Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Virus polio telah terdeteksi dalam sampel limbah yang menggunung di Gaza. Pengumuman ini muncul setelah kelompok aktivis Eropa merilis laporan yang mengatakan Jalur Gaza tenggelam dalam ratusan ribu ton limbah manusia dan puing-puing dari perang Israel-Hamas.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kementerian Gaza mengatakan ribuan orang di kota-kota tenda yang penuh sesak milik pengungsi perang kini berisiko tertular penyakit yang sangat menular, yang dapat menyebabkan kelainan bentuk dan kelumpuhan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Badan kesehatan PBB memulai kampanye global pada tahun 1980 untuk memberantas polio, yang paling sering menyebar melalui limbah dan air yang terkontaminasi. Virus ini telah bangkit kembali dalam beberapa tahun terakhir di Afghanistan dan Pakistan.
Kementerian Kesehatan mengatakan tes yang dilakukan dengan badan anak-anak PBB, UNICEF, menunjukkan adanya virus polio di wilayah Gaza. Sejak 7 Oktober 2024, Israel melakukan serangan besar-besaran ke Gaza.
Kementerian kesehatan Israel mengatakan virus polio tipe 2 telah ditemukan dalam sampel limbah Gaza yang diuji di laboratorium Israel. Limbah kini mengalir di antara tenda-tenda yang digunakan oleh puluhan ribu orang yang mengungsi di Gaza. Keberadaan virus polio menandai bencana kesehatan baru, kata kementerian tersebut.
Di tengah meningkatnya suhu musim panas, Umm Nahed Abu Shar kini mengalami mimpi buruk kesehatan di tenda keluarganya di Deir el-Balah, Gaza bagian tengah. Pemerintah kota mengatakan minggu ini bahwa stasiun pengolahan air limbah telah dimatikan karena kekurangan bahan bakar.
“Panas, penyakit, lalat, nyamuk dan desisannya, semuanya menyakiti kami,” kata ibu berusia 45 tahun itu.
“Kami tidak bisa tidur di malam hari karena bau limbah. Anak-anak saya tidak bisa tidur karena mereka selalu sakit akibat sesuatu yang disebarkan oleh limbah.”
Di samping kelaparan yang menurut badan PBB telah mencengkeram Gaza sejak perang meletus pada 7 Oktober, para dokter mengatakan kudis, cacar air, ruam kulit, dan kutu menyebar dengan cepat.
Badan PBB telah berulang kali memperingatkan risiko kolera dan penyakit lain yang lebih serius menjadi epidemi.
Umm Yussef Abu al-Qumsan, 60 tahun, juga terpaksa meninggalkan rumahnya dan pindah ke Deir el-Balah. Hidupnya menyedihkan di antara sampah dan serangga.
Hampir setiap hari ia menemani anak dan cucunya mengantre untuk mendapatkan pertolongan perawat terkait penyakit atau gigitan nyamuk. "Kami membeli banyak perawatan. Namun, kami tidak tahu apakah aman untuk dimakan atau diminum. Apakah kami bisa duduk atau tidur," katanya.
Pemerintah kota Deir el-Balah minggu ini meramalkan bahwa jalan-jalan akan tergenang air limbah. Penyakit akan menyebar setelah mereka mematikan pompa air limbah dan stasiun pengolahannya.
Sebanyak 700.000 orang yang telah turun ke kota untuk mencari keselamatan dari pertempuran dan serangan udara berada dalam bahaya. Kebakaran telah membakar satu tempat pembuangan sampah di Al-Mawasi, sebuah kota tenda raksasa dekat Khan Yunis di selatan, selama seminggu terakhir, menurut Muhammad al-Kahlot yang berusia 35 tahun.
Layanan darurat yang perlengkapannya kurang memadai tidak mampu menghentikannya.
Al-Mawasi telah dibom beberapa kali. Kahlot mengatakan limbah tersebut merupakan ancaman tambahan.
“Kami tercekik karena bau busuk sampah, asap, dan panas,” katanya.
Pax, sebuah kelompok aktivis Belanda, mengatakan dalam sebuah studi baru bahwa pemboman oleh Israel selama beberapa bulan terakhir, telah menghancurkan sistem pengumpulan sampah Gaza yang sudah ketinggalan zaman. “Pihak berwenang setempat melaporkan bahwa Pasukan Pertahanan Israel mencegah akses ke tiga tempat pembuangan sampah resmi di Gaza.”
Pax mengatakan pihaknya telah mempelajari citra satelit yang menunjukkan 225 tempat pembuangan sampah yang terus bertambah di seluruh Gaza.
Kelompok tersebut mengatakan bahwa sup kimia yang terdiri dari materi dan logam berat dapat mencemari persediaan air dan lahan pertanian. "Pada akhirnya zat-zat beracun tersebut menembus rantai makanan dan kembali ke manusia," kata dia.
Pax memperingatkan bahwa karena air dapat bermigrasi dalam jarak yang jauh sehingga bahayanya dapat menyebar ke luar zona perang. “Meskipun bahaya bagi Gaza sudah di depan mata, kawasan ini secara keseluruhan mungkin akan segera menghadapi masalah ekosistem dan kesehatan masyarakat yang serius.”
AL ARABIYA
Pilihan editor: Zelensky Yakin Cina Tak Akan Beri Senjata ke Rusia