Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
DI mata penguasa komunis, ia tak lebih dari gangguan yang sukar dikesampingkan. Tapi tiba-tiba saja ia menjadi orang yang diizinkan tampil dalam televisi nasional, dan bukan untuk sekadar jual tampang. Lech Walesa, pemimpin serikat buruh terlarang Solidaritas yang mengambil sikap oposisi terhadap pemerintah, tampil dalam acara yang bisa mempengaruhi rakyat debat dengan seorang tokoh Partai Komunis Polandia. Dan ini, kata Walesa sendiri, merupakan peristiwa penting dalam 40 tahun sejarah Polandia: kebebasan berbicara. Debat itu berlangsung pekan silam. Lawan tokoh gerakan buruh itu tak lain dari Alfred Miodowicz, ketua serikat buruh resmi Partai Komunis. Miodowicz bukan orang asing bagi Walesa. Dia salah seorang yang ikut terlibat dalam membentuk Solidaritas, tapi kemudian menyeberang ke pemerintah. Karena tak ada sensor untuk "tontonan" yang jarang ini, yang konon disaksikan oleh tak kurang dari 20 juta orang, atau sekitar 70% dari seluruh penduduk, debat berjalan seru. Tak sulit ditebak bila rakyat berpihak kepada pendiri Solidaritas. Pendiri serikat buruh bebas itu mengkritik pembaruan ekonomi dan politik. Walesa memuji niat baik pemerintahnya itu, tapi katanya, "cara yang digunakan untuk menyelamatkan keadaan masih berbau cara Stalinis." Dan tentu, yang diperjuangkan dalam aksi-aksi pemogokan belakangan ini kembali bergema: Ia menuntut agar Solidaritas diakui sebagai organisasi legal. Sementara itu, Miodowich mengatakan, jalan satu-satunya untuk memajukan ekonomi dan politik Polandia adalah menyerahkan segalanya kepada pimpinan Partai untuk menjalankan "reformasi dan demokratisasi". Yang menarik, para pejabat resmi mengakui Walesa menang mutlak. Mereka yang suka menilai memberi angka delapan untuk Walesa dan dua untuk pemerintah. Walesa memang menang. Sesudah debat ia banyak menerima telegram dan surat. Salah satu ucapan selamat itu antara lain berbunyi "Terima kasih, Anda telah mengisi hati kami dengan harapan baru." Selain surat dan telegram, karangan bunga tak henti-hentinya muncul di kantornya. Mungkin materi debat itu penting, mungkin tidak. Yang jelas, peristiwa ini menimbulkan tanda tanya, apa sebenarnya yang sedang terjadi di tubuh pemerintahan komunis Polandia. Mungkinkah ini taktik pemerintah guna mematahkan Walesa dan Solidaritasnya? Para penguasa, konon, berharap agar dalam perdebatan yang berlangsung hampir 45 menit itu alesa membuat kesalahan, yang membuat pamornya di mata masyarakat menurun. Walesa sendiri, dalam wawancara dengan majalah Prancis Le Monde, pun bertanya-tanya, mengapa acara debat diadakan. Betapapun tak pahamnya dia, ia berterima kasih kepada siapa pun orangnya yang telah berani mengambil risiko yang demikian tinggi. Tampaknya Polandia, sebagaimana beberapa negeri komunis -- Soviet, Yugoslavia antara lain -- memang berubah. Walesa tak cuma boleh berdebat, ia pun mendapat izin ke Paris untuk menghadiri konperensi mengenai hak-hak asasi manusia. Pertemuan kali ini akan menjadi peristiwa bersejarah lantaran selain Walesa, juga pembangkang Soviet terkenal, Andrei Sakharov, juga akan hadir. Ada spekulasi bahwa kedua pembangkang dari Uni Soviet dan dari Polandia itu telah digunakan oleh Mikhail Gorbachev dan PM Mieczyslaw Rakowski dari Polandia sebagai penyambung lidah, agar mereka mengatakan hal-hal yang positif atas reformasi politik dan ekonomi yang dilakukan oleh kedua negara komunis itu. A. Dahana (Jakarta) & Sapta Adiguna (Paris)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo