Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Internasional

Denmark Bantah Tuduhan Putin soal Kepemilikan Rudal Jarak Menengah

Kementerian Pertahanan Denmark pada akhir pekan menolak tuduhan Presiden Rusia Vladimir Putin tentang kepemilikan rudal jarak menengah.

1 Juli 2024 | 07.00 WIB

Rudal Zolfaghar diperkenalkan pada tahun 2016 sebagai rudal operasional (taktis) berbahan bakar padat, jarak pendek hingga menengah, yang kemudian ternyata meskipun dirancang pada level operasional, namun memiliki efek strategis. Foto : @RYBAR
Perbesar
Rudal Zolfaghar diperkenalkan pada tahun 2016 sebagai rudal operasional (taktis) berbahan bakar padat, jarak pendek hingga menengah, yang kemudian ternyata meskipun dirancang pada level operasional, namun memiliki efek strategis. Foto : @RYBAR

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Pertahanan Denmark pada akhir pekan menolak tuduhan Presiden Rusia Vladimir Putin tentang kepemilikan rudal jarak menengah. Ini setelah Rusia mengancam akan melanjutkan produksi rudal jarak menengah yang sebelumnya dilarang, menurut laporan media setempat.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Menurut Presiden Putin, dugaan rudal jarak menengah di Denmark akan digunakan untuk latihan militer.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"NATO adalah aliansi pertahanan. Pencegahan dan pertahanan merupakan salah satu tugas utama NATO, yang diperlukan mengingat Rusia yang agresif," demikian menurut keterangan Kementerian Pertahanan Denmark.

"Latihan merupakan bagian penting dari upaya pencegahan yang sedang berlangsung. Tidak ada rudal jarak menengah yang dikerahkan di Denmark," tulis kementerian tersebut kepada kantor berita Denmark, Ritzau.

Perjanjian tentang Kekuatan Nuklir Jarak Menengah (INF) yang melarang penggunaan rudal nuklir dan konvensional berbasis darat dengan jangkauan antara 500-5.500 kilometer ditandatangani oleh pemimpin Uni Soviet Mikhail Gorbachev dan Presiden Amerika Serikat Ronald Reagan pada 1988.

Namun, Amerika Serikat menarik diri dari perjanjian pengendalian senjata pada 2019, dengan alasan Rusia melakukan pelanggaran.

Sebelumnya pada Sabtu, Putin mengklaim bahwa Rusia tidak memproduksi rudal semacam itu sejak perjanjian ditandatangani.

"Hari ini, diketahui bahwa AS tidak hanya memproduksi tiga sistem rudal, tetapi sudah menjualnya ke Eropa untuk latihan, ke Denmark. Baru-baru ini, diumumkan bahwa sistem rudal tersebut berada di Filipina," kata Putin dalam pertemuan dengan Dewan Keamanan Nasional Rusia.

Presiden Rusia itu mengancam akan memulai produksi sistem tersebut dan bahwa "berdasarkan situasi aktual," Moskow akan membuat keputusan tentang lokasi, "jika perlu untuk memastikan keselamatan kami," untuk menempatkan sistem tersebut.

ANADOLU

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus