat pemerintah, tabung oksigen tiba.

"Jika mereka datang terlambat hanya beberapa jam, kami bisa kehilangan nyawa lima atau enam pasien. Setiap hari kami merasa khawatir apakah dapat memenuhi kebutuhan. Apakah oksigen akan tiba atau tidak."

Rishikhesh Patil, pemasok oksigen di Kota Nashik mengakui kelangkaan ini. "Pasien yang putus asa telah menelepon saya sepanjang malam, tapi saya tidak tahu kapan saya akan mendapatkan persediaan," ujar dia.

Di Lucknow, ibu kota Negara Bagian Uttar Pradesh, secara total kebutuhan tabung oksigen mencapai 5.000 silinder. Seorang pejabat pemerintah mengatakan jumlah ini jauh lebih banyak dibanding 1.000 silinder pada waktu normal.

Namun, Menteri Kesehatan Rajesh Bhushan mengatakan pada Selasa lalu bahwa hanya sekitar 6 persen pasien Covid-19 di India yang menggunakan oksigen. Dari jumlah itu, sebanyak 0,31 persen pasien menggunakan ventilator, 2,17 persen pasien berada di unit perawatan intensif dengan oksigen, dan 3,69 persen di tempat tidur dengan oksigen.

REUTERS | ABC | ABC NEWS | SITA PLANASARI AQUADINI


Rusia Pasok 100 Juta Dosis Vaksin ke India

RUSIA sepakat memasok 100 juta dosis Sputnik-V, vaksin virus corona atau Covid-19, kepada perusahaan farmasi India, Dr Reddy's Laboratories. Kesepakatan itu muncul setelah Dana Investasi Langsung Rusia (RDIF), lembaga yang ditunjuk Moskow untuk investasi, mencapai kesepakatan dengan produsen obat India untuk memproduksi 300 juta dosis vaksin di India.

Vaksin Gam-COVID-Vac di perusahaan farmasi Binnopharm, Zelenograd, Moskow, Rusia, 7 Agustus lalu.

Dr Reddy's, salah satu perusahaan farmasi top India, akan melakukan uji klinis tahap ketiga vaksin di India. "Uji klinis itu menunggu persetujuan regulasi," ujar RDIF dalam pernyataannya, kemarin. Pengiriman vaksin ke India dimulai pada akhir 2020. RDIF mengatakan penyelesaian uji klinis tahap ketiga dan pendaftaran vaksin tunduk pada aturan otoritas India.

 

Rusia merupakan negara pertama yang melisensikan vaksin virus corona baru sebelum uji klinis tahap ketiga, yang merupakan tahapan uji dalam skala besar, selesai. Rusia mengklaim Sputnik-V sebagai vaksin pertama melawan virus corona yang terdaftar di dunia. Uji klinis tahap ketiga, yang melibatkan sedikitnya 40 ribu orang, dilakukan di Rusia pada 26 Agustus lalu, tapi belum selesai. Hal ini memicu kekhawatiran di antara para ilmuwan dan dokter tentang keamanan dan kemanjuran vaksin.

 

GV Prasad, Wakil Ketua Dr Reddy’s, yang dikutip dalam pernyataan RDIF, mengatakan hasil uji klinis tahap pertama dan kedua telah menunjukkan hasil yang menjanjikan. “Vaksin Sputnik-V dapat memberikan opsi yang kredibel dalam perang kami melawan Covid-19 di India,” katanya.

 

Belum ada rincian soal harga vaksin itu. Namun RDIF sebelumnya mengatakan tidak bertujuan mencari untung, dan hanya menutupi biaya produksi. Kesepakatan tersebut muncul ketika kasus virus corona di India melonjak melewati 5 juta kemarin. Situasi ini menambah tekanan pada rumah sakit yang bergulat dengan pasokan oksigen untuk merawat puluhan ribu pasien kritis.

 

India menjadi negara kedua di dunia dengan jumlah pasien terbanyak yang terinfeksi virus SARS-CoV-2. India sedang mempertimbangkan pemberian otorisasi darurat untuk vaksin, terutama untuk orang tua dan orang-orang di tempat kerja yang berisiko tinggi.

REUTERS | MALAYMAIL | SUKMA LOPPIES

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus