PENGADILAN kilat di Teheram seperti biasa, menjatuhkan lagi
hukuman mati. Tapi terakhir ini terhadap 5 orang bekas perwira
militer agak luar biasa. Kelimanya dituduh berkomplot untuk
menggulingkan rezim Ayatullah Khomeini. Keesokan harinya, mereka
langsung dieksekusi di halaman penjara Evin.
Berita tentang komplot itu masih misterius, berasal dari harian
Bambad (13 Juli). Disebutnya bahwa komplot itu merencanakan
pembunuhan terhadap 70 tokoh revolusioner Iran, dan pemboman
atas kota suci Qom, tempat tinggal Khomeini.
Semula berita semacam itu dianggap sekedar bertujuan membikin
orang kaget saja, terlepas dari soal apakah komplot itu ada atau
tidak. Ternyata kemudian Dewan Revolusi bertindak serius, antara
lain diperintahkannya pada suatu abu supaya ditutup semua
perbatasan Iran dan lapangan terbang.
Pengawal Islam
Penutupan itu pekan lalu berlangsung selama 48 jam saja.
Sementara itu pers Iran memberitakan bahwa ada aksi menumpas
gerakan kudeta itu hingga 10 orang tewas dan ratusan lainnya
ditangkap. Dan Mahkamah Militer Revolusioner Islam segera
membeberkan pula pengakuan dua orang jenderal yang terlibat
dalam komplotan tersebut. Keduanya adalah Said Mehdiyun, bekas
Kepala Staf Angkatan Udara, dan Ahmad Mohaqeqi, bekas komandan
kepolisian. Mohaqeqi terdapat di antara mereka yang sudah
dihukum mati.
Tujuan gerakan mereka itu adalah untuk mengembalikan kekuasaan
bekas Perdana Menteri Shahpur Bakhtiar, menurut Mohammadi
Reyshahri, Ketua Mahkamah Militer Revolusioner Islam yang
dikutip Bambud. "Mereka juga mengaku punya hubungan langsung
dengan Shahpur Bakhtiar," ujar Reyshahri. Markas besar gerakan
bawah tanah itu konon berada di Pangkalan Angkatan Udara Hor di
Hamadan. Di situ sudah terkumpul 15 pesawat tempur jet Phantom.
Pemerintah Iran menuduh bahwa dalam gerakan ini terlibat AS,
Israel dan Irak yang dianggapnya juga berusaha untuk
mengembalikan kekuasaan Shahpur Bakhtiar, perdana menteri
terakhir pada masa Syah Iran berkuasa. Ia sekarang hidup dalam
pengasingan di Paris.
Mungkin karena ada kaitannya dengan rencana kudeta itu, suatu
usaha pembunuhan terhadap diri Shahpur Bakhtiar terjadi. Ia
berhasil lolos dari serangan kelompok bersenjata yang masuk ke
apartemennya pekan lalu. Menurut polisi Paris, orang-orang
bersenjata yang masuk ke rumah Bakhtiar itu berlagak sebagai
wartawan, bahkan membawa kamera.
Radio Teheran melaporkan bahwa suatu kelompok yang menamakan
dirinya Pengawal Islam telah mengaku bertanggungjawab atas usaha
pembunuhan itu. Mereka konon mengaku berusaha membunuh karena
Pengawal Islam sudah menjatuhkan hukuman mati terhadap Shahpur
Bakhtiar berhubung adanya kudeta yang gagal itu. Namun polisi
Paris menyebutkan bahwa dari tiga orang yang tertangkap tak satu
pun memegang paspor Iran. Seorang diketahui memegang paspor
Suriah sedang lainnya memiliki paspor Lebanon.
Yang jelas, dalam hari-hari terakhir ini serangan para lawan
politik Khomeini yang berada di pengasingan semakin keras.
Bahkan mereka juga mulai menggunakan siaran radio gelap untuk
menghantam berbagai kebijaksanaan Khomeini. Menurut laporan
wartawan Financial Times (London) yang baru kembali dari Iran,
siaran radio itu yang dipancarkan dari negara tetangga Iran
semakin meluas pendengarnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini