Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Upaya membuka kembali negara bagian terpadat di Brasil, Sao Paulo, yang menjadi episentrum Covid-19, berbuah buruk.
Pada hari kedua pemerintah mengizinkan toko-toko dan mal-mal dibuka kembali sejak ditutup pada Maret lalu, angka kematian Covid-19 dilaporkan naik.
Bahkan data pada Rabu waktu setempat menunjukkan, dalam 24 jam terakhir, ada 340 kematian baru di wilayah itu.
SAO PAULO — Upaya membuka kembali negara bagian terpadat di Brasil, Sao Paulo, yang menjadi episentrum Covid-19, berbuah buruk. Pada hari kedua pemerintah mengizinkan toko-toko dan mal-mal dibuka kembali sejak ditutup pada Maret lalu, angka kematian akibat Covid-19 dilaporkan naik. Bahkan data Rabu waktu setempat menunjukkan, dalam 24 jam terakhir, ada 340 kematian baru di wilayah itu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dari data Worldometers, keseluruhan kematian di Brasil berjumlah 39.797 orang, sementara total kematian di Sao Paulo sebanyak 9.862. "Seperempat dari total kematian negara ini," demikian pernyataan kantor Gubernur Sao Paulo, seperti dikutip Reuters kemarin.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Gugus Tugas Covid-19 Sao Paulo bahkan memproyeksikan pada akhir bulan ini akan ada 20 ribu kematian akibat virus mematikan tersebut. "Proyeksi ini dengan tingkat isolasi rata-rata 50 persen," ujar Koordinator Gugus Tugas, Carlos Carvalho.
Kendati angka kematian terus melonjak, hal ini tidak mengurangi antusiasme warga untuk berbelanja menjelang perayaan Hari Valentine versi Brasil, yang jatuh pada hari ini. Mereka berbondong-bondong pergi ke distrik perbelanjaan, 25 de Marco, sebagian tanpa menggunakan masker maupun menjaga jarak.
Wali Kota Sao Paulo, Bruno Covas, mengizinkan dimulainya kembali perdagangan antara pukul 11.00 dan 15.00. Namun Covas mensyaratkan toko mengharuskan pelanggan menggunakan masker dan membatasi jumlah pembeli. Beberapa toko memeriksa suhu tubuh pelanggan di pintu masuk.
Casa Santa Theresinha, sebuah toko perabot rumah tangga, menyediakan pembersih tangan sebelum pembeli masuk dan memastikan mereka memakai masker. "Kami hanya mengizinkan maksimal lima pelanggan pada satu waktu," tutur Flavio Almeida, manajer toko.
"Sebelum pandemi, pelanggan datang dan melihat-lihat, menghabiskan waktu di toko. Sekarang mereka masuk, mendapatkan apa yang mereka cari, dan langsung membayar untuk pergi secepat mungkin. Kami semua takut, tapi kami tetap harus bekerja."
Kota Sao Paulo telah mengalami sedikit penurunan untuk tingkat hunian tempat tidur di unit perawatan intensif, menjadi sekitar 70 persen. Namun banyak spesialis kesehatan menyarankan agar mal atau toko tidak dibuka kembali. Sebab, penularan masih terus meningkat di kota itu, meskipun pada tingkat yang lebih lambat.
Sao Paulo, kota terbesar di Brasil, tidak sendirian. Beberapa kota telah bereksperimen dengan langkah-langkah pelonggaran pembatasan sosial. Rio de Janeiro, misalnya, mulai membuka pusat belanja kemarin.
Keputusan untuk membuka kembali mal dan pertokoan didukung oleh Presiden Brasil Jair Bolsonaro. Para pejabat berkeras bahwa keputusan itu didasarkan pada peningkatan kondisi, seperti meningkatkan ketersediaan tempat perawatan intensif dan kurva infeksi yang merata di beberapa tempat. Namun para ahli khawatir, jika terburu-buru untuk kembali ke semacam normal baru di seluruh negeri, hanya akan memicu transmisi dan menunda pemulihan.
Brasil memiliki jumlah kasus Covid-19 tertinggi kedua di dunia dengan 772.416 kasus dan diperkirakan akan melampaui Inggris dalam beberapa hari mendatang sebagai negara dengan jumlah kematian tertinggi kedua setelah Amerika Serikat.
Pekan ini, Organisasi Kesehatan Pan Amerika memperingatkan bahwa virus itu masih menyebar agresif di Brasil, Peru, dan Cile. Bahkan Benua Amerika sekarang memiliki hampir setengah dari semua kasus Covid-19 dengan lebih dari 3,3 juta orang terinfeksi.
Para ahli mengatakan hal ini jauh dari kondisi ideal untuk pelonggaran pembatasan di Sao Paulo dan tempat lain di Brasil. "Mereka harus menunggu setidaknya satu minggu lagi untuk melihat apakah ada penurunan kasus yang konsisten. Jika semua orang terus menggunakan bus dan metro yang ramai, hal itu tidak akan berhasil," kata Paulo Lotufo, seorang ahli epidemiologi di Universitas Sao Paulo.
REUTERS | FRANCE24 | VOA | CNN | SITA PLANASARI AQUADINI
Angka Kematian di Sao Paulo Melonjak
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo