Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
GENCATAN senjata di Chad ternyata rapuh. Ketika barisan tank Libya menyerang sebuah pos pemerintah di Desa Mao, 150 km di utara ibu kota N'Djamena, pekan silam, tentara Prancis kontan mengirimkan bala bantuan. Tinggal iandas dari pangkalan terdekat di Gabon, negara tetangga Chad, beberapa jet tempur Jaguar Prancis melesat cepat ke daerah rawan itu. Beberapa tank Libya dihancurkan, tapi sebuah Jaguar dapat dirontokkan rudal darat-udara SAM-7 milik Libya, yang secara jitu ditembakkan tentara Qaddafi dari posisi yang terancam. Tak dapat tidak harga diri Prancis tersengat. Apalagi penerbang Jaguar itu dikabarkan tewas. Tapi, bagi pemberontak Goukouni Oueddei, peristiwa itu dengan cepat dimanfaatkan untuk mengipas semangat tentaranya. Lewat corong Radio Barda, yang dikutip kantor berita Libya, JANA, komentator pemberontak berdendang: "Pemerintah resmi Gunt di bawah pimpinan Oueddei menembak jatuh dua pesawat Jaguar dekat garis gencatan senjata ...." Mengapa disebut dua? Cuma Queddei yang tahu jawabnya. Sebuah komentar resmi dari sumber Departemen Luar Negeri Prancis mengakui bahwa situasi Chad menggawat, dan Libya dinyatakan bertanggung jawab. Soal tertembaknya Jaguar tidak nyata-nyata mereka ungkapkan. Yang pasti, sesudah musibah itu, pasukan Prancis langsung melancarkan serangan balasan. Sasarannya adalah tentara pemberontak yang didukung penuh oleh Libya. Sementara kantor berita Chad mendesak agar Prancis menyerang pemberontak habis-habisan, pemerintah yang sah di N'Djamena justru mengeluarkan pernyataan hati-hati. Benar, rezim Hissene Habre mengutuk agresor Llbya karena kekurangajarannya, tapi tidak sampai menganjurkan serangan balasan. Sejak penempatan 3.000 tentara Prancis di Libya, tiga bulan silam, Presiden Habre memang pernah mendesak pelindungnya itu untuk menghantam musuh habis-habisan. Tapi Prancis menolak. Alasannya, penempatan tiga batalyon itu sekadar alat untuk mencegah Libya dan pemberontak bertindak terlalu jauh. Tapi, sesudah penembakan Jaguar, agaknya misi tentara Prancis akan ditinjau kembali. Apalagi menteri pertahanan Prancis, Charles Hernu, ketika berkunjung ke N'Djamena, awal Januari, sudah menunjukkan sikap lain. "Jika seorang tentara Prancis ditembak, kami segera balas menembak," katanya. Berhadapan dengan anak buah Qaddafi, yang rupanya semakin mahir menembakkan rudal, sekarang Prancls mulal waspada. Tentara diperintahkan siaga penuh. Daerah patroli diluaskannya sejauh 100 km, yang berarti posisi tentara Prancis tinggal 200 km dari pangkalan utama pemberontak di kota Oasis Faya-Largeau yang kabarnya dilengkapi sistem persenjataan laser. Tidak cuma wilayah patroli yang diluaskan Prancis. Kekuatan di udara juga ditingkatkan. Kini, di Chad ada dua lusin pesawat tempur Prancis. Situasi rawan di Chad ternyata cukup merisaukan negara-negara Afrika. Organisasi Persatuan Afrika (OAU), awal Januari lalu, mencoba memprakarsai perundingan antara pemerintah Chad yang sah dan pihak Goukouni Oueddei. Tapi pada saat-saat terakhir Presiden Hissene Habre menolak hadir hanya karena musuhnya, Oueddei, disambut secara amat terhormat di Addis Abeba, tempat perundingan berlangsung. Sebagai gantinya, Habre mengirim Menteri Dalam Negeri Taher Guinassou. Adapun prakarsa OAU itu bertolak dari upaya mendamaikan pihak-pihak bermusuhan - kabarnya ada 11 kelompok yang sudah cakar-cakaran sepanjang 18 tahun perang saudara Chad. Habre sendiri pada mulanya menjadi menteri pertahanan ketika Oueddei terpilih sebagai presiden. Tatkala Oueddei makin jauh terseret dalam kerja sama yang tidak menguntungkan dengan Libya, Habre, yang dikabarkan memperoleh dukungan AS, lantas melancarkan kudeta tahun 1982. Tapi Oueddei sempat menyelamatkan diri, dan sampai kini sepenuhnya berada di bawah perlindungan Libya. Bagi Prancis, keterlibatan militernya di Chadbukan tanpa risiko. Presiden Francois Mitterand, yang semula ragu-ragu, akhirnya memutuskan membantu Habre, bukan saja lantaran adanya ikatan historis antara kedua negara (Prancis berkuasa di Chad antara 1900-1965), tapi terutama karena Oueddei antek Libya. Apalagi Libya belakangan semakin tampak menyolok karena ambisi-ambisi teritorialnya ke daerah selatan Sahara. Chad, yang terletak di jantung Afrika, bagi Qaddafi merupakan wilayah strategis untuk "dikuasai", baik untuk melancarkan operasi militer maupun manuver-manuver politiknya. PENEMBAKAN Jaguar disebut Qaddafi sebagai bukti adanya "campur-tangan asing" di Chad. Dari Moskow, kantor berita Uni Soviet, Tass, ikut membumbui komentar itu. Dilaporkan Tass bahwa situasi buruk di Chad tak lain karena campur tangan tentara imperialis yang mau mengubah negeri itu menjadi semacam kamp bersenjata untuk mempertahankan arus bahan mentah dari Afrika. Tidak lupa Tass mendukung pernyataan Libya yang mengaku tidak terliat dalam kerusuhan di Chad. Sementara itu, dari Paris, anggota parlemen Claude Estier menyatakan bahwa insiden Jaguar telah memberi peringatan pada semua pihak agar konflik Chad diatasi melalui penyelesaian politik. Itulah sesunguhnya yang diusahakan OAU di Addis Abeba. Hanya saja, pertemuan itu tidak mencatat hasil nyata.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo